Studi: Manfaat Bernyanyi untuk Bayi, Bantu Percepat Belajar Bahasa

ADVERTISEMENT

Studi: Manfaat Bernyanyi untuk Bayi, Bantu Percepat Belajar Bahasa

Noor Faaizah - detikEdu
Selasa, 05 Des 2023 12:00 WIB
Ilustrasi menyusui bayi
Ilustrasi menyanyi untuk bayi Foto: iStockphoto
Jakarta -

Pernahkah detikers menemukan orang tua yang menyanyikan lagu-lagu untuk anak mereka dan seakan-akan mengajak berbicara bayinya? Ternyata, menurut studi, orang tua harus berbicara pada bayi mereka dengan menggunakan nyanyian lagu anak-anak.

Hal ini karena mampu membantu bayi mempelajari informasi ritmis seperti bahasa, bukan informasi fonetik, pada beberapa bulan usia pertama mereka. Informasi fonetik merupakan elemen bunyi terkecil dalam ucapan, biasanya pengucapan alfabet yang dianggap oleh banyak ahli bahasa sebagai dasar bahasa.

Bayi ternyata mampu mempelajari elemen suara kecil ini dan menggabungkannya untuk membuat kata-kata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, dilansir dari laman University of Cambridge, bayi mampu memproses informasi fonetik dengan baik hingga usia tujuh bulan dimana usia tersebut sudah cukup terlambat untuk membentuk dasar bahasa.

Sebaliknya, ucapan yang berirama dapat membantu bayi belajar bahasa dengan menekankan batas-batas setiap kata. Hal ini dinilai efektif bahkan di bulan-bulan pertama kehidupannya.

ADVERTISEMENT

Informasi Fonetik Pada Bayi Usia 7 Tahun Belum Begitu Maksimal

Menurut penelitian yang terbit jurnal Nature Communications pada (1/12/2023) dengan judul Emergence of the cortical encoding of phonetic features in the first year of life, menemukan bahwa informasi fonetik belum berhasil dikodekan oleh bayi berusia tujuh bulan.

Selain itu, bayi-bayi pada usia 11 bulan masih jarang yang sudah bisa mulai mengucapkan kata-kata pertama mereka.

"Meskipun sebagian besar bayi sudah dapat mengenali kata-kata yang familiar seperti 'botol', (Namun) sejak saat itu bunyi ujaran individu masih ditambahkan dengan sangat lambat untuk menjadi dasar bahasa," kata Profesor Usha Goswami, ahli saraf dari Cambridge University, Inggris salah satu peneliti yang terlibat dalam riset tersebut.

Gabungan peneliti dari Universitas Cambridge dan Trinity College Dublin menyelidiki kemampuan bayi memproses informasi fonetik selama tahun pertama mereka dengan mencatat pola aktivitas listrik 50 bayi.

Bayi-bayi tersebut dipertontonkan video guru sekolah dasar yang sedang menyanyikan 18 lagu anak-anak. Sembari menonton video, bayi dipasangkan pita gelombang otak berfrekuensi rendah untuk membaca informasi fonologis yang sedang dikodekan.

Hasilnya, pengkodean fonetik pada bayi muncul secara bertahap selama satu tahun pertama mereka. Pelabelan dimulai dengan bunyi labial seperti b untuk "baby" dan bunyi sengau seperti m untuk "mommy".

Giovanni Di Liberto, profesor ilmu kognitif dan komputer di Trinity College Dublin, mengatakan, "Ini adalah bukti pertama yang kami miliki tentang bagaimana aktivitas otak berhubungan dengan informasi fonetik yang berubah seiring waktu..."

Penggunaan Ritme Bantu Menekankan Unsur Kata

Penelitian ini didanai oleh Dewan Riset Uni Eropa 2022 dan merupakan bagian dari proyek BabyRhythm yang dipimpin oleh Goswami. Tujuan penelitian adalah untuk menyelidiki bagaimana bahasa dipelajari dan bagaimana hal ini berkaitan dengan disleksia atau gangguan perkembangan bahasa.

Goswami meyakini bahwa informasi ritmis, dengan adanya penekanan pada suku kata yang berbeda serta penerapan nada yang naik turun adalah kunci pembelajaran bahasa.

Sebuah penelitian serupa dari proyek BabyRhythm menunjukkan bahwa informasi yang diucapkan secara berirama dapat diproses oleh bayi pada usia dua bulan.

Percobaan tersebut juga dilakukan pada orang dewasa dan menunjukkan 'pembacaan' ritme dengan suku kata yang serupa dengan bayi dan hasilnya menunjukkan perbedaan prediksi hasil bahasa individu di kemudian hari.

"Kami percaya bahwa informasi ritme bicara adalah 'perekat' tersembunyi yang mendasari pengembangan sistem bahasa yang berfungsi dengan baik," kata Goswami.

Menurutnya, bayi dapat menggunakan informasi ritmis seperti untuk menambahkan informasi fonetik. Misalnya, pola ritme kuat-lemahnya kata-kata bahasa Inggris seperti pada 'daddy' atau 'mummy' ada penekanan pada suku kata pertama

Bayi akan menggunakan pola ritme ini untuk menebak di mana satu kata berakhir dan kata lainnya dimulai. Oleh karena itu, Goswami menyarankan para orang tua untuk banyak-banyak menyanyikan lagu untuk anak mereka.

Goswami juga mengatakan bahwa ada sejarah panjang dalam upaya menjelaskan disleksia dan gangguan perkembangan bahasa yang berkaitan dengan masalah fonetik, tetapi buktinya tidak cukup.

Pihaknya meyakini bahwa perbedaan individu dalam bahasa anak-anak berasal dari komunikasi dengan ritme ini.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads