Salah satu teori asal-usul nenek moyang Indonesia mengatakan bahwa penduduk nusantara merupakan pendatang dari wilayah Taiwan atau teori Out of Taiwan. Hal ini dilihat dari kesamaan rumpun bahasa yang dibawa oleh penduduk Austronesia.
Bagaimana bisa penduduk nusantara berasal dari Taiwan? bukan dari China atau Afrika? Yuk simak penjelasan berikut ini.
Latar Belakang Teori Out of Taiwan
Sekitar 12.000 tahun yang lalu, ketika berakhirnya zaman es yang ditandai dengan peningkatan suhu permukaan Bumi, menyebabkan perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Kenaikan permukaan laut yang drastis mendorong para penduduk untuk bermigrasi. Persebaran mereka pun telah merubah petan hunian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pergerakan ke daerah tropis pun terjadi secara masif. Hal ini karena kondisi alamnya memiliki biodiversitas yang tinggi sehingga mampu menyediakan kebutuhan hidup manusia. Sekitar tahun 4.000 - 3.000 tahun lalu, kepulauan nusantara kedatangan penduduk baru dari Taiwan. Mereka diindikasikan dari Taiwan karena menggunakan tutur bahasa Austronesia.
Di Taiwan, orang-orang ini mengembangkan teknik-teknik pertanian dari Tiongkok Selatan. Kemudian, mereka beradaptasi dengan lingkungan kepulauan dan belajar untuk menyebrangi selat. Sejak millennium ke-3 sebelum Masehi, penduduk tersebut sudah mengembara ke arah Selatan menuju Filipina dan memasuki wilayah nusantara melalui Sulawesi dan Kalimantan.
Di sana, mereka membawa dan mengembangkan budaya masyarakat neolitikum. Budaya ini sering dicirikan dengan kehidupan yang menetap serta domestikasi pada hewan dan tanaman.
Menurut Hudaidah & LR. Retno Susanti dalam Modul Prasejarah Sumatera Selatan, ada hal lain dari ciri penduduk Taiwan yang ditandai dengan bukti-bukti aktivitas ladang berpindah, perahu berlayar, dan barang atau peralatan dari tembikar.
Mengutip dari buku Sejarah Indonesia Kelas X karya Restu Gunawan dkk., di sisi lain terdapat pendatang yang tampak berasal dari Asia Tenggara Daratan. Kelompok ini masuk ke wilayah nusantara melalui bagian barat Malaysia. Mereka menggunakan bahasa Austroasiatik. Pertemuan para pendatang ini dengan populasi Austronesia pun tak dapat dielakkan, sehingga terjadi kohabitasi.
Adaptasi dan interaksi diantara sesama pun terjadi hingga mereka melakukan perkawinan campuran. Interaksi budaya dalam beberapa hal membentuk genetika silang. Proses interaksi yang berlanjut ini akan melahirkan keturunan ras Australomelanesoid.
Populasi masyarakat tersebut merupakan pengembangan dari populasi Austronesia yang akhirnya membuat rumpun bahasa Melayu-Polinesia atau sekarang lebih dikenal sebagai populasi Melanesia.
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Herawati Sudoyo, dalam studi genetika menunjukkan bahwa genetika manusia Indonesia kebanyakan adalah campuran dari dua atau lebih populasi nenek moyang.
Demikian pula dari sudut penggunaan bahasa, Kepulauan Indonesia yang mempunyai lebih dari 700 etnis, dengan 706 bahasa daerah dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu penutur Austronesia dan non-Austronesia.
Tokoh dan Bukti Pendukung
Teori Out of Taiwan didukung oleh Harry Truman Simanjuntak yang merupakan arkeolog di bidang prasejarah. Teori ini dilihat dari pola penyebaran bahasanya. Menurut pendekatan linguistik, teori ini mampu dijelaskan melalui jenis bahasa-bahasa yang digunakan penduduk nusantara.
Mengutip dari buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X yang ditulis oleh Windriati, SPd, diketahui bahwa keseluruhan bahasa yang digunakan oleh suku-suku nusantara memiliki rumpun bahasa yang sama, yaitu rumpun Austronesia.
Istilah Austronesia sendiri mengacu pada pengertian bahasa penutur yang dipakai oleh pakar linguistik. Akar rumpun bahasa Austronesia berasal dari penduduk Formosa yang dikenal dengan rumpun Taiwan. Berdasarkan bukti arkeologi dapat dijelaskan bahwa keberadaan bangsa Austronesia di Kepulauan Formosa (Taiwan) sudah ada sejak 6.000 tahun yang lalu.
Selain itu, teori out of Taiwan menjadi semakin kuat ketika didukung oleh riset genetika. Berdasarkan tes yang dilakukan pada ribuan kromosom, tidak ditemukan kecocokan pola genetika dengan wilayah China.
Temuan ini dianggap mengejutkan karena mampu memutuskan dugaan gelombang migrasi yang berasal dari China. Termasuk pendekatan dalam teori Out of Yunan.
Itulah sejarah dari teori out of Taiwan yang dilihat dari bukti persebaran linguistik dan kecocokan tes genetika.
(pal/pal)