Cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang melanda beberapa wilayah Indonesia saat Ramadan 2024. Lantas, apa penyebabnya?
Perlu diketahui jika Ramadan atau bulan puasa tahun ini bertepatan dengan musim pancaroba di Indonesia. Adapun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan potensi cuaca ekstrem selama periode pancaroba akan berlangsung Maret-April 2024.
"Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam laman BMKG dikutip Jumat (15/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, karakteristik hujan pada periode ini cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat. Apabila kondisi atmosfer menjadi tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumolonimbus (CB) akan meningkat.
"Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya keabu-abuan dengan tepian yang jelas," paparnya.
"Curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor," imbuhnya.
Apa Pemicu Cuaca Ekstrem di Ramadan 2024?
BMKG memprediksi cuaca ekstrem masih akan berlangsung di sejumlah wilayah hingga 18 Maret mendatang. Pemicu signifikan cuaca ekstrem sepekan ke depan mencakup sejumlah fenomena, yaitu:
1. Fenomena atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) yang aktif pada fase 4 (Samudera Hindia)
2. Aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang diprakirakan aktif sepekan ke depan di sebagian wilayah Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur.
3. Gelombang atmosfer Kelvin yang diprediksi aktif di wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
4. Bibit Siklon Tropis 91S yang terpantau di Samudera Hindia
5. Sirkulasi Siklonik yang terpantau di Australia barat bagian utara dan di Teluk Carpentaria utara Australia
6. Daerah pertemuan angin (konfluensi) yang memanjang di Laut Jawa, Selat Karimata, di Samudra Hindia barat daya Sumatera hingga selatan Jawa, Samudra Hindia selatan Bali-Nusa Tenggara.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar Bibit Siklon Tropis, sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi/low level jet tersebut," kata BMKG.
Wilayah dengan Potensi Hujan Lebat
Untuk meningkatkan kewaspadaan, BMKG merilis daftar wilayah dengan potensi curah hujan sedang-lebat hingga 18 Maret mendatang. Berikut daftarnya:
* Bengkulu
* Lampung
* Banten
* Jawa Barat
* DKI Jakarta
* Jawa Tengah
* DI Yogyakarta
* Jawa Timur
* Bali
* Nusa Tenggara Barat
* Nusa Tenggara Timur
* Kalimantan Tengah
* Kalimantan Timur
* Kalimantan Utara
* Sulawesi Selatan
* Maluku
* Papua Barat
* Papua
Meski berpotensi dilalui cuaca ekstrem, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak panik. BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk tetap memantau perkembangan kondisi cuaca serta potensi pembentukan bibit siklon tropis di dekat/sekitar wilayah Indonesia.
"Masyarakat juga dihimbau terus melakukan monitoring perkembangan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG," imbau BMKG.
(nir/nwy)