Media sosial era saat ini memiliki fitur live streaming yang memungkinkan seseorang melakukan siaran langsung dan bisa berkomunikasi via kolom komentar dengan para pemirsanya. Tak hanya mengobrol, ternyata banyak penyiar di media sosial juga mendapatkan hadiah dari penontonnya.
Hadiah virtual tersebut bisa berupa koin atau semacamnya yang dibeli dengan uang sungguhan. Hadiah ini diberikan oleh penonton kepada orang yang melakukan live streaming. Biasanya, istilah hadiah ini dikenal dengan gift atau saweran.
Tren Live Streaming
Beberapa media sosial besar, seperti X, Facebook, YouTube, TikTok dan lainnya sedang tren menyediakan fitur live streaming yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi secara real time dengan pengguna lainnya, sebagaimana dilansir dari EurekAlert.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Live streaming tersebut tersedia secara gratis dan menawarkan berbagai fitur pendukung, seperti dapat mengirimkan obrolan atau komen, memberi tanda suka, bahkan kini bisa memberi tip dalam bentuk hadiah virtual.
Ketika live streaming, penonton yang memberi komen dan gift dapat diketahui identitasnya oleh yang melakukan live streaming tersebut serta secara publik. Akibatnya, hal itu memengaruhi reaksi emosional penyiar dan penonton lainnya.
Tren ini kemudian menjadi objek penelitian oleh Shijie Lu, Profesor Pemasaran Howard J. dan Geraldine F. Korth di Sekolah Tinggi Bisnis Mendoza Notre Dame dari Universitas Notre Dame. Mereka meneliti pertukaran gift melalui platform streaming langsung yang populer di Tiongkok.
Dalam platform di Tiongkok tersebut, diketahui orang-orang bisa mendapatkan gift yang besar dengan sebuah pertunjukan menari, menyanyi, dan acara obrolan di streaming mereka.
Nominal Gift yang Besar karena Dorongan Emosional
Salah satu streamer Twitch dan YouTuber dengan lebih dari 1 juta pengikut bernama Asian Andy, diketahui telah mendapatkan gift sebesar 16000 dollar AS (sekitar Rp 248 juta) dalam streaming acara tidurnya.
"Penyiar seperti Asian Andy menunjukkan reaksi emosional dan timbal balik terhadap hadiah penonton melalui ekspresi wajah yang mengungkapkan tingkat kebahagiaan mereka. Ekspresi wajah seperti itu yang mendorong lebih banyak hadiah dari penonton," kata Lu.
"Selain itu, mungkin kita berpikir tekanan sosial mendorong persaingan dan mendorong penonton untuk lebih banyak memberi hadiah dan komen. Namun kami menunjukkan bahwa penonton benar-benar menghindari kompetisi dan meninggalkan streaming lebih cepat ketika melihat lebih banyak hadiah dari orang lain," imbuhnya.
Adanya Efek Crowding Out
Kondisi semacam ini menunjukkan adanya efek crowding out yang mengejutkan terhadap keterlibatan pemirsa, yaitu meningkatnya belanja pemerintah dan menurunkan atau bahkan menghilangkan belanja swasta.
Efek ini terjadi karena pemberian tip tidak termasuk jumlah like atau suka. Terlebih lagi efek crowding out ini terlihat ketika memberi tip dalam jumlah besar, kemungkinan hal tersebut memengaruhi status sosialnya.
Dalam hal ini, peneliti mengatakan bahwa mengejar status sosial menjadi alasan masuk akal penyebab adanya crowding out.
Temuan tim ini dapat membantu platform streaming langsung meningkatkan strategi desain informasi. Untuk memitigasi dampak crowding-out dan menghasilkan lebih banyak uang bagi platform dan lembaga penyiaran.
Peneliti menyarankan bahwa streaming langsung yang ramai dapat dibagi menjadi sesi virtual yang lebih kecil dan bersamaan. Sehingga hal ini akan mengurangi persaingan untuk mendapatkan status sosial dengan mengurangi jumlah pemberi tip dalam jumlah besar.
(faz/faz)