Pengertian Hujan Orografis: Proses Terjadi dan Ciri-cirinya

ADVERTISEMENT

Pengertian Hujan Orografis: Proses Terjadi dan Ciri-cirinya

Noor Faaizah - detikEdu
Minggu, 19 Nov 2023 06:00 WIB
Ilustrasi hujan lebat
Ilustrasi hujan orografis Foto: iStock/Willowpix
Jakarta -

Pernahkah kamu mencari tahu bagaimana proses terjadinya peristiwa hujan? Nah, berdasarkan proses terjadinya, hujan dapat dibedakan menjadi hujan orografis, hujan konveksi atau zenithal, dan hujan frontal.

Seperti diketahui, hujan merupakan bagian dari peristiwa siklus air dan hidrologi. Hujan turun karena adanya proses kondensasi.

Titik-titik air hasil kondensasi (pengembunan) di awan akan terkumpul dan menjadi awan jenuh yang berisi partikel-partikel air. Nantinya, awan ini lah yang menyebabkan hujan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kali ini, mari kita mengenal lebih dalam tentang salah satu jenis hujan yaitu hujan orografis. Yuk simak penjelasan tentang hujan orografis berikut ini.

Proses Terjadinya Hujan Orografis

Dikutip dari e-Modul Pembelajaran SMA Geografi Kelas X karya Agus Pratomo, pengertian hujan orografis adalah hujan yang terjadi akibat gerakan massa udara yang mengandung uap air terhalang oleh gunung atau pegunungan sehingga dipaksa naik ke lereng pegunungan.

ADVERTISEMENT

Angin atau massa udara yang mengandung uap air bergerak secara horizontal, menaiki pegunungan. Setelah mencapai ketinggian tertentu, sesuai hukum gradien termis, uap air akan mengalami kondensasi.

Kondensasi akan membentuk awan serta mengalami proses pendinginan yang mengakibatkan turunnya partikel-partikel air. Hal ini lah yang dikenal dengan istilah hujan orografis.

Hujan orografis dapat terjadi setiap tahun tanpa henti. Sepanjang angin yang bertiup naik ke suatu lereng selalu membawa banyak uap air, proses kondensasi udara yang membentuk awan akan terjadi.

Menurut buku berjudul Angin Puting Beliung karya Febby Mutiara Rahayu, setiap udara yang naik 100 meter akan mengalami penurunan suhu udara sebesar 0,6 derajat Celsius. Ketika sudah mencapai titik puncak kondensasi, awan jenung mengandung partikel-partikel air maka terjadi hujan orografis.

Setelah hujan orografis turun, angin akan bergerak menuruni lereng di bagian sisi lain tanpa membawa uap air. Massa udara yang telah kering ini akan mengalami peningkatan suhu 1 derajat Celsius setiap turun 100 meter.

Angin yang menuruni lereng ini bersifat kering dan panas. Angin inilah yang disebut dengan angin jatuh atau angin fohn, yaitu jenis angin lokal yang biasa terjadi di daerah pegunungan.

Dengan demikian, hujan orografis adalah hujan yang terjadi karena uap air dalam udara bergerak ke atas lereng pegunungan, terkondensasi, dan menyebabkan angin fohn di sisi lereng lainnya.

Ciri-ciri Hujan Orografis

Apabila angin bertiup dihalangi oleh barisan pegunungan atau bukit-bukit, maka angin tersebut akan naik ke arah puncak gunung dan mengalami kondensasi.

Kondensasi tersebut menyebabkan hujan orografis. Dirangkum dari buku "Pengetahuan Sosial: Geografi" karya Idianto Mu'in ciri-ciri hujan orografis adalah:

  1. Hujan orografis biasanya terjadi di area lereng-lereng pegunungan.
  2. Hujan terjadi karena udara yang mengandung uap air terhalang pegunungan.
  3. Turunnya hujan di lereng gunung yang berhadapan dengan datangnya arah angin.
  4. Udara atau angin yang bertiup ke puncak gunung mengandung banyak air atau bersifat lembab.
  5. Ketika uap air dalam udara telah menjadi hujan, udara akan bersifat kering.
  6. Udara kering tersebut akan bergerak menuruni lereng lainnya dan menyebabkan angin fohn, seperti yang terjadi di Sumatera Utara, Tegal, Cirebon, Pasuruan, dan Probolinggo.
  7. Daerah yang mengalami angin fohn disebut dengan daerah bayangan hujan (rain shadow).

Dengan demikian, hujan orografis merupakan hujan yang biasa terjadi di daerah pegunungan sebagai akibat dari kondensasi udara yang mengandung uap air.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads