Ada banyak sumber yang menjelaskan asal usul bangsa Palestina. Salah satunya adalah laporan yang diterbitkan pada 1930 oleh sebuah komisi yang ditunjuk oleh Liga Bangsa-Bangsa (cikal bakal PBB).
Komisi tersebut terdiri atas Swedia, Swiss, dan Belanda. Menurut arsip United Nations, laporan tersebut memuat informasi yang mungkin paling mendekati survei objektif sejarah awal Palestina.
Namun, ada juga versi-versi lain yang menerangkan sejarah bangsa Palestina. Simak ulasannya dari berbagai sumber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal Usul Bangsa Palestina
Penghuni Palestina Awal Mula
Berdasarkan laporan komisi Liga Bangsa-Bangsa yang terbit pada 1930 tersebut, awal mulanya Palestina dihuni oleh bangsa Semit, dengan yang paling awal adalah bangsa Kanaan. Berdasarkan tradisi, Abraham nenek moyang orang Yahudi dan Arab berasal dari Ur ke Kanaan.
Saat suku-suku Israel datang ke Palestina setelah ditawan di Mesir, mereka disatukan menjadi satu kerajaan oleh King David pada 1000 SM. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan putranya, Solomon yang membangun Kuil Yerusalem pertama di Gunung Moria. Namun, setelah kematian Solomon, sejarah bangsa Israel atau tepatnya dua kerajaan Israel dan Yehuda, menjadi periode perang saudara dan pertikaian dengan suku asing.
Sekitar tahun 720 SM, bangsa Asiria menghancurkan kerajaan Israel dan membawa penduduknya sebagai tawanan. Sekitar tahun 600 SM, Raja Babilonia Nebukadnezar menyerang kerajaan Yehuda, menghancurkan Yerusalem dan kuil Solomon pada tahun 567 SM. Sebagian besar penduduknya ditawan.
Lima puluh tahun kemudian, ketika Raja Cyrus dari Persia menaklukkan Babilonia, orang-orang Yahudi bisa kembali ke Palestina. Sekitar tahun 515 SM mereka telah membangun kembali kuil Solomon.
Pada 332 SM, orang-orang Yahudi berada di bawah dominasi orang-orang Makedonia. Sekitar tahun 170 SM, pemberontakan Yahudi berhasil dipadamkan, dan kuil kedua dihancurkan.
Setelah pemerintahan Makedonia, terdapat periode kemerdekaan sampai batas tertentu. Hal ini berlangsung hingga penaklukan Romawi oleh Pompey, yang memasuki Yerusalem pada tahun 63 SM.
Pada tahun 70 M, Titus menghancurkan kota tersebut. Yang tersisa dari kuil kedua hanyalah Tembok Barat yang kemudian dikenal sebagai Tembok Ratapan.
Penyebaran Orang Yahudi
Pada awal abad 2 M, Kaisar Hadrian melarang orang Yahudi memasuki Yerusalem. Sejak periode itulah terjadi penyebaran orang-orang Yahudi ke seluruh dunia.
Sejak itu, hingga berdirinya negara Israel pada tahun 1948, tidak ada pemerintahan Yahudi yang berdiri di Palestina. Meskipun beberapa orang Yahudi selalu tinggal di Palestina, jumlah mereka berfluktuasi tergantung pada toleransi penguasa berikutnya.
Setelah pembagian Kekaisaran Romawi pada tahun 400 M, Palestina berada di bawah kekuasaan Bizantium hingga penaklukan Arab pada tahun 637 M. Di Kuil Solomon yang saat itu sepi, Masjid Al-Aqsa dan Dome of the Rock dibangun dan disebut Haram- el Syarif.
Setelah jeda Perang Salib, dari tahun 1099 hingga 1190, Salahuddin, penguasa Arab, mengundang orang-orang Yahudi untuk kembali ke Palestina. Pada tahun 1517, Turki menaklukkan negara itu dan memerintahnya hingga akhir Perang Dunia Pertama.
Pada akhir tahun 1917, pasukan Inggris menduduki Palestina. Kecuali pada masa peralihan pemerintahan Tentara Salib, Palestina diperintah oleh orang-orang Arab dan kemudian oleh orang-orang Turki selama lebih dari 1.300 tahun setelah era Bizantium. Penduduk Palestina sebagian besar adalah orang Arab Semit, baik Islam maupun Kristen.
Ada juga sejumlah kecil orang Yahudi Semit. Baik negara-negara Arab maupun Turki Ottoman memberikan hak kepada orang-orang Yahudi untuk terus beribadah dan menjaga hubungan spiritual Yahudi dengan Palestina.
Selama abad kesembilan belas, Ottoman mengizinkan pemukiman kecil bagi imigran Yahudi dari negara-negara Eropa di mana diskriminasi anti-Yahudi meningkat. Pada masa pendudukan Inggris pada tahun 1917, jumlah orang Yahudi kurang dari sepersepuluh populasi Palestina.
Sembilan persepuluhnya adalah orang Arab, keduanya Muslim (80 persen) dan Kristen (10 persen). Tradisi, adat istiadat, dan bahasa Arab Palestina merupakan budaya utama Palestina.
Isu Utama Pasca PD I
Pada 1920-an dan 1930-an situasi di Palestina berubah. Dikutip dari buku The Palestinian People oleh Baruch Kimmerling oleh Joel S Migdal, rencana orang Yahudi lebih ambisius dari sebelumnya.
Dalam pembicaraan dengan para pemimpin politik Arab, para Zionis mengutarakan secara terbuka harapan mereka untuk membawa 4-5 juta orang Yahudi ke Palestina. Kekhawatiran yang timbul oleh pernyataan-pernyataan ini tetap menjadi motivasi di belakang agenda politik Arab hingga tahun 1948.
Sejak Perang Dunia I, salah satu isu politik utama di Palestina adalah apakah orang Yahudi akan memiliki imigrasi tanpa batas dan pembelian tanah tanpa batasan.
Orang Palestina Kanaan
Berdasarkan buku Sejarah & Keutamaan Masjid Al-Aqsha dan Al Quds yang ditulis oleh Mahdy Saied Rezk Karisem, bangsa Palestina Kanaan adalah ahli di bidang industri dan perdagangan. Oleh sebab itu, mereka kerap pergi ke Eropa dan Maroko.
Orang-orang tersebutlah yang pergi ke Yunani, Spanyol, Maroko, Aljazair, dan Tunisia. Di tempat-tempat ini mereka membangun pusat-pusat perdagangan, peradaban, dan kebudayaan. Disebutkan bahwa bukan bangsa Palestina yang datang dari Yunani dan dari Laut Aegea atau dari Pulau Kreta, tetapi kebalikannya.
Dikatakan dalam buku ini, dalam buku-buku sejarawan Yunani hari ini dijelaskan bahwa di Yunani ditemukan orang-orang Palestina yang datang dari Kanaan pada 1500 SM. Mereka tinggal di Yunani dan Pulau Kreta, lalu kembali ke kampung halamannya. Mereka pergi lalu kembali lantaran profesinya sebagai pedagang.
Dijelaskan juga sebutan mereka sebagai bangsa Palestina sudah ada sejak 2000 SM. Berdasarkan versi sejarah buku ini, orang-orang Yahudi terputus dari Palestina selama 1800 tahun, dari 135 SM hingga 1918 M. Sementara, bangsa Palestina yang ada sekarang ini adalah keturunan Kanaan lama.
(nah/nwk)