Sebuah video memperlihatkan seorang ayah tengah kesulitan mengajarkan matematika dengan konsep Kurikulum Merdeka kepada anaknya menjadi viral beberapa waktu lalu. Situasi yang dialami orang tua ini ditanggapi Reni Dwi Susanti selaku dosen program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Menurut Reni, siswa diberikan kebebasan untuk menemukan pola matematika dalam kurikulum teranyar. Siswa dibebaskan dalam merumuskan hipotesis dan menyusun strategi penyelesaian masalah mereka sendiri.
Dalam Kurikulum Merdeka, siswa menjadi subjek utama dalam pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pendamping dalam proses belajar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka diajarkan untuk berpikir kreatif dan logis serta melihat matematika sebagai sebuah proses eksplorasi dan eksperimen. Bukan hanya sebagai kumpulan rumus yang harus dihafalkan," jelas Reni dalam laman UMM dikutip Selasa (30/1/2024).
Tujuan pendekatan ini untuk menghasilkan siswa dengan pemahaman matematika yang kuat dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, siswa dapat menjadi individu yang mandiri serta kritis.
Kesulitan Adaptasi
Tetapi, Reni menyoroti beberapa siswa kesulitan dalam beradaptasi dengan metode pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya. Guru juga mungkin memiliki kendala dalam merancang dan melaksanakan Kurikulum Merdeka dengan baik.
"Kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas dan berpengalaman juga menjadi masalah, sehingga dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap matematika," ucapnya.
Ubah Mindset
Agar konsep belajar baru ini berjalan dengan efektif, Reni berharap guru dapat mengubah mindset untuk menjadi lebih inovatif dalam pembelajaran. Guru juga diharapkan dapat merancang sistem evaluasi untuk mengukur pencapaian siswa sesuai dengan kurikulum.
"Kurikulum Merdeka ini kan lebih menekankan pada penilaian berbasis keterampilan dan proyek. Jadi ini mungkin akan menjadi tantangan bagi para guru atau pengelola pendidikan," pungkasnya.
(nir/nir)