"Sekarang ini akan kita cari penyelesaian permanen bagaimana supaya itu tidak terjadi berulang di wilayah-wilayah itu. Karena itu kan selalu terjadi tiap tahun, pindah-pindah saja, tapi kasusnya sama," kata Muhadjir pada wartawan, dikutip dari detiknews.
Baca juga: 7 Fakta Yahukimo yang Siswa Perlu Tahu |
Penyebab Bencana Kelaparan di Yahukimo
Menurut Muhadjir, embun salju salah satunya kerap berdampak buruk pada hasil pertanian setempat. Akibatnya, warga Yahukimo kehilangan sumber makanan, terutama yang mengandalkan bahan pangan pokok umbi-umbian.
"Kan di Pegunungan Tengah dan Pegunungan Puncak itu ada yang di atas ketinggian sampai 4.000 meter di atas permukaan laut, udaranya sangat tipis, kemudian juga akibat pemanasan global ini, salju yang di atas Gunung Jayawijaya itu kan sering meleleh," ucapnya.
Di sisi lain, sambung Muhadjir, sagu tidak bisa tumbuh di wilayah setempat yang kering dan dingin.
"Sementara kalau kita mau introduksi tanaman lain, misalnya padi dan sebagainya, harus kita cek cuacanya, mungkin tidak di sana untuk ditanam padi. Kemudian kalau sagu di tempat itu tidak bisa tumbuh sagu itu karena daerah kering, kering tapi dingin," katanya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Baencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyatakan, bencana di Kabupaten Yahukimo tidak hanya soal kelaparan imbas gagal panen, tetapi juga bencana longsor.
"Ada juga bencana longsor selain gagal panen, akibat bencana longsor 70 rumah masyarakat rusak ringan dan 30 lebih rumah rusak berat. Seperti di daerah lain yang rumah rusak ringan akan dapat bantuan per rumah Rp 15 juta dan rusak berat akan dapat pergantian Rp 60 juta, data rumah rusak ini sifatnya masih belum pasti dan akan diverifikasi terus," kata Suharyanto, dikutip dari laman BNPB.
Plt Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana Kemenko PMK Sorni Paskah Daeli mengatakan, masalah utama warga Papua Pegunungan, khususnya Yahukimo, yakni fenomena cuaca ekstrem akibat curah hujan tinggi diselingi cuaca panas. Akibatnya, ubi dan keladi sulit berbuah dan perkebunan warga gagal panen.
Lebih lanjut, warga yang tidak ada bahan makanan mengalami kesulitan untuk menjangkau lokasi pangan di distrik lain karena jarak tempuh perjalanan yang jauh. Masalah konektivitas antardistrik ini menurutnya tengah direspons jangka pendek dengan rencana pembangunan gudang logistik di sekitar lokasi yang kerap mengalami bencana kelaparan.
Konektivitas jalan darat dan menambah runway di Amuma menurut Sorni juga menjadi jalan agar pesawat besar bisa mendarat dan membawa bahan logistik lebih banyak dari wilayah Wamena dan Mimika. Sedangkan rencana antisipasi bencana kelaparan jangka panjang yakni dengan menemukan umbi-umbian varietas unggul dan transfer teknologi pertanian.
Solusi Jangka Panjang Bencana di Yahukimo
Muhadjir mengatakan, dirinya sudah bertemu dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Rektor IPB University Arif Satria untuk bekerja sama bidang pembangunan desa dan wilayah di Papua dengan Kementerian Sosial (Kemensos).
Dalam penjajakan kerja sama tersebut, Muhadjir mengatakan dirinya mengusulkan penyelesaian segera berbentuk transfer teknologi tepat guna di sektor pertanian dan pengenalan varietas unggul yang tahan cuaca untuk wilayah tersebut. Harapannya, masalah tanaman yang tidak bisa produktif akibat perubahan cuaca ekstrem bisa ditangani.
"Saya usulkan nanti segera ada penyelesaian berupa transfer teknologi tepat guna, sektor pertanian dan pengenalan varietas unggul yang tahan cuaca di wilayah-wilayah yang selama ini tanamannya tidak bisa produktif karena akibat perubahan cuaca yang sangat ekstrem di tempat itu," ucapnya.
Bantuan Bencana di Yahukimo
Dikutip dari laman Kemenko PMK, Kementerian Sosial melakukan pendistribusian bahan logistik 11,5 ton pangan dan sandang ke Distrik Amuma pada 20 Oktober 2023 dan 7,9 ton hingga 26 Oktober 2023.
Suharyanto mengatakan, merespons status Tanggap Darurat Bencana pada 21 Oktober-1 November 2023, BNPB per 26 Oktober telah menyiapkan beras 20 ton, makanan siap saji 10.000 paket, biskuit protein 10.000 bungkus, tenda pengungsi 5 unit, sembako 1.500 paket, hygiene kits 1.500 paket, solar panel 50 unit, dan anggaran operasional Rp 1 miliar.
Untuk mengirimkan makana, Suharyanto mengatakan BNPB menggukana 1 unit pesawat Cessna Grand Caravan berkapasitas hampir 1,5 ton per satu kali penerbangan. Harapannya, distribusi bantuan ke titik terdampak lebih lancar.
"Kemudian kita siapkan 1 pesawat untuk mengangkutnya, karena medan sangat berat dan dari satu titik ke titik lain hanya bisa menggunakan jalur udara atau pesawat," terangnya.
(twu/nwk)