Institut Pengembangan Pendidikan Korea melaporkan bahwa satu dari lima sekolah dasar (SD) di Korea Selatan memiliki kurang dari 60 siswa. Angka kekurangan di sekolah ini meningkat 2,3 kali lipat dibandingkan pada 2003.
Menurut laporan tersebut, dari 6.175 sekolah dasar di Korea Selatan, ada sekitar 1.424 sekolah yang memiliki jumlah siswa secara keseluruhan kurang dari 60 siswa. Angka ini berarti mencakup 23,1 persen dari seluruh SD di Korea Selatan.
Persentase itu meningkat jauh dibandingkan data 2003 yang hanya 11,2, dengan total sekolah yang memiliki siswa kurang dari 60 hanya ada 610 (dari 5.463 sekolah).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, data juga menunjukkan meningkatnya sekolah-sekolah yang memiliki kurang dari 30 siswa. Jumlah sekolah dasar yang memiliki kurang dari 30 siswa meningkat drastis sebesar 4,1 kali lipat, sebagaimana dikutip dari Korea Times.
Pada 2003 hanya berjumlah 141 atau 2,6 persen dari total sekolah. Sementara kini menjadi 584 sekolah atau 9,5 persen.
Apa Penyebab SD di Korea Selatan Terus Menurun?
Kementerian Pendidikan di Korea Selatan mencatat, menurunnya jumlah siswa di sekolah dasar karena bagian dari dampak penurunan angka kelahiran negara.
Diperkirakan penurunan ini juga akan menyebar ke tingkat sekolah menengah pertama (SMP), bahkan hingga ke tingkat SMA.
Menurut Data Statistik Korea Selatan, jumlah kelahiran turun dari 406.000 pada 2016 menjadi 357.771 pada 2017 atau turun hampir 50.000.
Hal ini memengaruhi jumlah siswa yang akan menjadi siswa kelas satu pada 2024 ini. Artinya mereka yang lahir pada tahun 2016, hampir tidak melewati angka 400.000, yaitu 401.752.
"Jumlah siswa kelas satu tidak sepenuhnya sesuai dengan jumlah bayi yang lahir pada tahun pendaftaran, karena kematian, pendaftaran awal dan akhir serta orang asing yang tinggal di negara tersebut juga ikut diperhitungkan. Namun dampak dari variabel-variabel tersebut tidak signifikan, karena jumlah siswa kelas satu tahun ini hanya 5.000 lebih sedikit dibandingkan jumlah kelahiran pada tahun 2016," tulis laporan Kementerian Administrasi dan Keamanan Publik dalam Korean Herald, dikutip Selasa (23/1/2024).
Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Kependudukan di Universitas Nasional Seoul, kata Cho Young-tae, mengatakan penurunan jumlah siswa kelas satu (SD) merupakan sesuatu yang tidak terjadi begitu saja, melainkan bisa diprediksi dari angka kelahiran pada tahun-tahun sebelumnya.
"Ini adalah masalah nyata yang bisa diprediksi pada tahun 2017 ketika jumlah bayi baru lahir anjlok," ucapnya.
Menurutnya, permasalahan yang dihadapi negara adalah kurangnya kesadaran masyarakat dan pejabat pemerintah mengenai dampak angka sederhana ini terhadap masyarakat.
"Ini bukan hanya persoalan angka kelahiran saja. Sistem pendidikan akan hancur seiring dengan tingkat penurunan angka kelahiran dan jumlah anak yang dilahirkan setiap tahunnya saat ini. Akan ada efek domino, semuanya saling berhubungan," kata Cho Young-tae.
(faz/faz)