Apa yang terlintas di benak detikers ketika mendengar Abad Pertengahan antara 500-1400 M? Zaman ini dimulai sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat dan dikenal sebagai zaman kegelapan (The Dark Age).
Di tengah gaya hidup kaum bangsawan dan senang berpesta, kehidupan rakyatnya tak lepas dari sistem feodalisme yang menyebabkan kemiskinan. Selain itu, gejolak sosial seperti wabah penyakit dan dorongan reformasi membuat sejarawan ingin tahu lebih dalam bagaimana budaya kehidupan masyarakatnya.
Oleh karena itu, proyek dari University of Reading dan British Museum berupaya menemukan kembali pemahaman dan pengetahuan lebih dalam terkait agama sehari-hari masyarakat Inggris pada abad pertengahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek bernama The Medieval Ritual Landscape Project (MeRit) akan mempertemukan para ahli di bidang arkeologi dan sejarah untuk melakukan analisis dari perspektif regional, nasional, dan internasional.
Analisis tersebut akan dilakukan terhadap temuan artefak-artefak yang diperkirakan berasal dari tahun 100 -1600 Masehi.
Proyek bernilai 1 juta PoundSterling ini didanai oleh Dewan Penelitian Seni dan Humaniora. Proyek ini menggunakan pendekatan multidimensional yaitu pendekatan arkeologi, sejarah, dan humaniora digital.
Tujuannya untuk mengungkap bagaimana praktik agama masyarakat Abad Pertengahan dalam memengaruhi pengalaman terkait gender, keluarga, dan komunitas.
Hal ini karena masih banyak pemahaman tentang agama sehari-hari di abad pertengahan Inggris yang belum tercatat dalam sumber sejarah tertulis.
Temuan Artefak Publik: Lencana Peziarah hingga Tulisan Suci
Dilansir dari laman University of Reading, Para ahli melakukan analisis arkeologi dengan menggunakan barang-barang yang tercatat dalam Portable Antiquities Scheme (PAS).
Barang-barang PAS meliputi lencana peziarah, bulla Kepausan, perlengkapan buku, aksesori pakaian, dan tulisan-tulisan suci.
Basis data PAS telah menyimpan informasi tentang lebih dari 1.670.000 barang yang semuanya dapat diakses secara bebas oleh publik. Sebagian besar artefak-artefak tersebut ditemukan dengan alat pendeteksi logam.
Proyek MeRit memanfaatkan potensi data temuan publik dan membandingkan temuan-temuan tersebut dengan temuan benda yang digali dari konteks arkeologi.
Konteks tersebut akan menggunakan tiga wilayah studi kasus di antaranya Kent, norfolk, North Yorkshire termasuk York.
PAS mencatat bahwa, temuan yang ditemukan oleh masyarakat mampu memajukan pengetahuan mereka. Hal ini karena melalui mereka, kisah masyarakat di masa lampau dapat diceritakan kembali dan mampu menumbuhkan minat masyarakat terhadap sejarah.
British Museum pun mendukung pendekatan ini dan membantu untuk melindungi proses arkeologi dan memajukan pengetahuan masyarakat tentang masa lalu.
Kerja Sama untuk Pencatatan Temuan Agama pada Abad Pertengahan
MeRit merupakan proyek kemitraan, yang dikelola oleh British Museum di Inggris dan Amgueddfa Cymru (Museum Wales) di Wales. Proyek ini telah bekerja sama dengan hampir 100 organisasi nasional dan lokal melalui jaringan Finds Liaison Officers.
Jaringan tersebut didukung oleh staf kunci British Museum dan Amgueddfa Cymru, Welsh Archaeological Trusts, National Finds Advisers, Finds Liaison Assistants, hingga pekerja magang dan relawan komunitas.
"Sungguh luar biasa bisa bekerja sama dengan British Museum dan PAS dalam proyek ini," kata Roberta Gilchrist, Profesor Arkeologi di University of Reading.
"Dengan memanfaatkan kekayaan data temuan publik yang belum dimanfaatkan, kami akan dapat menyoroti keyakinan dan lembaga keagamaan masyarakat umum pada skala regional, nasional, dan internasional," imbuhnya.
Di sisi lain, Michael Lewis, Co-investigator dan Kepala Portable Antiquities Scheme dari British Museum juga menambahkan bahwa temuan abad pertengahan sangat penting untuk meningkatkan pemahaman tentang agama saat itu dan bagaimana agama beroperasi di luar gereja.
"Melalui proyek MeRit, kami berharap dapat meningkatkan cara pencatatan dan pemahaman temuan keagamaan abad pertengahan," ujarnya.
Nantinya, proyek ini akan membandingkan temuan-temuan keagamaan dari Inggris abad pertengahan dengan temuan-temuan dari Eropa barat laut untuk menentukan dengan tepat benda-benda keagamaan dan praktik ritual yang umum.
Dikutip dari Medieval Ritual Landscape, para ahli juga mengumpulkan data objek terpilih dari Eropa barat laut, seperti produk skema pencatatan temuan publik di Denmark (DIME) dan Belanda (PAN).
Tujuannya untuk meningkatkan perspektif internasional, khususnya terkait tema-tema seperti ziarah dan penyebaran penyakit dari kultus orang suci.
Pada akhirnya, database proyek akan disimpan di Archaeology Data Service (ADS) yang dapat diakses secara gratis oleh publik. Data ini akan menjadi alat pemetaan dan visualisasi data bawaan yang mampu membangun sumber daya baru akan studi agama pada abad pertengahan.
(faz/faz)