Beberapa tahun terakhir, daratan yang pernah dihipotesiskan berada di belahan bumi selatan atau sekarang dikenal sebagai Zealandia, semakin populer untuk penelitian ilmiah. Hingga akhir 2023, Zealandia menjadi benua pertama yang terpetakan secara lengkap, meski 95 persen bagiannya teridentifikasi berada di bawah air.
Namun Zealandia bukan satu-satunya benua yang tenggelam. Kini para ilmuwan memahami hal tersebut dengan lebih baik dari sebelumnya. Lalu mengapa beberapa benua bisa lenyap ?
Kenapa Benua Bisa Hilang
Pada banyak pelajaran sekolah, wilayah daratan ditentukan berdasarkan geografisnya, Namun, pada kenyataannya hal tersebut hanya sebagian dari gambaran keseluruhannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya, geologi memainkan peran penting dalam pemahaman tentang apa yang membentuk sebuah benua. Hal ini mencakup ketebalannya, penyusunnya, dan letaknya di bawah permukaan laut. Kerak benua, misalnya, berbeda dengan kerak samudra karena biasanya lebih tua, lebih tebal, kurang padat, dan komposisinya lebih bervariasi.
Dengan demikian, kerak benua cenderung mengapung lebih tinggi di atas mantel, yang merupakan bagian terbesar dari interior bumi. Kemudian, akibat kekuatan pergerakan tektonik selama bertahun-tahun, sebagian daratan bisa turun ke bawah permukaan air dan oleh sebab itu hilang dari peta.
Meski demikian, kemajuan dalam perangkat lunak pencitraan, seismografi, dan upaya pemetaan selama berabad-abad telah memberikan wawasan baru tentang benua yang hilang.
Benua-benua yang Hilang
Greater Adria
Meskipun Zealandia terkenal lantaran tenggelam di bawah ombak, ada benua lain yang tidak hanya tenggelam di bawah permukaan, tetapi juga lenyap ke dalam mantel bumi, yaitu Greater Adria. Saat ini, satu-satunya sisa yang terlihat dari Greater Adria, hanyalah batu kapur dan batuan lain yang ditemukan di pegunungan di Eropa selatan.
Sekitar 240 juta tahun yang lalu, sekitar periode Trias, sebagian kerak Greater Adria terpisah dari Afrika Utara. Luas daratannya kira-kira sebesar Greenland.
Setelah terpisah dari Afrika, Greater Adria secara bertahap tenggelam di bawah perairan, dan menjadi rumah bagi terumbu karang tropis. Kemudian, sekitar 100 juta tahun yang lalu, ia mulai meluncur ke bawah Eropa dan masuk ke dalam mantel.
Selama proses tenggelam, sebagian dari benua tersebut tetap berada di atas permukaan. Melalui proses yang disebut "offscraping", lapisan atas batuan sedimen terlepas dan menciptakan barisan pegunungan yang membelah Italia, Turki, dan Yunani saat ini.
Jadi, meskipun kini terdapat bebatuan dari Greater Adria yang tersebar di 30 negara berbeda, ada juga bagian darinya yang hilang yang masih tersisa, membentang dari utara Italia. Wilayah ini dikenal dengan nama Adria.
Argoland
Seratus juta tahun yang lalu adalah waktu bagi semua benua bergerak. Pada saat yang sama ketika Greater Adria mulai mengenal pinggiran Eropa, sebagian besar daratan memisahkan diri dari Australia Barat.
Potongan itu kira-kira seukuran Amerika Utara, yang kemudian hanyut ke Samudra Hindia. Argoland, demikian sebutannya, kemudian terbelah dan menghilang dari peta.
Berbeda dengan Zealandia yang menetap di bawah laut atau Greater Adria yang menabrak mantel bumi, Argoland lebih menonjol karena kekosongan yang ditinggalkannya, yang disebut Dataran Argo Abyssal. Namun, penelitian terbaru berpotensi menempatkan sebagian Argoland di tempat yang tidak terduga, yakni hutan-hutan di Asia Tenggara.
Penjelasannya adalah Argoland mungkin terpecah menjadi pulau-pulau kecil jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Kemudian, semua potongannya bergerak ke utara menuju Asia Tenggara selama era Jurassic Akhir.
Seiring berjalannya waktu, sebagian arus tersebut dilahap oleh zona subduksi Palung Sunda, sedangkan sebagian lainnya menjadi bagian dasar laut atau wilayah lain di Asia Tenggara. Kini tampaknya, terdapat sebagian benua yang telah lama hilang ini di wilayah yang sekarang disebut Myanmar dan Indonesia.
(nah/pal)