Para peneliti dari Flinders University dan The University of Adelaide baru-baru ini menyoroti evolusi mamalia besar, khususnya terkait mengapa sebagian besar mamalia besar seperti kuda memiliki wajah yang panjang.
Peneliti telah meninjau penjelasan ilmiah tentang fenomena ini dengan memperkenalkan konsep Alometri Evolusioner Kraniofasial (CREA) yang memiliki dampak besar terhadap pola evolusi mamalia.
Melansir laman EurekaAlert, konsep CREA sendiri menjelaskan korelasi antara ukuran tubuh mamalia dan panjang wajah mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun ada kepercayaan umum bahwa mamalia besar cenderung memiliki wajah yang lebih panjang, ada pengecualian menarik yang menunjukkan bahwa hubungan ini tidak selalu sederhana.
"Pola CREA terlihat pada banyak mamalia berbeda yang memiliki sedikit kesamaan - dari kucing hingga tikus, dari antelop hingga babun, dari rusa hingga kanguru. Namun sejauh ini para ilmuwan belum bisa menjelaskan apa penyebabnya," ujar ilmuwan dari Flinders University, Dr Rex Mitchell yang memimpin penelitian ini.
Pola CREA pada Mamalia Besar
CREA terlihat pada sejumlah mamalia yang berbeda, seperti kucing, hewan pengerat, rusa, kanguru, dan beberapa monyet.
Namun, ada kekurangan dalam penjelasan CREA yang terdapat pengecualian pada mamalia besar yang memiliki wajah pendek, seperti setan Tasmania, berang-berang laut, dan orca, sebagaimana yang dilansir dari laman The Conversation.
Pengecualian dalam pola CREA seringkali terkait dengan perubahan besar dalam pola makan. Contohnya hewan dalam keluarga anjing, seperti rubah yang terdapat perbedaan dalam struktur wajah antara anggota yang memburu mangsa kecil dan yang memburu mangsa besar.
Hal ini menunjukkan penyesuaian terhadap strategi berburu dan konsumsi makanan yang berbeda.
Di sisi lain kondisi ini juga tersorot pada serigala yang secara umum memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada rubah. Namun, wajah serigala tetap memiliki proporsi yang lebih pendek dibandingkan dengan rubah terbesar.
Sebenarnya hal ini disebabkan oleh fakta bahwa serigala, yang memburu mangsa yang lebih besar, sehingga memerlukan gigitan yang lebih kuat daripada rubah.
Maka, apabila ukuran wajahnya lebih pendek, ini akan menjadikannya lebih kokoh untuk mendukung kebutuhan menangkap mangsa.
Faktor Biomekanik pada Bentuk Wajah yang Panjang
Selain itu, studi ini meyakini bahwa panjang wajah pada mamalia besar, baik herbivora maupun karnivora, memiliki implikasi biomekanik yang berbeda dalam proses pengambilan makanan.
Biomekanik memperhatikan cara mamalia menggunakan wajah mereka saat makan. Mamalia yang memiliki diet serupa, meskipun berbeda dalam ukuran tubuh, membutuhkan tekanan yang berbeda untuk menggigit makanan mereka.
Hal ini pun menunjukkan bahwa wajah yang lebih pendek terbukti lebih efisien dalam melakukan gigitan kuat karena jarak yang lebih dekat antara otot rahang dan gigi.
Pada herbivora, panjang wajah memungkinkan mereka untuk mencapai lebih banyak daun atau mengambil gigitan yang lebih besar, sementara pada karnivora, panjang wajah mendukung taring yang lebih besar untuk menangkap dan memangsa hewan.
Ini menekankan bahwa struktur wajah pada mamalia besar, terutama dalam konteks herbivora dan karnivora, didukung oleh kebutuhan spesifik mereka dalam memperoleh makanan sesuai dengan peran dan strategi makan mereka sehingga dengan lebih cepat saat menyerang mangsa.
Dengan kata lain, mamalia yang lebih besar secara alami cenderung memiliki tengkorak yang lebih panjang, yang bermanfaat dalam berbagai konteks.
(faz/faz)