Sejarah Pulau Galang, Penampungan Tentara Jepang hingga Pengungsi Vietnam

ADVERTISEMENT

Sejarah Pulau Galang, Penampungan Tentara Jepang hingga Pengungsi Vietnam

Nimas Ayu Rosari - detikEdu
Jumat, 22 Des 2023 13:00 WIB
Kementerian PUPR tengah menyiapkan pembangunan fasilitas observasi COVID-19 (Corona) di Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Pulau Galang Foto: Dok. Kementerian PUPR
Jakarta -

Pulau Galang merupakan sebuah pulau di Batam, Kepulauan Riau yang dulu pernah menjadi tempat penampungan para pengungsi dari Vietnam. Namun kini pulau tersebut sudah ditinggalkan oleh para pengungsi dan tidak berpenghuni.

Lantas bagaimanakah sejarah mengenai Pulau Galang yang sempat menjadi tempat pengungsi Vietnam tersebut? Simak informasi berikut untuk mengetahuinya lebih jelas.

Tentang Pulau Galang

Kata Galang memiliki arti yang bermakna landasan menurut cerita rakyat yang berkembang dalam masyarakat seperti dikutip dari situs Balai Pelestarian Kepulauan Riau Kemdikbud.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pulau Galang terkenal akan potensi sumber daya alamnya yang kaya akan kayu seraya. Kayu seraya merupakan bahan atau material dasar yang biasanya digunakan untuk membuat perahu dan kapal dengan kualitas yang baik.

Pulau Galang ini terletak di Kota Batam, Provinsi Riau, Kepulauan Riau dengan luas sekitar 80 hektare. Pulau kecil ini letaknya persis di depan Tanjung Pengapit. Berjarak sekitar 60 kilometer dari Kota Batam, untuk mengakses Pulau Galang perlu menghabiskan waktu perjalanan sekitar 1,5 jam, sebagaimana dilansir dari Kemenkeu.

ADVERTISEMENT

Sejarah Pulau Galang

Pulau Galang juga dikenal sebagai pulau para Lanun, seperti Peristiwa tahun 1784 dan 28 Juni 1837. Dikutip dari artikel Pulau Galang Sebagai Penampungan Pengungsi Vietnam oleh Bunari yang diterbitkan dalam jurnal Seuneubok Lada edisi Januari-Juni 2017, gerakan Lanun melakukan aksi dengan merampok setiap kapal asing yang memasuki perairan Riau.

Pulau Galang menjadi kekuasaan dari Kerajaan Riau Lingga dan Belanda yang didasarkan oleh perjanjian 1 Desember 1857.

Sesudah Jepang menyerah pada Sekutu, mulai Oktober 1945, Pulau Galang dan Pulau Rempang dimanfaatkan sebagai tempat penampungan tentara Jepang sebelum direpatriasi. Ratusan ribu prajurit yang berstatus tawanan perang dipulangkan dari kedua pulau tersebut hingga Juli 1946.

Artikel yang ditulis Harry Miller berjudul A Sime Roader Looks At Rempang yang diterbitkan The Straits Times, 8 Juli 1946 menggambarkan di Pulau Galang berdiri Markas Liaison Staff tentara Inggris.

Orang-orang Jepang memberi nama Sakae untuk Pulau Galang. Mereka "menyulap" hutan karet menjadi kampung-kampung dan pelabuhan. Tempat-tempat tersebut pun dinamakan dengan sebutan Jepang seperti Osamu, Mizuko, dan Kotobuki.

Sebelum dipakai untuk penampungan tawanan perang, nyaris tak ada kehidupan di Pulau Galang. Jalanan utama hanya setapak di antara pohon-pohon karet. Tentara Jepang membangun 31,5 mil (50 km) jalan untuk kendaraan dan 53 mil (85 km) jalan setapak baru termasuk 165 jembatan.

Hingga pada akhirnya tahun 1979, Pulau Galang digunakan sebagai tempat bagi para pengungsi dari Vietnam. Ribuan orang pengungsi Vietnam tersebut kemudian menetap di Pulau Galang yang menjadi penyebab mengapa Pulau Galang ini dikenal sebagai Kampung Vietnam. Program penampungan pengungsi Vietnam tersebut berakhir pada 3 September 1996 dan beralih menjadi objek wisata.

Setelah kepergian pengungsi Vietnam dan menjadi tidak berpenghuni, Pulau Galang masih tetap digunakan untuk keperluan tertentu. Sebagaimana dilaporkan oleh detikSumut (7/12/2023), Pulau Galang ini dimanfaatkan menjadi lokasi penanganan Covid-19 oleh Presiden Jokowi dan mengoperasikan Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) untuk menangani pasien Covid-19. RSKI ini mulai beroperasi pada tahun 2020 dan sejak Mei 2022 sudah tidak ada lagi pasien yang dirawat.


Sejarah Pengungsi Vietnam

Dikutip dari buku Daratan dan Kepulauan Riau dalam Catatan Arkeologi dan Sejarah oleh Sofwan Noerwidi, pada tahun 1975, Perang Vietnam berakhir dengan kekalahan Vietnam Selatan yang menimbulkan kegoncangan di masyarakatnya. Mereka berupaya pergi dari Vietnam mencari tempat yang lebih baik di negara lain.

Rombongan pertama berjumlah 25 orang mendarat pada 22 Mei 1975 di Pulau Laut, di bagian utara Kepulauan Natuna. Para pengungsi tersebut semakin bertambah jumlahnya memasuki perairan Indonesia dan mendarat di berbagai pulau di Kepulauan Riau.

Pihak Indonesia menyediakan sebuah pulau untuk keperluan Refugee Processing Centre (RPC) sebagai pusat pemrosesan dan pemeliharaan pengungsi yang berada di wilayah Indonesia. Hingga pada tahun 1979, pembangunan pusat penampungan dan proses pengungsi di Pulau Galang dilakukan.

Para pengungsi Vietnam akhirnya hidup di Desa Sijantung, Kecamatan Galang, Kota Batam sebanyak 250.000 orang sejak 1975 sampai berakhirnya pengungsian mereka tahun 1996. Selama digunakan untuk tempat penampungan, para lembaga nasional dan internasional telah mempersiapkan sarana prasarana untuk para pengungsi.

Tahun 1996, Perang Vietnam telah meredup dan kondisi jauh lebih baik hingga Vietnam dinyatakan aman. Para pengungsi kemudian diminta untuk kembali ke negaranya. Oleh karena itu pada tahun 2018, Pulau Galang ini terkenal dengan nama ex. Kampung Vietnam.


Opsi Tempat Pengungsi Rohingya

Berbicara tentang para pengungsi Rohingya yang sempat meresahkan warga Indonesia, terutama di Aceh, kini Wakil Presiden Indonesia mencoba angkat bicara dalam membahas solusi masalah tersebut. Sebagaimana dilaporkan oleh CNN, Pulau Galang ini dijadikan opsi tempat menampung para pengungsi Rohingya.

"Penempatannya di mana? Dulu pernah kita menjadikan Pulau Galang untuk pengungsi Vietnam. Nanti kita akan bicarakan lagi apa akan seperti itu. Saya kira pemerintah harus mengambil langkah-langkah," kata Ma'ruf dalam YouTube Wakil Presiden RI.

Namun pada dasarnya keputusan tersebut belum bulat dan masih perlu dibicarakan lebih lanjut. Terlebih lagi melihat kondisi Rohingya yang berbeda dengan kondisi pengungsi Vietnam pada masa itu.

"Rohingya itu pada prinsipnya kami menganut diplomasi kemanusiaan, karena sifatnya kemanusiaan, maka kami sedang mencari jalan untuk nanti dicarikan tempat penampungan, karena yang ada sudah tidak muat," katanya dalam CNN (6/12/2023).

Oleh karena itu sekarang pemerintah Indonesia masih mengupayakan mencari tempat penampungan yang cocok untuk pengungsi Rohingya.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads