Tjokroaminoto dikenal sebagai Guru Bangsa yang memiliki peran penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Sosok Tjokroaminoto menjadi cermin tokoh pada zamannya karena perjuangan di bidang perdagangan, pendidikan, serta pelopor gerakan serikat buruh
Tjokroaminoto memiliki nama lengkap Hadji Oemar Said (H.O.S) Tjokroaminoto. Ia lahir di Ponorogo pada 16 Agustus 1882 dan wafat pada 17 Desember 1934. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 9 November 1961.
Sumbangsihnya terhadap negara, salah satunya melalui pemikiran dan organisasi Sarekat Islam (SI), yang berdiri pada 1912.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengalaman Organisasi Tjokroaminoto
Tjokroaminoto menempuh pendidikan di Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Magelang. Tamat dari OSVIA, ia bekerja di kesatuan pegawai administratif di Ngawi.
Pada 1905, Tjokroaminoto membuat organisasi Sarekat Dagang Islam yaitu organisasi dagang yang beranggotakan orang-orang Islam. Kemudian pada 1912 organisasi ini berubah menjadi Sarekat Islam (SI).
Dalam kepengurusan SI, Tjokroaminoto ditunjuk sebagai wakil ketua mulai 10 September 1912 di Solo bersama 11 anggota lainnya. Ia memiliki peran penting selama proses pengembangan organisasi SI.
Adapun Sarekat Islam memiliki tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam dan hal-hal lainnya yang dirinci sebagai berikut, dikutip dari buku "Penyemai Pergerakan Kebangsaan & Kemerdekaan" yang diterbitkan oleh Museum Kebangkitan Nasional Kemdikbud.
1. Mengembangkan perdagangan kaum bumiputera
2. Membantu anggota-anggotanya yang kesulitan
3. Mengembangkan pendidikan untuk meningkatkan kualitas perilaku penduduk bumiputera
4. Membentangkan keadilan menurut ajaran agama Islam.
Aktif Menyebarkan Ajaran Islam dan Berjuang Dalam Kemerdekaan Bangsa
Melalui organisasi dan pemikirannya, Tjokroaminoto aktif menyebarkan ajaran Islam. Ia memiliki prinsip bahwa untuk memerdekakan bangsa harus membuat bangsa menjadi terdidik terlebih dahulu.
Melansir laman UNY, Drs. Aji Dedi Mulawarman dari Yayasan Bani Hasyim menyampaikan bahwa prinsip Tjokroaminoto adalah "Satu buat semua, semua buat satu", yang mengandung arti bahwa kehidupan yang aman akan tercipta jika pemerintahan memberikan kemuliaan dan keluhuran derajat manusia.
Oleh karena itu, perjuangannya selalu menghindari paham liberal yang jauh dari nilai- nilai luhur pendidikan di Indonesia dan bertolak belakang dari syariat Islam.
Salah satunya dengan jalur pendidikan dan kebudayaan agar dapat tercipta relasi antara jiwa, masyarakat dan Tuhan.
Murid-murid Tjokroaminoto
Sebagai seorang pemikir, Tjokroaminoto memiliki murid-murid ideologi yang merupakan para pelajar yang tinggal di rumah indekosnya.
Berikut ini lima murid-murid Tjokroaminoto yang dikutip dari laman resmi SMA ST. Carolus Surabaya.
1. Soekarno
Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia, yaitu Ir. Soekarno merupakan salah satu murid H.O.S Tjokroaminoto.
Soekarno berguru pada Tjokroaminoto sekaligus menjadi menantu sang guru. Soekarno memiliki pemikiran nasionalis yang kemudian menggaungkan demokrasi dan Negara Republik Indonesia untuk penataan Negara Indonesia.
2. Alimin
Alimin Prawirodirdjo adalah jurnalis atau wartawan asal Solo, Jawa Tengah. Alimin pernah mempelajari ideologi komunis bersama Musso.
Ia juga merupakan anggota organisasi Budi Oetomo yang didirikan Soetomo. Akhirnya Alimin meninggal pada tahun 1964 dan dianugerahi gelar pahlawan oleh Soekarno.
3. Musso
Munawar Musso adalah tokoh komunis asal Kediri yang lahir pada tahun 1897. Ia pernah aktif juga di SI dan terkenal sebagai inisiator PKI.
Musso meninggal dunia ketika PKI menghadapi tentara Indonesia di tahun-tahun genting 1948.
4. Semaoen
Semaoen merupakan tokoh yang pernah diasingkan di Belanda pada 1923. Ia berasal dari Sumobito, Jombang, Jawa Timur dan sempat menjadi tokoh komunis.
Setelah diasingkan ke Belanda dan tinggal selama kurang lebih 30 tahun, ia hidup berpindah-pindah negara lalu kembali ke Indonesia pada 1953. Semaoen pernah tercatat sebagai dosen di Universitas Padjajaran Bandung.
5. Kartosuwiryo
Kartosuwiryo yang bernama lengkap Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo merupakan salah satu murid Tjokroaminoto yang memiliki paham berbeda dengan murid lainnya.
Ia menjadi salah satu tokoh yang mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) dan tercatat pernah bekerja di Redaksi Koran. Nama Kartosuwiryo naik setelah menjadi inisiator di Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Rasa kecewa Kartosuwiryo membuatnya memproklamasikan Negara Islam Indonesia di tahun 1949, membawanya menjadi buronan dan kemudian berhasil ditangkap lalu dihukum mati di tahun 1962 di Jakarta.
(faz/faz)