Tim peneliti mendapati saat awal lebih banyak berkumpul, hujan akan turun dalam waktu yang lebih lama. Akibatnya, jumlah total curah hujan meningkat.
Namun, hujan yang lebih ekstrem di area curah hujan tinggi berdampak pada meluasnya wilayah kering. Artinya, pola cuaca jadi bergeser makin ekstrem.
Peneliti menyimpulkan, pergeseran pola cuaca makin ekstrem ini dipengaruhi oleh bagaimana awal dan badai berkumpul. Temuan tersebut dilaporkan peneliti Jiawei Bao dan rekan-rekan dari Institute of Science and Technology Austria (ISTA) serta Max Planck Institute for Meteorology (MPI-M) dalam jurnal Science Advances.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Curah hujan ekstrem merupakan salah satu bencana alam paling merusak. Peneliti mencatat, peristiwa banjir yang dipicu curah hujan lebat pada Juli 2021 menyebabkan kerugian USD 54 miliar (Rp 842 triliun) di Eropa Barat dan USD 16,5 miliar (Rp 257 triliun) di China.
Awan Bergerombol di Khatulistiwa
Dalam studi ini, tim peneliti juga membuat model iklim yang dapat mensimulasikan penggerombolan awan dan badai. Model simulasi ini merupakan penyempurnaan dari versi aslinya di 2019 lalu, dikutip dari Phys.org.
Peneliti memfokuskan analisis pada wilayah tropis di sekitar khatulistiwa kendati model iklim mereka mensimulasikan seluruh dunia. Sebab, menurutnya, cara kerja pembentukan awan dan badai di wilayah tropis garis khatulistiwa berbeda dengan di garis lintang lainnya.
Berdasarkan model simulasi baru, peneliti dapat mengetahui dinamika pergerakan udara yang jauh lebih kompleks dengan lebih detail. Ternyata, dinamika pergerakan udara menciptakan awan-awan yang berkumpul, membentuk badai yang lebih hebat.
Simulasi menunjukkan, pembentukan awan tersebut memengaruhi variasi akumulasi curah hujan harian tropis yang ekstrem. Peningkatan curah hujan ekstrem terkait dengan badai yang lebih besar tetapi lebih jarang.
"Jenis model baru dengan resolusi yang jauh lebih baik ini menunjukkan, dengan iklim yang lebih hangat, kejadian curah hujan ekstrem di daerah tropis meningkatkan keparahannya lebih dari yang diperkirakan dari teori. Sebab, awan menjadi lebih bergerombol," kata Bao.
(twu/faz)