Tahun baru, artinya harus ada resolusi baru. Itulah yang diyakini oleh banyak orang ketika menyambut pergantian tahun. Rata-rata mereka membuat resolusi finansial, pengembangan diri, atau kesehatan.
Beberapa orang berhasil mewujudkan resolusi tersebut pada tahun berikutnya. Namun, banyak juga yang gagal merealisasikannya karena berbagai macam penyebab.
Mengutip Science Alert, Pragya Agarwal, Profesor Ketimpangan dan Ketidakadilan Sosial, Universitas Loughborough mengungkap sebuah studi terkait hal tersebut. Ia mengatakan hasil survei dari sebuah aplikasi resolusi di Inggris pada 2023 melaporkan hampir 58 persen penduduk di sana membuat resolusi tahun baru 2023. Mereka adalah 30 juta orang dewasa.
Lebih dari seperempat resolusi tersebut adalah tentang menghasilkan lebih banyak uang, peningkatan pribadi, dan menurunkan berat badan. Sayangnya, aplikasi mencatat sebagian besar resolusi dibatalkan pada pertengahan Januari 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Target Tidak Jelas
Agarwal mengatakan salah satu alasan dari gagalnya resolusi tersebut adalah tergat yang tidak jelas. Mereka lebih fokus pada berbagai kualitas seperti menjadi lebih sehat, lebih bahagia (tanpa menjelaskan apa artinya), atau menghasilkan lebih banyak uang (tanpa menentukan jumlah atau rencana).
Dengan target yang tidak jelas, menurutnya seseorang akan lebih sulit mengetahui langkah apa yang harus diambil. Selain itu, seseorang yang tak jelas targetnya tidak akan mengetahui seberapa jauh ia harus menempuh perjalanan untuk mencapai tujuannya.
Target yang tak jelas pun akan membuat seseorang malas berpikir, karena pada dasarnya manusia tidak menyukai ketidakjelasan. Padahal, dengan fokus yang begitu sempit, Agarwal mengatakan akan lebih mudah memvisualisasikan titik akhir.
Otak yang Malas
Lebih lanjut Agarwal menyebut bahwa otak manusia cenderung malas. Pada dasarnya otak malas karena selalu ingin meminimalkan beban kognitif. Sehingga, untuk mengatasi reaksi alamiah tersebut diperlukan usaha membentuk kebiasaan.
Mengajak otak membentuk kebiasaan adalah jalan pintas kognitif. Semakin lama kita memiliki kebiasaan-kebiasaan ini, semakin tertanam pula jalan pintas kognitif di balik kebiasaan-kebiasaan tersebut.
Saat seseorang berupaya mengubah kebiasaan-kebiasaan, terkadang otak menolak ketidaknyamanan tersebut. Otak sangat berpotensi tergoda untuk kembali ke tempat yang lebih nyaman. Itulah alasan mengapa kita menyerah pada resolusi kita.
Bias Status Quo
Aspek lainnya yang mengakibatkan resolusi gagal tercapai adalah bias status quo. Status quo adalah distraksi (noise) yang mempengaruhi pikiran dan berpotensi merubah pilihan seseorang.
Kebanyakan orang lebih cenderung bertahan pada status quo atau kondisi yang dimiliki saat ini daripada harus mengubah kebiasaan karena membutuhkan waktu dan usaha lebih lagi.
Agarwal mengatakan fokus seseorang yang mengarah pada tujuan akan lebih sulit terealisasi dibandingkan fokus pada langkah-langkah. Pembentukkan kebiasaan ini berkaitan dengan area di bagian belakang otak.
Terdapat satu bagian di cerebrum bernama lobus frontal yang berperan dalam membentuk kepribadian dan kebiasaan. Bagian ini berfungsi untuk mengendalikan gerakan, ucapan, perilaku, dan emosi seseorang.
Namun untuk secara aktif mengubah jalur saraf (membentuk kebiasaan baru), seseorang perlu melibatkan beberapa area otak termasuk korteks prefrontal, yang terlibat dalam tugas kognitif yang sangat kompleks.
Kompleksitas tersebut cenderung membuat otak terasa lebih terbebani. Sehingga, kita selalu berusaha menghindarinya.
Buat Pendekatan yang Lebih Baik
Mengubah kebiasaan yang telah dilakukan bertahun-tahun tentunya sangat sulit. Namun, Agarwal menyebut dengan pendekatan yang tepat dan baik, maka tak menutup kemungkinan seseorang bisa mengubahnya.
Menurutnya, untuk membuat resolusi terwujud adalah dengan fokus terhadap hal-hal positif. Semakin kita fokus pada aspek positif diri kita, semakin besar kemungkinan kita mampu mengubah pola pikir kita.
Ia juga mengingatkan untuk menerima diri apa adanya dan memahami alasannya. Hal yang juga berguna untuk menetapkan tujuan yang jelas adalah mencurahkan waktu tertentu untuk melakukan hobi di samping kita berusaha membentuk kebiasaan baru.
(cyu/nwk)