Setelah kematian, tubuh mengalami pembusukan. Namun, mikroba di tubuh manusia tidak ikut mati ketika seseorang mati. Kondisi ini rupanya menjadikan manusia bisa bermanfaat bagi kehidupan, bahkan setelah kematian.
Jennifer DeBruyn, dosen Mikrobiologi Lingkungan di University of Tennesee, AS menuturkan, mikroba pengurai mengubah kumpulan molekul organik di tubuh manusia. Molekul organik kaya nutrisi ini diubah menjadi pecahan yang lebih kecil sehingga bisa digunakan organisme lain untuk hidup.
"Bukan hal yang aneh untuk melihat tanaman tumbuh subur di dekat hewan yang membusuk. Ini merupakan bukti nyata bahwa nutrisi dalam tubuh didaur ulang kembali ke ekosistem," tulis DeBruyn di The Conversation.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bantuan Mikroba yang Tak Ikut Mati
DeBruyn menjelaskan, mikroba dalam tubuh manusia punya peran penting agar jasad manusia bisa bermanfaat secara mikroskopis setelah kematian. Proses yang dijalani mikroba ini disebut daur ulang nutrisi detritus, alias bahan organik tak hidup, alias jasad manusia hingga hewan.
Saat hidup, manusia dan hewan mengumpulkan nutrisi dan karbon di dalam tubuh. Sementara itu, tiap tubuh juga menjadi rumah bagi triliunan mikroorganisme yang penting bagi kesehatan.
Simbion mikroba saat manusia hidup membantu dalam proses pencernaan makanan. Alhasil, manusia terbantu dalam mencerna makanan, menghasilkan vitamin penting, terlindung dari infeksi, dan lain-lain.
Sebagian besar mikroba terkonsentrasi di usus. Mikroba ini dapat hidup di lingkungan yang relatif stabil dan hangat, asal persediaan makanannya juga stabil.
Lantas, apa yang terjadi pada mikroba ini saat seseorang mengalami kematian?
Hasil penelitian Sarah W Keenan, Alexandra L Emmons, dan DeBruyn mendapati bahwa mikroba terus hidup setelah seseorang meninggal. Mikroba ini mendaur ulang jasad manusia sehingga kehidupan di semesta dapat terus berkembang, seperti dipublikasi di jurnal Ecological Processes.
Mikroba dan Manusia di Balik Kubur
Manusia di dalam kubur masih ditemani mikroba tubuh. Mikroba ini akan bertemu dengan komunitas baru, mikroba tanah. Mikroba dari tubuh manusia yang terbiasa hidup di lingkungan stabil dan hangat saat menerima makanan kini hidup di lingkungan dengan tingkat gradien kimia dan fisik, perubahan suhu, kelembapan, dan nutrisi yang amat variatif.
Kendati demikian, penelitian tim Keenan dan rekan-rekan menunjukkan bahwa mikroba tubuh di dalam kubur dapat bertahan hidup. Lebih lanjut, mikroba tubuh juga bekerja sama dengan mikroba tanah asli untuk membantu menguraikan tubuh manusianya.
Berdasarkan penelitian di laboratorium, tim ilmuwan menemukan bahwa campuran tanah dan cairan dekomposisi yang diisi mikroba manusia meningkatkan laju penguraian ketimbang yang dibantu mikroba tanah saja.
Manfaat untuk Tanaman dan Mikroba
Jasad manusia juga bermanfaat dengan bantuan mikroba untuk meningkatkan siklus nitrogen. Alhasil, nitrat dan amonium dari daur ulang tersebut bisa bermanfaat untuk kehidupan tanaman.
"Kami juga menemukan bahwa mikroba yang berasosiasi dengan inang meningkatkan siklus nitrogen. Nitrogen merupakan nutrisi penting bagi kehidupan. Namun sebagian besar nitrogen di Bumi terikat sebagai gas atmosfer yang tidak dapat digunakan oleh organisme. Pengurai memainkan peran penting dalam mendaur ulang nitrogen organik seperti protein menjadi bentuk anorganik seperti amonium dan nitrat yang dapat digunakan oleh mikroba dan tanaman," terang DeBruyn.
Ia menjelaskan, mikroba manusia diperkirakan punya peran dalam daur ulang nitrogen dengan mengubah molekul besar berisi nitrogen, seperti protein dan asam nukleat, menjadi amonium. Mikroba nitrifikasi di dalam tanah lalu bisa lanjut mengubah amonium menjadi nitrat.
DeBruyn menambahkan, serangga dan 'hewan pemulung' juga membantu mendistribusikan penguraian jasad manusia ke ekosistem. Dari situlah daur ulang nutrisi dari detritus, bahan organik tak hidup seperti jasad manusia, bisa bermanfaat bagi keanekaragaman hayati dan jaring makanan bagi kehidupan makhluk hidup lain.
(twu/nwy)