Kamus Bahasa Cambridge Tambahkan Definisi Baru Kata 'Halusinasi' karena AI

ADVERTISEMENT

Kamus Bahasa Cambridge Tambahkan Definisi Baru Kata 'Halusinasi' karena AI

Noor Faa'izah - detikEdu
Kamis, 07 Des 2023 12:30 WIB
Ilustrasi Anak Cerdas Dirikan Perusahaan AI
Foto: iStock
Jakarta -

Beberapa bulan terakhir, terjadi lonjakan minat pada penggunaan alat kecerdasan buatan yang kerap dikenal dengan artificial intelligence (AI). Penggunaan AI generatif seperti ChatGPT, Bard, dan Grok dapat diaplikasikan di berbagai bidang.

Salah satunya, penggunaan AI pada model bahasa besar atau large language models (LLMs). Akan tetapi, penggunaan AI justru menciptakan 'fakta' yang salah dan menyesatkan karena teknologi tersebut "berhalusinasi" dalam menciptakan sesuatu.

The Cambridge Dictionary, sebagai kamus bahasa Inggris terpopuler, mendefinisikan ulang kata berhalusinasi (hallucinate) untuk memperhitungkan dampak penggunaan AI. Dilansir dari laman University of Cambridge, mereka juga menobatkan kata "hallucinate" sebagai Word of the Year 2023.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada tahun 2023, tercatat para leksikografer Cambridge menambahkan lebih dari 6.000 kata, frasa, dan definisi bahasa Inggris baru pada kamus kebahasaan mereka.

Selain kata "hallucinate" terdapat beberapa tambahan lain yang mencerminkan perkembangan pesat AI dan komputasi. Misalnya, kata "train" dalam pembelajaran mesin, yang berarti "untuk membuat atau meningkatkan representasi komputer dari suatu sistem atau proses dengan menyediakan data".

ADVERTISEMENT

Penambahan Definisi Halusinasi

Definisi awal dari halusinasi adalah "to seem to see, hear, feel, or smell something that does not exist, usually because of a health condition or because you have taken a drug". Artinya "seperti melihat, mendengar, merasakan, atau mencium sesuatu yang tidak ada, biasanya karena kondisi kesehatan atau karena sedang mengkonsumsi obat".

Kemudian, definisi kata tersebut mendapat tambahan makna berupa "a computer system that has some of the qualities that the human brain has, such as the ability to produce language in a way that seems human." Definisi tambahan tersebut berarti "sistem komputer yang memiliki beberapa kualitas yang dimiliki otak manusia, seperti kemampuan menghasilkan bahasa dengan cara yang terlihat seperti manusia".

Dengan demikian, kata berhalusinasi juga merujuk pada sesuatu yang menghasilkan informasi palsu juga sebagai konfabulasi atau ingatan atas kejadian asli yang terlihat masuk akal, meskipun faktanya tidak akurat atau tidak logis.

Contohnya, sebuah firma hukum di Amerika Serikat pernah menggunakan ChatGPT untuk melakukan penelitian hukum dan menyebabkan kasus-kasus fiktif yang diajukan ke pengadilan. Selain itu, seperti dikutip dari situs resmi University of Cambridge, dalam video promosi Google untuk Bard, alat AI membuat kesalahan faktual tentang Teleskop Luar Angkasa James Webb.

Definisi baru ini menggambarkan kecenderungan linguistik yang berkembang untuk mengantropomorfisasi teknologi. Artinya, dengan menggunakan metafora yang mirip manusia seperti berbicara, menulis, dan berpikir, mesin dimaknakan memiliki entitas manusia walau mereka bukan manusia.

Dr Henry Shevlin, ahli etika AI di Universitas Cambridge, mengatakan, "Meluasnya penggunaan istilah 'halusinasi' untuk merujuk pada kesalahan sistem seperti ChatGPT memberikan gambaran menarik tentang cara kita berpikir dan melakukan antropomorfisasi AI."

Padahal, informasi yang tidak akurat atau menyesatkan sudah lama ada di lingkungan sehari-hari kita. Baik dalam bentuk rumor, propaganda, bahkan berita palsu.

Meskipun hal ini biasanya dianggap sebagai produk manusia, tetapi halusinasi dalam konteks ini telah menjadi kata kerja yang menyiratkan bahwa seorang mengalami keterputusan dari kenyataan.

"Pilihan linguistik ini mencerminkan perubahan persepsi yang halus namun mendalam. (Bahwa) AI, bukan pengguna, yang berhalusinasi." ujar Shevlin.

Dorong Manusia untuk lebih Kritis

Para ahli mengemukakan bahwa hal ini tidak menunjukkan secara langsung tentang adanya kepercayaan luas terhadap kecerdasan AI.

Justru, mereka menggarisbawahi kesiapan umat manusia dalam mengatasi atribut "mirip" manusia itu.

"Seiring berjalannya dekade ini, saya berharap kosa kata psikologis kita akan diperluas untuk mencakup kemampuan aneh dari kecerdasan baru yang kita ciptakan." kata Shevlin.

Wendalyn Nichols, seorang Manajer Penerbit Kamus Cambridge, mengatakan "Fakta bahwa AI dapat 'berhalusinasi' mengingatkan kita bahwa manusia masih perlu menggunakan keterampilan berpikir kritis mereka untuk menggunakan alat-alat ini."

Dia menilai bahwa AI memang sangat hebat dalam mengolah data dalam jumlah besar sehingga memungkinkan mereka mengekstrak informasi spesifik dan mengkonsolidasikannya.

"Dalam kondisi terbaiknya, LLM hanya dapat diandalkan jika data pelatihannya, (termasuk) keahlian manusia lebih dicari daripada sebelumnya. (Hal ini) untuk menciptakan informasi resmi dan terkini yang dapat digunakan untuk melatih LLM." jelas Nichols.




(nah/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads