Peran Djoko Marsaid dalam Sumpah Pemuda, Wakil Ketua Kongres dari Jong Java

Noor Faaizah - detikEdu
Kamis, 26 Okt 2023 15:00 WIB
Suasana Kongres Pemuda II yang digambarkan lewat diorama di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Memang benar kata salah satu proklamator Indonesia, Ir. Soekarno, yang menyatakan "Berilah aku seribu orang tua, niscaya akan aku cabut semeru dari akarnya. Namun, berilah aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".

Melalui pernyataan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa pemuda mampu memiliki andil besar dalam kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Bahkan, pemuda Indonesia berperan besar dalam berbagai gerakan untuk membangkitkan dan menyatukan Indonesia.

Salah satunya, melalui ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan dalam Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 di Jakarta. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai latar belakang daerah, suku, dan agama menyatukan keyakinan mereka akan tumpah darah, bangsa, dan bahasa persatuan yakni Indonesia.

Melalui momentum itu juga, lahirlah beberapa tokoh pemuda bangsa seperti WR Soepratman, Moehammad Yamin, Soegondo Djojopuspito, Johannes Leimena, hingga Djoko Marsaid.

Siapakah Djoko Marsaid? Mari mengenal lebih dekat peran Djoko Marsaid dalam Sumpah Pemuda.

Profil Djoko Marsaid dalam Sumpah Pemuda

Djoko Marsaid memiliki nama lengkap Djokomarsaid Tirtodiningrat lahir di Malang 29 Mei 1903. Dikutip dari akun X (dulu Twitter) Museum Sumpah Pemuda, sebelum Kongres Pemuda II, Djoko Marsaid pernah bekerja sebagai wartawan di Surabaya.

Mengutip dari biografi Prof. Dr. Abu Hanifah Dt. M.E.: Karya dan Pengabdiannya yang disusun oleh G.A. Manilet-Ohorella, diketahui Djoko Marsaid merupakan mahasiswa OSVIA (atau Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren). Sekolah tersebut berfokus sebagai wadah pendidikan bagi calon pegawai bumi putera pada zaman Hindia Belanda.

Dikutip dari buku Bunga Rampai: Membangun Keterbukaan Dakwah Keilmuan karya Muhammad Fikri dkk., selama masa pendudukan Belanda, pemerintah Hindia Belanda melarang adanya pendidikan bagi para pemuda bangsa Indonesia. Namun, setelah adanya kebijakan Trias Politika, pemuda bangsa mulai mendapatkan pendidikan dengan tujuan mengisi keperluan SDM pegawai pemerintah kolonial.

Walaupun akses pendidikan terbatas pada golongan tertentu saja, semangat mereka selalu berkobar dan menyala untuk membela bangsa. Semangat kritis pemuda bangsa ini juga dirasakan oleh Djoko Marsaid.

Sosoknya tergabung dalam Jong Java, yaitu sebuah organisasi kepemudaan yang didirikan dengan nama awal Tri Koro Dharmo. Djoko Marsaid kemudian tumbuh dan dikenal sebagai aktivis pergerakan muda.

Usai Kongres Pemuda II, Djoko Marsaid menempuh studi ilmu hukum di Leiden, Belanda. Usai menuntaskan studi, ia pernah bekerja sebagai Sekretaris Pakubuwono XI di Surakarta pada 1939.

Djoko Marsaid menikah dengan putri Pakubuwono XI, Bandara Raden Ajeng (BRA) Kus Sapatinten/Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Chandra Kirana. Djoko pun menyandang nama Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Djokomarsaid Tirtodiningrat.

Pada pertengahan tahun kuliah 1956-1957, Presiden Republik Indonesia, Soekarno, mengangkatnya menjadi Presiden atau Rektor Universitas Hasanuddin menggantikan Acting Presiden Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo terhitung sejak tanggal 1 Maret 1957 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia tertanggal 28 Maret 1957 No. 107/M tahun 1957.

Sebelum menjabat sebagai Rektor Unhas, Djoko Marsaid yang sudah meraih gelar guru besar adalah Kepala Inspeksi Pendidikan Ekonomi di Jakarta. Pada Februari 1960, ia mengundurkan diri dari jabatannya atas permintaan sendiri untuk dipindahkan sebagai Guru Besar Biasa (Tetap) pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga di Surabaya.

Di Unair, Djoko Marsaid menjabat dekan Fakultas Hukum pada 1961-1962 dan kemudian Fakultas Ekonomi pada 1962-1964. KRMT Tirtodiningrat wafat pada 29 Mei 1969 dan dimakamkan di Astana Imogiri Yogyakarta.

Menjadi Wakil Ketua di Kongres Pemuda II

Djoko Marsaid merupakan tokoh penting dalam perumusan Sumpah Pemuda. Jika Soegondo Djojopoespito menjadi ketua Kongres Pemuda II, maka Djoko Marsaid adalah wakil ketuanya.

Dikutip dari buku Explore Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI karya Dr Abdurakhman, SS dkk., awalnya PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) mengusulkan fusi atas organisasi-organisasi kepemudaan di Indonesia. Mereka mendesak agar semua perkumpulan pemuda yang bersifat kedaerahan itu melebur menjadi satu atas dasar kebangsaan Indonesia.

Upaya PPPI pun membuahkan hasil yang baik. Seluruh organisasi pemuda sepakat untuk menyusun Panitia Kongres Pemuda II. Berdasarkan susunan tersebut, Soegondo Djojopoespito dari PPPI terpilih menjadi ketua. Sedangkan Djoko Marsaid dari Jong Java terpilih menjadi wakil ketua. Peran Djoko Marsaid sebagai wakil ketua telah menyumbang kontribusi yang besar bagi kelahiran Sumpah Pemuda.

Dilansir dari laman Museum Sumpah Pemuda, Sumpah Pemuda merupakan hasil dari Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada 27-28 Oktober 1928 di tiga lokasi. Lokasi tersebut adalah gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw. Keseluruhan biaya pun ditanggung oleh organisasi-organisasi yang menghadiri kongres serta sumbangan sukarela dari para peserta kongres.



Simak Video "Video: 'Selamat Hari Sumpah Pemuda' Menggema di X"

(pal/pal)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork