Nama Lokananta tak asing bagi pegiat musik Indonesia. Studio rekaman ini berdiri gagah tak lama setelah kemerdekaan.
Bertempat di Jalan Ahmad Yani nomor 387, Surakarta, Jawa Tengah, studio Lokananta berdiri. Waktu itu, studio rekaman ini memiliki fasilitas rekaman tercanggih di Asia Tenggara.
CEO Lokananta atau pengelola Lokananta saat ini, Wendi Putranto, menceritakan awal mula studio Lokananta berdiri. Bagaimana kisahnya? Simak berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Project Soekarno
Setelah memproklamasikan kemerdekaan, Ir. Soekarno mencari cara untuk mendidik karakter bangsa. Pilihan proklamator Indonesia itu akhirnya jatuh pada musik.
"Beliau ingin bagaimana passion dan character building sebuah bangsa yang baru lepas dari kolonial ini bisa dengan segera terbentuk. Ada satu cara yang menurut Bung Karno sangat efektif adalah melalui musik," jelas Wendi dalam Diskusi Publik Mereka Ulang Warisan Sejarah dalam Relevansi Masa Kini oleh Indonesian Heritage Agency di Ruang Graha Utama, Komplek Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Kamis (14/12/2023).
Saran R Maladi, Menteri Penerangan pada saat itu, dipertimbangkan oleh Soekarno. Maladi menyarankan Lokananta sebagai nama studio rekaman. Nama Lokananta diambil dari kisah legenda yang diketahui merupakan gamelan dari kayangan yang bisa berbunyi sendiri tanpa dipukul.
Studio rekaman Lokananta akhirnya diresmikan pada 1956. Kendati demikian, hasil-hasil rekaman belum disebarkan secara komersil. Lokananta hanya menjadi pabrik piringan hitam dan mendistribusikan piringan-piringan tersebut kepada stasiun radio di Indonesia.
Cetak Hits Terbaik Indonesia
Barulah pada 1961, Lokananta beralih ke studio rekaman komersil. Beberapa lagu top direkam di studio ini.
Lagu Bengawan Solo karya Gesang serta album Titiek Puspa, direkam di studio ini. Menurut Wendi, saat itu studio rekaman Lokananta menjadi studio tercanggih di Indonesia dan Asia Tenggara.
Masa kejayaan Lokananta berlangsung hingga awal 1980-an. Sebelum Departemen Penerangan yang menaungi Lokananta ditutup.
Tutupnya Departemen Penerangan hingga Pailitnya Lokananta
Departemen Penerangan ditutup pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gusdur. Kepemilikan Lokananta akhirnya dipindahkan di bawah Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI).
Perbedaan industri, percetakan dan studio rekaman, membuat Lokananta tak seaktif dulu. Bahkan, Lokananta sempat mengalami pailit pada tahun 2004.
Kedatangan Glenn Fredly
Penyanyi kondang Glenn Fredly disebut menemukan kembali Lokananta. Wendi bercerita jika saat itu Glenn melakukan rekaman di studio Lokananta.
Aksi Glenn membuka mata musisi lain. Pada tahun 2012, Band White Shoes and The Couples Company turut melakukan rekaman di studio tersebut.
Gerakan musisi yang melakukan rekaman di Lokananta akhirnya mendapat perhatian dari Menteri BUMN, Erick Thohir.
Revitalisasi Lokananta
Pada tahun 2022, akhirnya Lokananta dirombak menjadi pusat bagi para musik dan seni di Indonesia. Pembangunan fisik Lokananta dimulai pada November 2022 yang ditandai dengan perhelatan Lokananta Reload pada 27 November 2022.
Lokananta versi baru kini memiliki lima pilar utama, yaitu museum/galeri studio rekaman, arena pertunjukan, area kuliner, dan galeri UMKM. Beberapa kaset VHS (Video Home System) berisi rekaman pertunjukan seni ketoprak yang disiarkan di TVRI pada masa lalu dan 53 piringan hitam dapat dinikmati oleh pengunjung.
Lokananta juga menjadi tempat digelarnya beberapa acara musik hingga pertemuan. Studio rekaman yang sempat pailit itu kini kembali menjadi studio legendaris.
(nir/nwk)