Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ahli di Australia mengungkapkan hal menarik. Rupanya, dahulu dingo memiliki status hampir seperti manusia.
Dingo memiliki kebiasaan dan perawakan yang mirip dengan anjing domestikasi. Binatang ini oleh sebagian besar pihak otoritas Australia dianggap sebagai subspesies serigala, meski sebagian yang lain menilainya sebagai spesies tersendiri.
Seperti dikutip dari Encyclopaedia Britannica, sebutan dingo juga digunakan untuk mendeskripsikan anjing liar di Malaysia, Thailand, atau Filipina. Dingo juga rupanya diperkenalkan ke Asia Tenggara, Filipina, Indonesia, dan Australia melalui para pelancong laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikubur Mirip Manusia
Berdasarkan penelitian baru yang diketuai oleh para ahli di The Australian National University dan The University of Western Australia menunjukkan bahwa dingo dikuburkan dan bahkan dijinakkan oleh orang-orang First Nations sebelum penjajahan Eropa.
Para peneliti memeriksa sisa-sisa di situs arkeologi Curracurrang, selatan Sydney. Penanggalan radiokarbon tulang dingo tersebut mengungkapkan bahwa hewan-hewan ini terkubur bersama manusia sejak 2.000 tahun yang lalu.
Menurut ketua peneliti, Dr Loukas Koungoulos, kehati-hatian yang dilakukan saat menguburkan hewan-hewan tersebut menunjukkan adanya hubungan yang erat antara manusia dan dingo, lebih daripada yang dipikirkan ilmuwan sebelumnya.
"Tidak semua dingo di kamp diberi upacara penguburan, tetapi di semua wilayah di mana penguburan tersebut tercatat, proses dan metode pengenyahannya sama atau hampir sama dengan metode yang terkait dengan upacara penguburan manusia di wilayah yang sama," kata Dr Koungoulos seperti dikutip dari Phys.
"Ini mencerminkan ikatan erat antara manusia dan dingo serta status mereka yang hampir seperti manusia," ungkapnya lagi.
Penguburan tersebut bukan satu-satunya tanda bahwa masyarakat pertama Australia menjinakkan dingo liar, tetapi gigi-gigi yang rusak parah yang ditemukan di lokasi tersebut menunjukkan pola makan yang banyak memakan tulang besar. Maksudnya, kemungkinan besar apa yang dimakan berasal dari sisa makanan manusia.
Para peneliti juga mengidentifikasi sisa-sisa dingo dari berbagai usia di lokasi tersebut, mulai dari yang anakan hingga yang berusia enam hingga delapan tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pertama Australia tidak hanya merawat dingo muda sebelum mereka kembali ke alam liar, tetapi juga membangun hubungan yang lebih substansial, menurut para peneliti.
"Temuan ini menandai perkembangan penting dalam pemahaman kita tentang hubungan antara masyarakat pertama Australia dan dingo," kata salah satu penulis penelitian, Profesor Susan O'Connor.
"Pada saat orang-orang Eropa menetap di Australia, ikatan antara dingo dengan masyarakat pribumi sudah mengakar. Hal ini diketahui oleh masyarakat pribumi dan telah didokumentasikan oleh para pengamat," tambahnya.
Menurut O'Connor, pekerjaan timnya menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antara dingo dan manusia pribumi di Australia sebelum penjajahan Eropa, bukan hanya hubungan sementara yang tercatat selama era kolonial saja.
(nah/faz)