Batas Antara Hamas dan Israel, Paling Utama Jalur Gaza

ADVERTISEMENT

Batas Antara Hamas dan Israel, Paling Utama Jalur Gaza

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 09 Okt 2023 14:00 WIB
Israel dan Hamas mengumumkan gencatan senjata. Gencatan senjata dilakukan demi mengakhiri pertempuran selama kurang lebih 11 hari.
Foto: AP Photo
Jakarta -

Konflik antara Hamas dan Israel kembali pecah tahun ini usai kelompok militan terbesar Palestina itu menyerang secara besar-besaran, Sabtu (7/10) lalu. Keduanya memiliki sejarah serangan militan yang sangat panjang.

Sky News, menjelaskan Hamas dan Israel telah berperang selama empat kali dan banyak operasi lain yang timbul di jalur Gaza. Organisasi yang dipimpin oleh Ismail Haniyeh ini sempat melakukan gencatan senjata pada bulan Mei 2021 lalu, namun kembali berkonflik 2 tahun kemudian.

Bila ditarik lebih jauh, konflik Hamas dan Israel berkaitan dengan wilayah kekuasaan negara sejak Perang Dunia Kedua. Harakat al-Muqawama al-Islamiya kepanjangan Hamas percaya bila Israel telah mencuri wilayah dan melakukan penjajahan yang sah pada rakyat Palestina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendapat itu dibantah oleh pendukung Israel yang menyebut bila wilayah tersebut adalah tanah leluhur orang-orang Yahudi yang diasingkan setelah invasi Kekaisaran babilonia 2.500 tahun yang lalu. Hingga terjadi invasi dan pembagian wilayah secara de facto.

Sejarah Di Balik Hadirnya Batas Wilayah Kekuasaan Hamas

Mengutip Counter Terrorism Guide, National Counterterrorism Center Amerika disebutkan bila Hamas telah menjadi badan pemerintahan de facto di Jalur Gaza sejak tahun 2007. Kala itu Hamas berhasil menggulingkan Palestine Liberation Organization (PLO) dari kekuasaannya.

ADVERTISEMENT

Pada dasarnya, Hamas terbentuk karena banyak warga Palestina marah karena provokasi yang dilakukan oleh politisi Israel. Disebutkan juga terjadi penindasan yang dilakukan oleh aparat keamanan hingga menimbulkan kekerasan.

Hamas dengan tegas tidak mengakui kenegaraan Israel dan menentang perjanjian perdamaian Oslo yang dinegosiasikan oleh Israel dan PLO pada pertengahan tahun 1990-an. Diketahui perjanjian itu menjabarkan kerangka pemerintahan mandiri Palestina yang berada di Tepi Barat dan Gaza.

Setelah perjanjian itu terbit, Hamas memboikot berbagai proses politik hingga tahun 2005. Di tahun yang sama, mereka mengambil bagian dalam pemilihan lokal dan legislatif.

Pada saat itu, wilayah tersebut dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas dari partai Fatah asal PLO. Pada tahun 2006, karena banyak pendukung Hamas memenangkan banyak kursi Dewan Legislatif dibandingkan Fatah.

Karena banyak yang tak puas, pertempuran pecah dan menewaskan ratusan orang. Hamas berhasil merebut kekuasaan di Gaza hingga ditetapkan secara de facto pada tahun 2007.

Sedangkan daerah Tepi Barat dipertahankan oleh partai Fatah. Akibat yang timbul karena Gaza dikuasai Hamas menyebabkan Mesir dan Israel menutup perbatasan darat mereka dan memulai blokade.

Langkah itu dibalas Hamas hingga menyebabkan perang Gaza dan Israel pertama pada tahun 2008.

Pada tahun 2005, Israel menarik diri dari Gaza setelah Hamas berkuasa. Namun mereka tetap mendirikan banyak pemukiman Yahudi di seluruh daerah tepi barat atau sebelah barat Sungai Jornal hingga dikritik oleh Dewan keamanan PBB sebagai "Pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional".

Wilayah Operasi Hamas

Sudah dipastikan batas wilayah antara Hamas dan Israel adalah Gaza. Hamas juga tetap mempertahankan kehadirannya di Tepi Barat dan Kamp pengungsi Palestina di Lebanon.

Dikutip dari laman Al-Jazeera, Hamas juga terdiri dari banyak orang yang terbentuk sebagai aliansi regional mencakup Iran, Suriah, dan kelompok Hizbullah di Lebanon. Negara tersebut menentang kebijakan Amerika Serikat terhadap Timur Tengah dan Israel.

Laman Counter Terrorism Guide, National Counterterrorism Center Amerika juga menjelaskan bila wilayah operasi Hamas ada di ibu kota regional utama seperti Doha, Qatar, Kairo, dan Mesir.




(det/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads