7 Tradisi Hari Natal di Indonesia, Ada Wayang Sampai Meriam Bambu

ADVERTISEMENT

7 Tradisi Hari Natal di Indonesia, Ada Wayang Sampai Meriam Bambu

Nikita Rosa - detikEdu
Senin, 25 Des 2023 11:00 WIB
Jadwal Misa Natal 2023 di gereja Katedral di beberapa wilayah Indonesia
Intip Tujuh Tradisi Natal di Indonesia. (Foto: Getty Images/Simon Roughneen)
Jakarta -

Menjelang akhir tahun, umat Kristiani akan merayakan hari Natal yang jatuh pada Senin, 25 Desember 2023. Di beberapa daerah di Indonesia, terdapat sejumlah tradisi yang dijalankan jelang atau setelah hari Natal.

Tradisi hari Natal ini merupakan simbol kebersamaan yang telah dilakukan secara turun-temurun. Apa saja tradisi hari Natal di Indonesia? Simak berikut ini.

7 Tradisi Hari Natal di Indonesia

1. Marbinda dan Marhobas, Sumatera Utara

Marbinda merupakan tradisi menyembelih hewan, sedangkan Marhobas merupakan tradisi memasak hasil sembelih yang dilakukan oleh para laki-laki. Kedua tradisi ini dilakukan setiap menjelang hari raya Natal oleh masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut laman Indonesia Travel dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Tujuan dari Marbinda dan Marhobas adalah untuk mengeratkan kebersamaan, gotong royong, serta sebagai wujud rasa syukur.

Hewan yang disembelih di Marbinda biasanya adalah hewan yang berkaki empat, seperti sapi, kerbau, atau babi. Hewan-hewan tersebut didapatkan dari hasil tabungan warga selama berbulan-bulan.

ADVERTISEMENT

Daging-daging hasil sembelih kemudian dimasak lewat tradisi Marhobas lalu dibagikan kepada warga. Uniknya, orang yang dipercaya untuk membagikan daging biasanya akan terpilih menjadi kepala desa di periode selanjutnya.

2. Rabo-Rabo, Jakarta

Tradisi Rabo-rabo bisa kamu temui di kawasan Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta, tepatnya di Kampung Tugu. Kampung yang disinggahi oleh sekelompok pemeluk agama Kristen berketurunan Portugis ini mengadakan rabo-rabo setiap menjelang Natal.

Tradisi yang memiliki arti Ekor-Mengekor dalam bahasa Kreol Portugis ini dilakukan dengan berkeliling kampung dan mengunjungi rumah-rumah sambil menyanyikan lagu keroncong. Tradisi akan dimulai dengan mengunjungi gereja terlebih dahulu untuk beribadah. Setelah itu, rombongan langsung mengunjungi rumah-rumah warga sekitar.

Salah satu anggota keluarga dari setiap rumah-rumah yang dikunjungi nantinya harus ikut dalam rombongan. Layaknya ekor yang memanjang, tradisi ini biasanya ditutup dengan pesta makan di rumah yang terakhir dikunjungi.

3. Wayang Wahyu, Jawa

Dikutip dari artikel berjudul, Figur Yesus Dalam Wayang Wahyu: Suatu Kajian Dari Aspek Visualisasinya karya Ajeng Tri Nursanti dari Institut Seni Indonesia (ISI) lahirnya Wayang Wahyu berawal dari gagasan Bruder Timotius L. Wignyosoebroto, FIC.

Timotiud terinspirasi setelah menonton pagelaran wayang kulit Purwa pada tanggal 13 Oktober 1957 di gedung HBS (Himpunan Budaya Surakarta) yang dilakonkan oleh dalang bernama M.M Atmowiyono yang menampilkan kisah Kitab Suci Perjanjian Lama, yaitu "Daud Mendapat Wahyu Keraton".

Pementasan Wayang Wahyu digunakan untuk mengingatkan umat dalam menjalin keharmonisan antar sesama.

4. Ngejot dan Penjor, Bali

Kedua tradisi yang identik dengan umat Hindu ini juga seringkali dilakukan oleh umat Kristen serta Muslim di Bali. Ngejot adalah tradisi di mana para warga saling membagikan makanan. Adapun makanan yang dibuat disesuaikan dengan agama masing-masing.

Kemudian Penjor merupakan bambu-bambu tinggi melengkung yang biasanya dipasang saat hari raya Galungan. Bambu-bambu tersebut dipasang di bagian rumah sebagai bentuk syukur atas anugerah Tuhan.

5. Meriam Bambu, Nusa Tenggara Timur

Di Flores, Nusa Tenggara Timur, ada tradisi yang diisi oleh pesta meriam bambu. Tradisi bernama Meriam Bambu ini tercipta dari permainan.

Tak cuma buat ramai, bunyi dari meriam bambu juga dapat diartikan sebagai sambutan terhadap kelahiran Yesus Kristus.

6. Kunci Taon, Sulawesi Utara

Kunci Taon di Kota Manado, Sulawesi Utara biasanya dilaksanakan pada awal minggu bulan Desember dan berakhir di Januari. Tradisi ini diawali dengan serangkaian ibadah di gereja kemudian dilanjut dengan berziarah ke makam kerabat.

Biasanya, saat berziarah mereka akan meletakkan lampu hias di atas makam kerabat. Tradisi Kunci Taon lalu ditutup dengan kegiatan pawai mengelilingi kampung sambil mengenakan kostum yang menarik.

7. Bakar Batu, Papua

Tradisi perayaan Hari Natal ini merupakan kegiatan memasak bersama menggunakan batu-batu yang dibakar. Batu-batu tersebut diletakkan di dalam sebuah lubang yang telah digali dan dilapisi dengan daun pisang dan ilalang.

Setelah dilapisi, daging babi dimasukkan ke dalamnya dan ditutup dengan lapisan daun pisang dan batu-batu panas lagi.

Kemudian susunan tersebut diisi dengan sayuran dan umbi-umbian. Bahan makanan tersebut lalu ditutup lagi dengan daun pisang, ilalang, serta batu bakar.

Tradisi ini dilakukan setelah misa Natal dengan durasi sekitar setengah hari. Bakar Batu menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan serta untuk menjaga kebersamaan.

Itulah tujuh tradisi Hari Natal di Indonesia. Bagaimana dengan tradisi di daerahmu, detikers?




(nir/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads