Libur akhir tahun seringkali dianggap sebagai waktu untuk bersantai, melepaskan beban, dan menikmati momen-momen indah bersama keluarga atau teman-teman. Tapi, pernahkah detikers merasakan perubahan suasana hati dan perilaku yang tidak dapat diprediksi selama masa liburan?
Kenyataannya, tidak semua liburan berjalan mulus. Beberapa orang justru mengalami tingkat stres yang tinggi selama masa liburan mereka.
Pada masa-masa seperti ini, sejumlah orang yang liburan mengalami stres, kecemasan, dan frustrasi dibanding hari-hari biasanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seena Mathew, Assistant Professor Biologi di University of Mary Hardin-Baylor, menyatakan bahwa penyebab stres ini berkaitan dengan tingkat gagal jantung, keracunan alkohol, serta peningkatan kematian akibat stroke.
Mempelajari cara mengenali penyebab stres dan bagian otak mana yang terlibat secara aktif akan membantu mengelola respons stres yang muncul selama liburan.
Berikut beberapa penyebab stres dan identifikasi bagian otak mana yang berperan akan hal tersebut, dilansir Science Alert.
Kontrol Hipotalamus Otak
Wilayah otak yang terlibat merespons jenis stres ini adalah hipotalamus. Bagian otak ini berupa sistem saraf otonom yang mengkoordinasikan respons tak sadar seperti pernapasan dan homoestratis, yaitu bagian otak yang terlibat dalam upaya menjaga tubuh dalam keadaan stabil.
Saat detikers sedang stres, hipotalamus akan merangsang pelepasan hormon stres seperti kortisol dan epinefrin. Hormon ini memicu respons fisiologis seperti peningkatan detak jantung, keringat, dan perasaan kesal atau frustrasi.
Ketika dihadapkan pada kondisi yang memicu stres, detikers bisa melakukan latihan pernapasan. Praktik ini membantu merangsang sistem saraf parasimpatis tubuh yang membantu tubuh rileks dan pulih dari stres.
Interaksi dan Dinamika Bersama Keluarga
Liburan seringkali melibatkan pertemuan dengan keluarga besar atau teman-teman. Interaksi sosial yang intens ini dapat menyebabkan konflik dan ketegangan, terutama jika ada masalah yang belum terselesaikan.
Percakapan yang menyebabkan frustrasi akan memicu sinyal pada anterior cingulate cortex. Bagian otak ini terlibat dalam proses kognitif, resolusi konflik, dan deteksi kesalahan.
Saat detikers merasa kewalahan atau frustrasi, ambil jeda sejenak untuk menjauh dari situasi tersebut. Langkah ini dapat bantu seseorang kembali dengan pola pikir yang lebih jernih.
Kekhawatiran Masalah Finansial
Mengingat hal-hal memusingkan, seperti berapa banyak uang dihabiskan dan jumlah tagihan kartu kredit yang akan segera datang, dapat mengaktifkan hipokampus.
Bagian otak ini berperan penting dalam interaksi pembentukan memori dan pemanggilan kembali memori episodik, di antaranya emosi terkait ingatan tersebut.
Di sisi lain, hipokampus juga membantu tubuh beradaptasi dengan pemicu stres. Kemampuan ini membantu manusia belajar menyesuaikan ekspektasi.
Dengan demikian, ketika kita diingatkan dengan stres finansial, hipokampus akan mengirim sinyal ke hipotalamus untuk membantu memulihkan keseimbangan pikiran.
Kesepian dan Perasaan Terisolasi
Rasa kesepian saat liburan dapat muncul karena kita tidak bisa menghabiskan hari-hari kita bersama keluarga atau teman terkasih. Perasaan ini dipengaruhi amigdala.
Jaringan ini terlibat saat seseorang memikirkan perencanaan masa depan, mengenang, dan membayangkan suatu hal. Amigdala menjadi bagian dari sistem limbik yang berhubungan dengan pemrosesan emosi negatif, seperti rasa kesal karena tidak bisa bepergian, dan cara bereaksi atas perasaan tersebut.
Penelitian menunjukkan aktivitas fisik, khususnya aerobik, dapat memodulasi amigdala sehingga mengurangi perasaan depresi.
Percakapan dan Diskusi Soal Politik
Pertemuan keluarga dapat berujung pada diskusi mengenai peristiwa terkini, termasuk politik. Diskusi ini dapat mengakibatkan perdebatan sengit atau perselisihan pendapat di antara anggota keluarga.
Bagian otak yang berperan dalam hal ini adalah korteks prefrontal. Bagian otak ini mengontrol emosi, impuls, dan pengambilan keputusan.
Memahami apa yang memicu rasa frustrasi dalam situasi ini sangat penting untuk mengembangkan strategi proaktif mengelola stres dan menghindarinya.
Misalkan ketika emosi kita meningkat, korteks prefrontal akan memainkan peran ganda untuk mengatur reaksi emosi dan mengalihkan ke emosi empatik.
Kemampuan membangun perspektif empati dan meningkatkan kontrol kognitif akan membantu perkembangan korteks prefrontal. Langkah ini dapat mempermudah penurunan ketegangan.
Satu Langkah pada Satu Waktu
Mengurangi frustrasi merupakan proses bertahap. Satu cara berbeda bisa menghasilkan dampak yang berbeda.
Setiap orang memiliki strategi pengelolaan stresnya masing-masing, tetapi belum tentu strategi yang satu akan berhasil digunakan untuk mengatasi stres di waktu yang lain.
Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi akar penyebab stres dan frustrasi detikers sehingga dapat mengembangkan strategi penanggulangan yang ditargetkan.
Contohnya melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti mendengarkan musik atau melakukan teknik relaksasi. Coba bereksperimen dengan berbagai teknik pengelolaan stres yang mencakup tahap trial and error sehingga dapat mengidentifikasi adaptasi strategi ke depannya.
(twu/twu)