Ini Buku Pertama yang Dilarang dalam Sejarah Modern, Mengapa?

ADVERTISEMENT

Ini Buku Pertama yang Dilarang dalam Sejarah Modern, Mengapa?

Devita Savitri - detikEdu
Sabtu, 04 Nov 2023 16:00 WIB
Ilustrasi Pembakaran Buku.
Ilustrasi Pembakaran Buku. (Foto: Wikimedia Commons)
Jakarta -

Pelarangan kehadiran buku hingga penulisnya bukan sebuah hal yang baru terjadi di dunia modern. Bila melihat jauh ke belakang, sekitar tahun 259 SM dan 210 SM, kaisar Tiongkok Qin Shi Huang mengeksekusi 460 sarjana Konfusianisme dengan cara hidup-hidup.

Langkah ini dianggap sebagai cara yang lebih mudah untuk mencegah para sarjana menulis sesuatu tentang kerajaan. Berlanjut di tahun 35 masehi, kaisar Romawi Caligula mencoba mencegah orang-orang membaca The Odyssey karya Homer karena buku tersebut memberikan gambaran tentang arti kebebasan.

Tapi, di zaman modern membunuh penulis bukan hal yang patut dilakukan. Kini, publik sering kali menentang gagasan subjektif yang diangkat dalam buku tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, hadirnya norma budaya, politik, keyakinan pribadi, kebijakan sekolah dan berbagai faktor lain menjadi alasan banyak buku ditarik dari peredaran di Amerika Serikat. Namun, apa buku pertama yang dilarang dalam sejarah modern? Begini penjelasannya dikutip dari laman Mental Floss.

Buku New English Canaan

Buku New English Canaan diterbitkan oleh penulis bernama Thomas Morton pada tahun 1637. Buku ini memberikan dakwaan terkait kehidupan kaum Puritan yang konservatif dan ditentang oleh Morton ketika ia pindah ke Massachusetts di tahun 1624.

ADVERTISEMENT

Kaum Puritan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia VI Daring dijelaskan sebagai orang yang hidup saleh dan menganggap kemewahan dan kesenangan sebagai dosa. Arti lain menyatakan Puritan sebagai anggota mazhab Protestan yang pernah berkembang pada abad ke-16 dan ke-17 di Inggris.

Mereka berpendirian bahwa kemewahan dan kesenangan adalah dosa dan menginginkan kembali pada sistem kehidupan yang otentik dan murni berpegangan pada pedoman yang berasal dari kitab suci.

Bertentangan dengan budaya yang dipegang kaum Puritan, Morton adalah sosok yang hedonis dan suka berpesta. Ia juga terkenal ramah pada penduduk asli Amerika yang tidak disukai kaum Puritan.

Karena hal ini, Morton akhirnya dikucilkan dan dituntut untuk pindah secara hukum. Bagi kaum Purita, Morton bukanlah saudara satu komunitas melainkan ancaman langsung terhadap tata cara hidup mereka.

Bukunya dianggap serangan habis-habisan terhadap moralitas Puritan sehingga dilarang. Begitupun dengan kehidupan Morton, ia diusir dan ditolak untuk masuk kembali ke daerah Massachusetts hingga kematiannya di tahun 1643.

Tak hanya buku Morton, di masa yang sama ada buku lain yang ditentang seperti buku The Christian Commonwealth karya John Eliot tahun 1640 dan buku The Meritorious Price of Our Redemption karya William Pynchon di tahun 1650.

Pada tahun 1960-an dan 1970-an proses penentangan buku menjadi meluas. Puncaknya di tahun 1980-an ketika pameran American Bookseller Association (ABA) BookExpo digelar.

Kala itu, panitia menampilkan sangkar besar berisi 500 buku yang dilarang oleh perpustakaan, sekolah, dan komunitas. Bekerja sama dengan American Library Association dan National Association of College Stores, ABA memperkenalkan Pekan Buku Terlarang yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran.

Namun, hingga saat ini pelarangan buku belum hilang meski langkah tersebut dinilai membantu menjelaskan tentang bahaya pelarangan buku bagi pembaca. Larangan untuk membatasi aktivitas membaca seringkali sia-sia, karena pada beberapa kasus, hal ini dapat membahayakan kesehatan pembaca.

Itulah sejarah tentang buku pertama di zaman modern yang dilarang keberadaannya. Semoga informasi ini bermanfaat bagimu ya detikers!




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads