Berbagai istilah baru viral di media sosial usai debat calon wakil presiden (cawapres) di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Jumat (22/12/2023) malam kemarin. Sebut saja tentang Carbon Capture and Storage, slepet, dan yang terakhir SGIE.
Istilah SGIE timbul ketika cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka melontarkan pertanyaan kepada cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Ia mempertanyakan bagaimana langkah Cak Imin untuk menaikkan peringkat Indonesia di SGIE.
Namun, Cak Imin menjawab bahwa dirinya tidak memahami apa itu SGIE dan tak pernah mendengar tentang hal tersebut sebelumnya. Sebagai informasi SGIE adalah singkatan dari State of the Global Islamic Economy (SGIE).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SGIE merupakan laporan yang diluncurkan oleh DinarStandard di Dubai, Uni Emirat Arab yang mencakup sektor keuangan syariah, makanan dan minuman halal, kosmetik halal, farmasi halal, perjalanan ramah untuk Muslim, serta media dan rekreasi bertema Islami.
Karena peristiwa tersebut, pembicaraan tentang SGIE riuh di media sosial. Beberapa pihak bahkan menyebutkan bila Gibran salah dalam mengucapkan kata SGIE yang merupakan singkatan dari bahasa Inggris.
Lalu sebenarnya bagaimana mengucapkan kata akronim atau singkatan yang benar menurut bahasa Indonesia? Begini penjelasannya.
Pengucapan Singkatan Menurut Bahasa Indonesia
Mengutip buku Masalah Bahasa yang Patut Anda Ketahui I yang diterbitkan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (kini Badan Bahasa Kemendikbudristek) tahun 1991 dijelaskan bila akronim dan singkatan adalah sebuah bentuk ringkas.
Namun, bila diartikan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring akronim adalah singkatan yang berasal dari gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar. Sedangkan dalam buku Masalah Bahasa yang Patut Anda Ketahui I akronim dijelaskan sebagai singkatan yang bisa menjadi sebuah kata.
Misalnya ormas, tilang, ABRI, Sekjen, ponsel, dan sembako. Karena dilafalkan sebagai kata yang wajar, bila akronim berasal dari bahasa asing maka akan dibaca sesuai dengan bahasa aslinya.
Tetapi, untuk singkatan yang bukan akronim tidak dituliskan atau dilafalkan seperti sebuah kata, tetapi dieja huruf demi huruf. Contohnya a.n, dkk, MPR, DPR, DPRD dan lainnya.
Lalu bila singkatan berasal dari bahasa asing seperti SGIE, bagaimana pengucapannya? Ternyata, singkatan yang berasal dari bahasa asing juga dibaca atau dieja sesuai dengan huruf bahasa Indonesia.
Contohnya WHO dibaca we-ha-o, PLO dibaca pe-el-o, sehingga bila SGIE dibaca es-ge-i-e. Merunut penjelasan ini seharusnya apa yang diucapkan Gibran tidak bisa dikatakan salah, tapi penilaian netizen di media sosial tetap menampilkan pro dan kontra.
Nah itulah cara mengucapkan singkatan yang benar menurut buku Masalah Bahasa yang Patut Anda Ketahui I. Semoga informasi ini membantumu detikers!
(det/nwk)