Kodok tebu telah menjadi hama yang sedang 'diperangi' di wilayah Brisbane, Australia. Pasalnya, kodok beracun ini telah menyebar di kota hingga mengancam kehidupan hewan lain.
Kodok tebu sebenarnya berasal dari Amerika Selatan dan Tengah. Namun, dilepaskan di negara bagian utara Queensland untuk dimakan kumbang tebu pada tahun 1935.
Ternyata, pelepasan itu menjadi malapetaka. Sebab, kodok tebu dengan cepat menyebar ke utara, selatan, dan ribuan mil ke barat. Kodok-kodok itu menumpang kendaraan dan mengembangkan kaki yang lebih kuat & panjang untuk melintasi perbatasan negara bagian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, selama bepergian, mereka meracuni fauna asli dengan kelenjar beracun yang dimiliki.
Kini, diketahui terdapat sekitar 200 juta ekor kodok tebu yang telah menginvasi wilayah Brisbane, sebagaimana dikutip dari CNN Internasional.
Racunnya Bisa Membunuh Buaya
Mengutip laman University of Florida, kodok tebu yang hidup di tanah memiliki tubuh kekar dengan kaki pendek. Mereka memiliki kaki belakang yang sedikit berselaput serta memiliki kulit kering dan berkutil.
Kodok tebu memiliki ciri tubuh berbintik-bintik dengan berbagai corak abu-abu, coklat, hitam. Kelenjar racun mereka ada di bahu.
Kodok tebu akan mengeluarkan racunnya dari kelenjar besar yang ada di bahu mereka. Racun ini keluar saat mereka pada kondisi stres.
Saking mematikannya, racun kodok tebu bisa membunuh kadal, ular, buaya, dan hampir semua makhluk hidup yang menyerangnya. Beberapa kucing dan anjing juga pernah jadi korban kodok tebu, sebagaimana dilansir dari CNN Indonesia.
Racun tersebut dapat memicu detak jantung cepat, kejang, kelumpuhan, hingga kematian pada beberapa hewan. Sementara pada manusia, racun kodok tebu bisa memicu rasa nyeri yang hebat.
Program Pemusnahan Kodok Tebu
Program kolaboratif untuk memusnahkan kodok tebu telah dilakukan oleh ahli kimia produk alami dari Universitas Queensland, Profesor Rob Capon dan ahli biologi evolusi dan ekologi dari Universitas Macquarie, Profesor Rick Shine.
Mereka menggunakan metode pemberantasan katak yang lebih efisien dengan menargetkan berudu yang menetas dari cengkeraman hingga 30.000 telur.
"Di air keruh, berudu katak tebu mampu berenang menuju telur yang dihasilkan oleh betina saingannya, yang akan mereka makan untuk nutrisi dan membangun simpanan racun," ucap Shine, yang juga pakar kodok tebu terkemuka di Australia.
Di sisi lain, dalam budaya warga Brisbane juga terdapat program untuk memusnahkan kodok tebu yang merugikan. Program ini bahkan telah dimulai di lingkungan keluarga.
Bahkan, Capon dan timnya juga menciptakan "Cane Toad Challenge" atau tantangan kodok tebu melalui universitasnya.
Program tersebut mendorong para pemburu di halaman belakang untuk menemukan katak tersebut dan mengirimkan hasil tangkapan mereka. Hal ini menghasilkan cukup banyak katak mati, yang sekaligus menjaga agar universitas tetap mendapatkan mata pelajaran selama beberapa tahun pengujian.
Meski membunuh berudu kodok tebu secara massal jauh lebih efisien daripada saat dewasa, Capon mengakui bahwa memusnahkan kodok tebu di Australia adalah tugas yang mustahil.
"Penghancuran kodok sungguh hebat. Perangkap kecebong adalah cara yang sangat baik untuk memberantas kodok karena jika Anda dapat menangkap kodok dewasa dan mengeluarkan kecebongnya, Anda mempunyai penyangga yang lebih besar untuk generasi berikutnya," kata Capon.
"Tetapi Australia adalah negara yang besar. Dan ada banyak tempat di mana kodok hidup dengan bahagia dan tidak ada orang yang melakukan perangkap kecebong atau pembasmian kodok," imbuhnya.
(faz/nwk)