Tornado Disebut Sulit Terjadi di Daerah Khatulistiwa, Tapi Apa Tetap Mungkin?

ADVERTISEMENT

Tornado Disebut Sulit Terjadi di Daerah Khatulistiwa, Tapi Apa Tetap Mungkin?

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 23 Feb 2024 13:30 WIB
Tornado Rancaekek
Tornado Rancakaek. Foto: Twitter
Jakarta -

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengungkap fenomena alam yang terjadi di perbatasan Bandung dan Sumedang pada Rabu (21/2/2024) merupakan tornado. Peneliti BRIN, Erma Yulihastin memastikan kejadian tersebut bukanlah puting beliung.

"Dari analisis visual saja, kita bisa pastikan ini beda, ini bukan puting beliung yang biasanya terjadi di wilayah kita, yang sulit dideteksi. Karena mikro, ini bukan mikro lagi, ini meso. Tornado itu meso," ujarnya saat dikonfirmasi (22/2/2024), dikutip dari detikJabar.

Apakah Tornado Dapat Terjadi di Kawasan Khatulistiwa?

Ahli mengatakan tornado hampir tidak pernah terbentuk di wilayah khatulistiwa. Namun, apakah tidak mungkin terjadi tornado di daerah khatulistiwa?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pakar meteorologi dari University of Hawaii, Gary Barnes menjelaskan seperti dikutip dari Live Science, di khatulistiwa meski udara tenang, planet dan atmosfer di atasnya sebenarnya bergerak dengan kecepatan lebih dari 1.000 mph (1.600 km/jam). Pergerakan ini mengikuti arah putaran bumi dari barat ke timur.

Lingkar bumi terbesar berada di daerah khatulistiwa. Artinya benda apa pun yang berada di ekuator bergerak lebih cepat ke arah timur dibandingkan benda apa pun yang berada jauh dari ekuator. Benda apa pun yang berada di ekuator akan menempuh jarak yang lebih jauh dibandingkan benda apa pun yang berada di utara atau selatan permukaan bumi dalam waktu yang sama.

ADVERTISEMENT

Jika udara bergerak ke utara dari garis khatulistiwa, maka udara juga akan tetap mengalir dengan cepat ke arah timur dibandingkan dengan lingkungan barunya. Sehingga, udara yang bergerak ke utara dari ekuator akan tampak membelok ke kanan. Sebaliknya, udara yang mengalir ke selatan dari khatulistiwa akan tampak menyimpang ke kiri. Fenomena ini disebut sebagai efek Coriolis.

Menurut Barnes perputaran angin ini sangat lemah di dekat khatulistiwa, tetapi menjadi lebih kuat seiring bertambahnya garis lintang.

Tornado Bisa Terjadi di Mana Saja

Sementara, ahli meteorologi Harold Brooks seperti dikutip dari Scientific American mengatakan tornado hanya dipengaruhi secara tak langsung oleh gaya Coriolis.

Menurutnya sebagian besar tornado terjadi di lorong tornado di Great Plains, Amerika Serikat (AS). Meski demikian, fenomena ini bisa terjadi di mana saja, termasuk Brasil bagian selatan, Argentina timur laut, dan Bangladesh.

Kolom udara yang bergolak hebat itu berasal dari badai petir yang disebut sebagai supercell. Di AS, supercell terbentuk saat udara kutub yang kering dari Kanada bertemu dengan udara tropis lembap dari Teluk Meksiko dan menyebabkan udara hangat meningkat secara cepat.

Barnes juga sepakat atas hal ini. Pada laman resmi University of Hawaii dia menulis, badai tetap bisa melintasi khatulistiwa, meski gaya Coriolis mampu menjauhkan badai dari khatulistiwa.

Pasalnya, badai yang berkembang dengan baik memiliki banyak putaran yang akan mendominasi gaya lemah Coriolis di dekatnya. Apabila badai melintasi gaya Coriolis, maka gaya tersebut akan bekerja melawan arah awal putarannya. Namun, gaya tersebut akan didominasi oleh apa yang disebut sebagai vortisitas relatif badai.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads