Nama Keumalahayati menggema di hari penutupan Sidang Umum ke-42 UNESCO pada 22 November 2023 di Paris, Prancis. Ia merupakan salah satu Pahlawan Nasional yang hari lahirnya ditetapkan sebagai hari perayaan internasional.
Tak hanya Keumalahayati, penyair AA Navis, juga mendapat kehormatan itu. Menurut laman Kemdikbud, penetapan ini berlangsung di sesi sidang Plenary Report dari rangkaian Sidang Umum UNESCO ke-42.
Keumalahayati tak asing dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Sosoknya juga dikenal sebagai laksamana perempuan pertama di dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana profil lengkap Keumalahayati? Simak berikut ini.
Profil Keumalahayati
Keumalahayati merupakan Pahlawan Nasional yang diakui atas keberanian, kepemimpinan, dan kontribusinya dalam membela tanah air. Ia dibesarkan di wilayah yang terkenal dengan tradisi maritim kuat.
Mengenal dunia peperangan laut sejak usia muda, ia belajar dari ayahnya, Laksamana Mahmud Syah. Laksamana Mahmud Syah adalah seorang panglima angkatan laut armada Aceh yang terampil dan dihormati.
Pendiri Pasukan Perang yang Semuanya Perempuan
Keumalahayati merupakan pendiri Inong Balee, pasukan perang pertama yang seluruh anggotanya adalah perempuan. Menurut laman Indonesia.go dari Kominfo, pasukan ini ditakuti oleh musuh di perairan pesisir Aceh Besar serta Selat Malaka.
Jumlah pasukan mencapai 2.000 orang. Mereka seluruhnya adalah para janda dari prajurit yang gugur kala bertempur melawan Portugis.
Berbekal kemampuan yang didapat ketika menimba ilmu di Mahad Baitul Maqdis, Malahayati melatih Inong Balee menjadi pasukan tempur. Sultan Aceh kemudian mendaulatnya sebagai panglima armada laut alias laksamana dan merupakan perempuan pertama di dunia yang menyandang jabatan itu.
Sultan juga membekali pasukan Inong Balee dengan 100 unit kapal perang ukuran besar berkapasitas masing-masing 400 pasukan. Pasukan Inong Balee mulai dilibatkan dalam beberapa peperangan melawan Portugis dan Belanda.
Taklukkan Cornelis de Houtman
Laksamana Keumalahayati dan pasukan Inong Balee telah menunggu dan bersiaga saat kapal Belanda sampai. Sultan memerintahkan Laksamana Keumalahayati mengusir dua kapal Belanda tersebut.
Pasukan Inong Balee berhasil menghancurkan dua kapal dagang itu. Dalam sebuah duel satu lawan satu di atas kapal musuh pada 11 September 1599, Laksamana Malahayati berhadapan dengan Cornelis de Houtman, penjelajah dan penjajah Belanda. Nyawa Cornelis pun melayang karena Keumalahayati
Penghargaan pada Keumalahayati
Jasa Keumalahayati disematkan sebagai nama salah satu kapal perang TNI-Angkatan Laut (AL). Namanya juga dijadikan sebagai nama pelabuhan di Desa Lamreh Krueng Raya, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
Pelabuhan Malahayati yang dimulai sejak masa Sultan Iskandar Muda, sebelum 1970 digunakan sebagai pelabuhan transit. Kemudian pada 2007 Pelabuhan Malahayati kembali beroperasi untuk mengangkut produk ekspor asal Aceh ke kawasan Eropa dan Timur Tengah.
Terbaru, hari kelahiran Keumalahayati ditetapkan sebagai perayaan internasional oleh UNESCO. Inspiratif ya, detikers!
(nir/nwk)