Wahana Interaktif Museum Sonobudoyo: Bisa Belajar Sejarah dengan Cara Modern

ADVERTISEMENT

Wahana Interaktif Museum Sonobudoyo: Bisa Belajar Sejarah dengan Cara Modern

Baladan Hadza Firosya - detikEdu
Sabtu, 30 Des 2023 19:00 WIB
Museum Sonobudoyo Yogyakarta
Museum Sonobudoyo Jogja. Foto: Baladan Hadza Firosya/detikcom
Jakarta -

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak museum yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya Museum Sonobudoyo. Melalui gedung baru Museum Sonobudoyo Unit II yang diresmikan pada 7 November lalu, kini terdapat fasilitas baru yang dapat dinikmati oleh pengunjung dengan mengadopsi sejumlah teknologi.

Dalam wawancara pada Jumat, (22/12/2023) Ery Sustiyadi selaku Kepala Seksi Koleksi, Konservasi dan Dokumentasi Museum Sonobudoyo memaparkan fasilitas baru tersebut yang dinamakan Wahana Interaktif. Wahana tersebut kemudian diisi dengan 6 lokasi menarik, seperti Cerita Rakyat, Lorong Waktu, Kapal Kinetik, Jemparingan, Sumbu Filosofi dan Tembang Dolanan.

Isi Wahana Interaktif Museum Sonobudoyo

1. Cerita Rakyat

Sebagai pembuka, Ery menjelaskan terkait Wahana Cerita Rakyat yang menggambarkan

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang pertama adalah wahana cerita rakyat di mana itu diambil dari naskah-naskah, kayak naskah serat Ajisaka yang bercerita tentang bagaimana terciptanya huruf honocoroko. Nah terciptanya itu ada sebuah cerita itu ada yang kemudian dituangkan dalam sebuah video animasi media tabung, itu (agar) masyarakat bisa melihat bagaimana sebuah cerita (asal usul huruf honocoroko)," ujar Ery.

"Kemudian di kanan kirinya itu ada apa ya penggambaran penggambaran dari mural cerita tentang Raja Saka itu. Jadi ada beberapa fragment-fragment di situ yang ditangkapkan di dalam mural, namun (kadang-kadang) pengunjung disini enggak mau menikmati, (justru) hanya yang animasinya aja. padahal di situ ada sebuah mural yang menceritakan tentang itu juga itu dan itu bagus yang satu yang cerita akhir," sambungnya.

ADVERTISEMENT

2. Lorong Waktu

Beralih ke wahana selanjutnya yang tak kalah ramai pengunjung. Wahana ini dinamakan Lorong Waktu dengan fasilitas seperti layar melengkung seperti di bioskop yang menampilkan cuplikan-cuplikan dari cerita sejarah.

"Berikutnya adalah lorong waktu ini berupa kayak ruangan bioskop dengan widescreen ya jadi panjang sekali itu ya kemudian bercerita tentang tiga hal. yang pertama tentang Hai hadeging negara Yogyakarta, kemudian bercerita tentang perjanjian dobat ganti, kemudian bercerita tentang penyerbuan Sultan Agung ke Batavia," kata Ery.

Di balik tiga pilar tersebut, sebenarnya jumlah aslinya adalah 4, kini hanya berjumlah tiga karen a pilar satunya dijatuhkan oleh salah satu pengunjung sehingga tidak bisa difungsikan kembali.

3. Jemparingan

Wahana selanjutnya adalah adalah Jemparingan atau panahan dengan alat tradisional yang dikemas ke dalam teknologi virtual reality (VR). Sebenarnya jemparingan adalah aktivitas yang hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa saja karena alat panahan yang digunakan memerlukan tenaga ekstra.

Namun, Museum Sonobudoyo mengemas jemparingan ke dalam teknologi VR sehingga dari anak-anak hingga orang dewasa dapat memainkannya. Ini juga merupakan bentuk pengenalan olahraga tradisional ke anak-anak sebagai bentuk pelestarian budaya lokal.

"Karena sekarang yang tadi serba digital itu makanya dikemas dalam digital biar mereka itu tertarik. Oh nanti kalau sudah digital seperti ini mungkin bisa berkembang. Ini digital ya, nanti kalau yang jemparingan asli menggunakan busur yang asli itu bagaimana," jelas RR. Titik Fatmadewi selaku Kepala Subbag Tata Usaha Museum Sonobudoyo pada Jumat, (22/12/2023).

Karena antusias para pengunjung, alat ini pun sering mengalami kendala atau eror, tetapi alat tersebut sudah diperbaiki kembali.

"Jadi alatnya itu gampang rusak, eror kayak gitu itu kadang-kadang karena sering digunakan ya alatnya. Sehingga ini jadi evaluasi oh ya ini di Jemparingan," ujarnya.

4. Kapal Kinetik

Berikutnya, terdapat Wahana Kapal Kinetik. Menurut Ery, wahana ini merupakan replika atau miniatur dari kapal yang digunakan oleh nenek moyang. Kapal kinetik tersebut dipasang di dinding dekat anak tangga dengan dipasangi sensor penggerak yang mengatur dayungnya kapal kinetik tersebut.

"Jadi kapal kinetik yang bisa bergerak menggunakan sensor dimana perahunya itu merupakan penggambaran dari proper koleksi kami yang dulunya itu memang perahu yang digunakan oleh anak moyang kita," ungkap Ery.

Terkait Kapal Kinetik, konsep penggerak pada duyung tersebut terinspirasi dari karya yang ada di Jogja National Museum yang menggunakan sensor serupa, tetapi gerakannya dilakukan secara berulang-ulang tanpa henti.

Lalu, pihak Sonobudoyo pun melakukan modifikasi agar geraknya dapat dibatasi guna menghindari kendala pada fungsi geraknya. Maka diberilah sensor pada tangga dekat Kapal Kinetik yang apabila ada orang melewatinya maka kapal akan mendayung dalam waktu tertentu dan kembali berhenti, sebagaimana yang dijelaskan oleh salah satu pemandu museum.

5. Sumbu Filosofi

Beralih ke wahana lain, yakni Wahana Sumbu Filosofi yang divisualisasikan dalam bentuk video mapping dengan dilengkapi beberapa ornamen berupa panggung krapyak, kraton. Di beberapa di antaranya ada bangunan-bangunan yang turut hadir seperti Bank Indonesia, museum Sonobudoyo, Vredeburg, Beringharjo sampai ke Tugu Yogyakarta.

"Jadi awalnya itu mungkin hanya panggung krapyak, kraton sama tugu Jogja, tapi nanti tambah lagi mappingnya ada Songkudoyo ada gedung agung itu sampai kemudian beberapa apa ya bangunan itu kemudian terproyeksi semua seperti itu," ungkap Ery saat menjelaskan kerja Sumbu Filosofi yang proyeksikan ke video mapping.




(nah/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads