Debat Calon Wakil Presiden (Debat Cawapres) 2024 keempat pada Minggu (21/1/2024) malam turut memantik perbincangan tentang etika debat.
Pakar komunikasi politik Universitas Airlangga Dr Suko Widodo Drs MSi menuturkan, dalam debat perlu cara komunikasi yang benar sehingga diskusi dapat berjalan.
Ia menjelaskan, komunikasi berkaitan dengan rasa serta tiga unsur pentingnya, yaitu logika, etika, dan estetika. Karena itu, gaya komunikasi itu menjadi penting bagi calon pemimpin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Apa Itu Gimik? Begini Penjelasannya |
Terkait gestur-gestur tertentu dalam debat, Suko berpendapat gestur berlebihan tidak perlu. Sebab, debat bertujuan untuk mengadu pikiran, ide, serta gagasan.
Etika Debat
Suko menambahkan, di samping memiliki tema yang jelas, hal-hal yang dibicarakan dalam debat juga harus menjadi jelas lewat penggunaan bahasa yang mudah dipahami. Ia menjelaskan, komunikasi efektif dalam debat baru bisa terwujud jika istilah-istilah dijelaskan dengan mantap kepada semua hadirin di perdebatan.
"Yang bicara harus mengerti sehingga peserta dan lawan bisa mengikuti alur berpikir. Sehingga nanti akan keluar argumentasi sanggahan atau usulan yang masuk akal terhadap ide itu," jelas Dosen Ilmu Komunikasi Unair tersebut, dikutip dari laman resmi kampus, Selasa (23/1/2024).
Terkait penggunaan istilah dalam debat, Suko membenarkan langkah tersebut sebuah strategi. Namun, ia menilainya bukan strategi level tinggi.
"Strategi debat itu terdiri dari level 1 sampai 6, mestinya semakin matang berpikirnya semakin bijak. Pengambilan policy itu pada level 6, bukan teknis atau level 1. Itu baru menunjukkan kualitas orang," jelasnya.
Debat dan Mencari Pemimpin
Menurut Suko, debat dapat menjadi alat masyarakat untuk menyeleksi calon pemimpinnya. Masyarakat dapat mencari pemikiran yang bagus dalam debat.
Ia menjelaskan, debat sendiri merupakan cara menemukan kebaikan yang tepat dan menjadi bagian dari tradisi demokrasi. Karenanya, tidak ada menang-kalah dalam debat.
"Bagaimana kita bisa mem-promote atau mempresentasikan ide-ide agar bisa diterima orang banyak dengan argumentasi-argumentasi," jelasnya.
Ia mengingatkan, ide dan gagasan akan tersampaikan masyarakat dengan ditopang cara penyampaian yang benar. Langkah ini menurutnya membantu masyarakat menilai calon pemimpin yang akan mereka pilih pada Pilpres 2024, 14 Februari mendatang.
(twu/nwy)