Mengenal 6 Unsur Fisik Puisi, Mulai dari Diksi hingga Kata Konkret

ADVERTISEMENT

Mengenal 6 Unsur Fisik Puisi, Mulai dari Diksi hingga Kata Konkret

Rindang Krisnawati - detikEdu
Selasa, 17 Okt 2023 13:45 WIB
Ilustrasi puisi
Foto: Getty Images/iStockphoto/mizar_21984
Jakarta -

Karya tulis non ilmiah ada beragam macamnya. Ada dongeng, roman, cerpen, puisi, dan lain sebagainya. Karya tulis ini memiliki keindahan dan keunikannya masing-masing. Seperti contohnya adalah puisi, puisi memiliki nilai estetikanya sendiri. Bagi detikers yang suka membuat puisi, maka detikers bisa dikatakan adalah seorang penyair puisi. Puisi terbagi dalam dua jenis, yakni puisi modern dan puisi lama.

Dalam puisi, juga terdapat unsur-unsur yang menyusunnya, baik itu secara intrinsik maupun ekstrinsik. Unsur-unsur ini merupakan elemen yang penting karena unsur inilah yang membentuk sebuah puisi. Secara umum, puisi dibagi dalam dua bentuk unsur, unsur fisik puisi dan unsur batin puisi. Kira-kira apa sih unsur fisik puisi itu? Lalu apa saja yang membentuk unsur fisik puisi? Simak pembahasannya di bawah ini.

Pengertian Unsur Fisik Puisi

Menurut Waluyo (1991), unsur fisik puisi adalah unsur yang membangun puisi dari luar. Unsur fisik puisi adalah sarana yang digunakan oleh para penyair untuk mengungkapkan hakikat yang ingin disampaikan melalui puisi. Puisi sendiri tersusun dari bahasa yang indah mengandung makna, ditulis melalui bentuk bait-bait.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Unsur Fisik Puisi

Mengutip melalui buku berjudul Memahami Unsur Fisik dan Batin Puisi (2022), unsur fisik puisi terdiri dari 6 unsur, yaitu diksi, imajinasi, majas, verifikasi, tipografi, dan kata konkret. Berikut ini penjelasannya.

1. Diksi

Diksi adalah pilihan kata yang sesuai dan tepat dalam menggambarkan atau mengungkapkan suatu hal sesuai dengan keinginan dari penulis. Sederhananya, diksi adalah pilihan kata. Untuk menulis puisi, penyair diharuskan cermat dalam memilih kata-kata yang akan digunakan. Cermat dalam memepertimbangkan maknanya, komposisi bunyi, kedudukan kata di tengah konteks, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi.

ADVERTISEMENT

Selain itu, penyair juga harus mempertimbangkan urutan kata, dan memberi makna pada kata yang tidak bermakna, sesuai dengan kehendak dari penyair. Pemilihan kata sangat berguna dalam membedakan makna dan gagasan yang ingin disampaikan. Makna dalam puisi, dikelompokkan ke dalam dua makna, yaitu makna denotasi dan makna konotasi. Kata-kata yang dipilih dan digunakan oleh seorang penyair bersifat absolut, artinya tidak dapat diganti.

Bisa disimpulkan, bahwa diksi adalah sebuah pemilihan kata yang padat, tepat, dan mengandung makna serta menggambarkan suasana. Contoh dari diksi yang digunakan dalam puisi adalah:

  • "Sang Surya" kata ganti dari Matahari
  • "Menggapai Asa" kata ganti dari Mengejar Cita-Cita
  • "Remuk Redam" kata ganti dari Hancur
  • "Angkuh" kata ganti dari Sombong
  • "Pilu" kata ganti dari Sedih.

2. Imajinasi

Imaji atau Imajinasi adalah susunan kata yang bisa memperjelas bayangan imajinasi dari pembaca. Pemilihan kata yang tepat dapat memperjelas bayangan pembaca sehingga akan menciptakan sebuah imajinasi yang bisa dibayangkan secara nyata. Imaji dapat muncul apabila seseorang mau untuk memikirkan sesuatu yang sudah dibacanya melalui perasaan.

Penyair ketika menulis puisi akan menggunakan kata yang konkret, sehingga menciptakan sebuah imajinasi visual, taktil, maupun auditif. Imaji dalam puisi dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu:

a. Imaji Visual (Penglihatan)

Imaji visual adalah imaji yang ditimbulkan melalui penglihatan. Contoh imaji visual dalam puisi "Aku tenggelam dalam hamparan padi yang membentang".

b. Imaji Auditif (Pendengaran)

Imaji auditif adalah imaji yang diciptakan melalui pendengaran. Contoh imaji auditif dalam puisi "Kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang membakarnya".

c. Imaji Taktil (Rasa atau Raba)

Imaji taktil adalah imaji yang ditimbulkan melalui perasaan. Contoh imaji taktil dalam puisi "Aku mencintaimu dengan sederhana".

3. Majas (Bahasa Figuratif)

Mengutip melalui buku berjudul Majas, Pantun dan Puisi (2017) majas adalah gaya bahasa yang digunakan dalam bentuk kiasan, ibarat, dan perumpamaan dengan tujuan untuk memperindah sebuah makna dalam puisi.

Sederhananya, majas atau bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan oleh penyair untuk menyampaikan sesuatu dengan menggunakan kata-kata yang mengandung makna kiasan. Dengan menggunakan majas, puisi menjadi lebih kaya akan makna. Majas dibagi dalam beberapa kategori yaitu:

a. Majas Perbandingan

Majas perbandingan adalah majas yang digunakan untuk menggambarkan perbandingan . Jenis majas perbandingan yaitu, majas metafora, personifikasi, sinekdoke, simile, dan lain sebagainya.

b. Majas Pertentangan

Majas pertentangan adalah majas yang digunakan untuk menggambarkan dua hal yang saling bertentangan. Jenis majas pertentangan adalah majas hiperbola, litotes, paradoks, antitesis, dan lain sebagainya.

c. Majas Penegasan

Majas penegasan adalah majas yang digunakan untuk menegaskan segala sesuatu dengan menggunakan kata bermakna. Majas penegasan dibagi menjadi 5 yaitu majas apofasi, aliterasi, paralelisme, klimaks, dan antiklimaks.

d. Majas Sindiran

Majas sindiran adalah majas yang digunakan untuk menyampaikan sindiran. Majas sindiran dibagi menjadi 3 yaitu, sarkasme, ironi, sinisme.

4. Versifikasi (Rima dan Irama)

Versifikasi adalah praktik dalam menulis sajak, yang merupakan unsur keindahan dari sebuah puisi. Versifikasi meliputi rima dan irama. Rima adalah pengulangan bunyi pada bagian akhir larik puisi. Rima dalam puisi contohnya adalah a-b-a-b, namun ada juga yang menggunakan rima bebas tanpa pola. Sedangkan irama adalah tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut intonasi dalam sebuah puisi.

Untuk menyesuaikan rima atau pun irama tidak selalu harus di akhir baris, namun bisa juga pada bagian awal dan tengah. Keseiramaan bunyi pada baris puisi dapat memunculkan rasa keindahan. Pengulangan dari bunyi vokal dapat menciptakan efek eufoni.

Eufoni dapat menimbulkan kesan kegembiraan, kemesraan, dan keindahan. Sedangkan, kombinasi bunyi vokal yang tidak bagus akan menciptakan kakofoni. Kakofoni dapat menimbulkan kesan tekanan, kekuatan, kehancuran, dan kekacauan.

5. Tipografi (Perwajahan)

Dikutip melalui buku berjudul Pembelajaran Puisi, Apresiasi dari dalam Kelas (2020), Tipografi adalah bentuk dari penulisan dan perwujudan secara fisik dalam puisi. Penulisan puisi pada umumnya dilakukan dalam bentuk baris. Namun, ada puisi yang ditulis dalam bentuk zig-zag, fragmen, atau bentuk-bentuk lainnya yang sesuai dengan selera dari penyair.

Secara sederhana, tipografi bisa diartikan sebagai tata wajah sebuah puisi yang dapat membedakannya dengan novel, cerpen, atau drama. Seiring dengan perkembangan zaman, tipografi akhirnya membedakan satu jenis puisi dengan puisi lainnya. Selain membedakan antara puisi, tipografi juga membedakan aliran, influence, dan zaman. Bisa disimpulkan, bahwa penggunaan tipografi tertentu akan menjadi ciri khas dari penyair.

6. Kata Konkret

Mengutip melalui buku berjudul Pengantar Teori Sastra (2008), kata konkret adalah kata-kata yang ditangkap melalui indra. Kata konkret sangat erat kaitannya dengan imaji. Dengan adanya kata konkret, maka imajinasi pun akan muncul. Kata konkret juga berhubungan dengan lambang dan kiasan. Kata konkret digunakan untuk menggambarkan keadaan secara nyata. Dengan menggunakan kata konkret, dapat mempertegas makna yang sedang disampaikan.

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa unsur fisik puisi ada 6 yaitu, diksi, imajinasi, majas, versifikasi (rima dan irama), tipografi, dan kata konkret. Demikian yang dapat detikEdu sampaikan. Semoga bermanfaat!




(fds/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads