Sosok Rohana Kudus, Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia

ADVERTISEMENT

Sosok Rohana Kudus, Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia

Noor Faaizah - detikEdu
Rabu, 18 Okt 2023 06:30 WIB
Rohana Kudus ditetapkan sebagai pahlawan nasional 2018 silam. Tak hanya dikenal sebagai wartawan perempuan, ia juga turut dirikan sekolah untuk pribumi putri.
Potret diri Rohana Kudus di Museum Rohana Kudus, Agam, Sumatera Barat Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Jakarta -

Rohana Kudus dikenal sebagai jurnalis, aktivis, hingga pejuang emansipasi wanita. Perjuangannya dalam mengangkat derajat kedudukan perempuan mengandung nilai inspiratif yang tinggi.

Mulai dari semangatnya belajar membaca dan menulis secara otodidak, mendirikan sekolah untuk para perempuan di tanah Minang, hingga menjadi perempuan Indonesia pertama yang berkiprah di bidang jurnalisme.

Hal tersebut membuat Pemerintah Republik Indonesia, dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional atas Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan kepada Rohana melalui Keputusan Presiden No. 120/TK tahun 2019 tertanggal 7 November 2019.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, detikers mau tahu lebih dalam tentang Rohana Kudus? Mari mengenal Rohana Kudus dari biografi yang sudah DetikEdu rangkum berikut ini.

Profil Rohana Kudus

Rohana Kudus, perempuan yang lahir pada tanggal 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Sumatera Barat. Nama lahirnya adalah Siti Roehana Koeddoes. Dia merupakan putri dari Mohammad Rasyad Maharaja Sutan dan Kiam. Ayah Rohana merupakan seorang pegawai Kejaksaan di Pemerintah Hindia Belanda. Rohana juga merupakan saudara perempuan seayah dari Sutan Syahrir, Perdana Menteri RI pertama.

ADVERTISEMENT

Rohana tumbuh di lingkungan yang memegang teguh ajaran agama Islam. Oleh sebab itu, sejak kecil, Rohana Kudus diajari membaca Al-Quran. Selain pendidikan agama, keluarganya juga mengajarkan pengetahuan umum seperti membaca dan menulis.

Meskipun tidak pernah mengenyam pendidikan formal, tetapi keluarga dan lingkungan sekitar Rohana mengajarkan ilmu pengetahuan dasar sehingga dia mampu mengenal abjad latin, Arab, dan Arab Melayu saat usianya baru enam tahun.

Untuk menyalurkan minat membacanya, Ayah Rohana bahkan berlangganan surat kabar yang berisi dongeng-dongeng bernama Berita Ketjil yang terbit di Talu. Dia juga senang membaca buku-buku Belanda koleksi ayahnya.

Pada tahun 1890-an, Rohana pindah ke Alahan Panjang untuk mengikuti ayahnya yang dipindahtugaskan sebagai juru tulis. Di sana, Rohana kecil sempat diangkat menjadi anak oleh tetangganya yaitu Jaksa Alahan Panjang, Sutan bersama istrinya Adiesa.

Adiesa sering mengajak Rohaha bermain ke rumahnya dan mengajarkan membaca, menulis, menghitung, bahkan menjahit. Tak lama, di usia delapan tahun Rohana pindah ke Talu karena sang ayah kembali dipindahtugaskan.

Di Talu ia banyak membantu kedua orang tuanya dengan ditugasi menjaga kedua adiknya yang bernama Ratna dan Ruskan. Sambil bermain di teras, Rohana membacakan cerita-cerita kepada adiknya secara lantang. Ulahnya pun membuat banyak orang kagum ketika lewat di depan rumahnya.

Dari aktivitas tersebut, Rohana mengajarkan anak-anak yang berkumpul di rumahnya untuk membaca majalah dan buku. Selama empat tahun, kegiatan Rohana mengajar teman-teman sebayanya ikut serta didukung oleh sang ayah dengan disediakan peralatan alat tulis.

Mengutip dari buku Khazanah Ulama Perempuan Nusantara karya Nur Hasan, pada usia 17 tahun, Ibu Rohana meninggal dunia. Rohana pun kembali ke kampung halamannya di Koto Gadang dan tinggal bersama neneknya.

Pejuang Pendidikan Perempuan

Ketika berumur 24 tahun, Rohana Kudus menikah dengan Abdul Kudus Pamuncak Sutan. Di kampung halamannya, Rohana Kudus melihat kondisi anak-anak perempuannya tidak memiliki kemampuan baca tulis sebaik dia. Bahkan akses belajar pun tidak bisa mereka dapatkan.

Berbekal semangat dan pengetahuan yang dimilikinya, pada tanggal 11 Februari 1911, Rohana mendirikan sekolah keterampilan khusus untuk perempuan di kampung halamannya. Sekolah ini bertujuan untuk memajukan kaum perempuan dalam berbagai bidang di Kota Gadang.

Di sekolah bernama Sekolah Kerajinan Amai Setia (Sekolah KAS) itu, Rohana mengajarkan cara membaca, menulis, mengelola keuangan, budi pekerti, agama Islam, bahasa Belanda, menjahit, dan lain-lain.

Dengan berbasiskan pendidikan dan pemberdayaan perempuan, Sekolah KAS selanjutnya berkembang menjadi unit usaha ekonomi perempuan pertama di Minangkabau.

Menjadi Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

Masih dengan hobi membacanya, kebiasaan Rohana Kudus yang akrab dengan surat kabar dan majalah membentuk pribadi tersebut menjadi seorang jurnalis pula. Dia mengirimkan surat kepada Datuk Sutan Maharadja, seorang pimpinan redaksi di surat kabar Oetoesan Melajoe.

Rohana menyampaikan keinginannya untuk membuka kesempatan menulis bagi para perempuan. Gagasan tersebut membuatnya berhasil menerbitkan surat kabar perempuan pertama di Indonesia pada 10 Juli 1912.

Dalam surat kabar yang bernama Soenting Melajoe ini, Rohana dipercaya menjadi pimpinan redaksi oleh Datuk Sutan Maharadja. Tulisan-tulisan dalam surat kabar tersebut terkenal kritis dan progresif karena mampu menyuarakan isu-isu yang jarang terangkat di media.

Dikutip dari buku 100 Great Woman susunan Fenita Agustina dkk., diketahui banyak petinggi Belanda yang kagum dengan kemampuan dan kiprah Rohana. Berita perjuangannya pun ditulis di beberapa surat kabar sebagai perintis pendidikan perempuan Sumatera Barat.

Pada tanggal 17 Agustus 1972, Rohana Kudus meninggal dunia. Atas kiprahnya, dia pun sukses meraih penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia pada tahun 1974 dan mendapat pengukuran sebagai Perintis Pers Indonesia pada 1987.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads