Saat ini merupakan era dimana banyak pihak yang berlomba-lomba mengembangkan kecerdasan buatan. Terobosan terbaru datang dari Universitas Northwestern yang menciptakan inovasi AI dengan kemampuan merancang robot berjalan yang bisa berfungsi hanya dalam hitungan detik.
Robot tersebut, muncul dari perintah sederhana "desain alat bantu jalan", berevolusi dari balok yang tidak bergerak menjadi entitas berkaki tiga yang aneh, berlubang, dan mampu bergerak dengan lambat dan stabil.
Peneliti menilai, rancangan ini bukan hanya inovasi mekanis, tetapi juga merupakan awal dari era baru dalam desain AI yang mampu menciptakan organisme buatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun alam membutuhkan miliaran tahun untuk mengembangkan spesies berjalan pertama, namun, AI ini mampu menciptakan robot yang dapat berjalan hanya dalam hitungan detik.
Berjalan Melintasi Permukaan Datar
Melansir laman Neuroscience News, tim peneliti Universitas Northwestern, dalam tes awal, bisa memberikan perintah sederhana kepada AI yakni "Rancang robot yang dapat berjalan melintasi permukaan datar."
Menariknya, inovasi AI ini memiliki kemampuan untuk merancang struktur robot yang sepenuhnya baru dari awal, tanpa bergantung pada data besar atau komputasi berdaya tinggi. Sebaliknya, AI ini dapat berjalan pada komputer pribadi yang ringan.
Para peneliti menganggap hal ini sebagai evolusi yang signifikan dibandingkan sistem AI lain yang sering membutuhkan superkomputer dan kumpulan data besar. Selain itu, AI baru ini juga memiliki kemampuan untuk berinovasi dengan tidak hanya meniru karya manusia di masa lalu.
"Kami menemukan algoritma desain berbasis AI yang sangat cepat yang mampu melewati kemacetan evolusi, tanpa bergantung pada bias yang dibuat oleh manusia," ucap Sam Kriegman, pemimpin penelitian ini.
Lebih lanjut, Kriegman, menyebut, proses ini disebut sebagai "evolusi instan", di mana AI dapat menghasilkan blueprint robot dalam sekejap mata.
Merancang Robot Dalam Hitungan Detik
Proses pengembangan robot berjalan dari Universitas Northwestern dimulai dengan sebuah balok seukuran sabun. Pada awalnya, balok tersebut tidak dapat berjalan, tetapi AI secara cepat mengulangi desainnya.
Dengan setiap iterasi, AI menilai desainnya, mengidentifikasi kekurangannya, dan memperbarui struktur robot tersebut.
Hasilnya, setelah sembilan kali percobaan, AI menghasilkan robot yang mampu berjalan dengan stabil. Seluruh proses ini hanya memakan waktu 26 detik di laptop.
"Sekarang siapapun dapat menyaksikan evolusi saat AI menghasilkan tubuh robot yang semakin baik secara real time," kata Kriegman.
Meskipun desainnya unik, ada satu aspek yang membuat robot ini semakin menarik, yaitu lubang-lubang yang tersebar di seluruh tubuh robot.
"Ini menarik karena kami tidak memberi tahu AI bahwa robot harus memiliki kaki. Ditemukan kembali bahwa kaki adalah cara yang baik untuk bergerak di darat. Faktanya, gerak kaki merupakan bentuk pergerakan terestrial yang paling efisien," kata Kriegman.
Potensi Penerapan di Masa Depan
Sebelum mencapai pencapaian ini, Kriegman dan timnya terkenal karena mengembangkan xenobot pada awal tahun 2020. Xenobot adalah robot hidup pertama yang terbuat sepenuhnya dari sel biologis.
Namun, AI yang mereka kembangkan sekarang dianggap sebagai kemajuan berikutnya dalam eksplorasi potensi kehidupan buatan.
Sehingga robot ini mungkin terlihat sederhana dan terbuat dari bahan anorganik saat ini, tetapi merupakan langkah pertama menuju era baru alat yang dirancang oleh AI yang dapat bertindak langsung terhadap dunia.
Meskipun robot yang dihasilkan AI saat ini hanya mampu bergerak maju, ada berbagai potensi penerapan di masa depan. Robot serupa mungkin digunakan untuk navigasi di lingkungan berbahaya seperti puing-puing bangunan yang runtuh, atau bahkan sebagai alat diagnostik dalam tubuh manusia.
AI juga dapat merancang robot nano yang dapat melakukan tugas medis kompleks, seperti membersihkan arteri atau mendeteksi penyakit.
Namun, Kriegman menambahkan keluhannya, "Satu-satunya hal yang menghalangi kami dalam mendapatkan alat dan terapi baru ini adalah kami tidak tahu bagaimana merancangnya."
"Kami beruntung karena AI punya idenya sendiri," tutupnya.
(faz/faz)