Berdasarkan survei UNESCO, partisipasi perempuan di Indonesia dalam bidang STEM menurun drastis setelah masuk dunia kerja.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Suharti dalam acara Digital Talent Day 2023 "Women in Tech" by Huawei, di Universitas Tarumanegara, Jakarta Barat, Rabu (20/12/2023).
"Yang ikut pendidikan di teknologi itu menunjukkan bahwa peserta pendidikan perempuan di teknologi itu sudah banyak," kata Suharti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi ketika memasuki dunia kerja itu menurun," sambungnya.
Dalam paparannya, Suharti menyebut survei UNESCO tersebut melaporkan ada tiga alasan perempuan memiliki minat yang minim terhadap STEM di dunia kerja.
Pertama, 61 persen responden mengatakan alasan yang mendasari hal tersebut yakni perempuan mempertimbangkan stereotipe gender saat mencari kerja.
Kedua, sebanyak 50 persen responden menjawab mereka kurang tertarik berkarir di STEM karena kuatnya sentimen dominasi laki-laki.
Ketiga, sebesar 45 persen responden mengaku mereka percaya pekerjaan STEM tidak sesuai untuk perempuan.
Lulusan Perempuan di Bidang STEM Masih 37%
Data UNESCO lainnya dalam International Labour Organization (ILO) tahun 2020, melaporkan lulusan STEM yang merupakan perempuan di Indonesia masih sebanyak 37 persen. Sementara laki-laki sebesar 63 persen.
Terkait hal tersebut, Suharti menegaskan bahwa peran perempuan dalam STEM harusnya imbang. Jika seimbang, pencapaian pertumbuhan ekonomi pun akan turut meningkat.
"Mau tidak mau, suka tidak suka, perempuan harus terlibat. Tidak mungkin terjadi pertumbuhan ekonomi yang bagus kalau perempuan tidak ikut berkontribusi," jelas Suharti.
Pemerataan kemampuan STEM, khususnya bidang digital pada perempuan dan laki-laki telah diupayakan lewat distribusi internet yang hampir seimbang terhadap kedua populasi gender ini.
Dari survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, data pemerataan akses internet sebesar 54,70 persen pada perempuan dan 60,40 persen laki-laki.
Peluang Kerja Perempuan Perlu Diperluas
Suharti tak menampik bahwa perempuan yang mengenyam pendidikan STEM semakin banyak. Namun, data partisipasi perempuan dalam STEM di dunia kerja yang minim menurutnya perlu ditingkatkan lewat perluasan peluang kerja.
"Angka partisipasi kerja perempuan itu baru 52-53 persen," katanya.
Ia berharap kepada Kementerian Ketenagakerjaan untuk memperhatikan peluang tersebut.
"Kami dari Kemendikbudrsitek ingin terus meningkatkan kualitas yang setara antara perempuan dan laki-laki," tuturnya.
(nah/nah)