Pasti detikers pernah dengar tentang Kerajaan Sriwijaya? Kerajaan dengan latar belakang agama Buddha ini terkenal dengan sebutan negara maritim yang mendominasi Selat Malaka.
Kejayaan kerajaan ini terlihat dari penduduk Kerajaan Sriwijaya yang bersifat terbuka dengan kebudayaan asing. Selain itu, raja-raja Sriwijaya memberi dukungan dan perhatian penuh pada perkembangan ajaran Buddhisme.
Bahkan, biksu bernama I-tsing pernah singgah di Sriwijaya untuk mempelajari agama Buddha selama dua sampai tiga bulan. Sebelum dirinya belajar ke Nalanda, India untuk mendalami pengetahuan Buddhis dan belajar Bahasa Sanskerta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makna kata Sriwijaya dalam bahasa Sansekerta adalah gabungan dari kata 'Sri' yang berarti cahaya dan 'Wijaya' yang bermakna kejayaan. Sehingga Sriwijaya merujuk pada makna kata tentang sesuatu kemenangan yang gemilang dan jaya.
Sejarah Kerajaan Sriwijaya:
Awal Berdiri Kerajaan Sriwijaya
Pada tahun 1892, sebuah prasasti ditemukan di Kampung Kota Kapur, Desa Penagan, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka. Prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno itu mengandung beberapa kata yang dibaca sebagai "Sriwijaya".
Temuan Prasasti Kota Kapur itu telah menjelaskan bahwa kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7 karena pada masa itu, kepulauan Nusantara ramai dikunjungi oleh para musafir asal Cina dan India.
Sejak awal, pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya berubah-ubah. Semula Sriwijaya berpusat di Minanga Tamwan, lalu pindah ke Jambi, dan berakhir di Palembang.
Dikutip dari buku "Kedatuan Sriwijaya: Perjalanan Suci" oleh Kemdikbud RI, prasasti lain yang ditemukan sebagai petunjuk Kerajaan Sriwijaya adalah Prasasti Kedukan Bukit.
Prasasti tersebut diketahui Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang pada tanggal 16 Juni 682 M. Nama lengkapnya tertulis pada Prasasti Talang Tuo yaitu Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Menurut Prasasti Kedukan Bukit, Sri Jayanasa mengadakan perjalanan dengan memimpin 20.000 tentara. Dalam perjalanannya, ia berhasil menaklukan daerah-daerah strategis untuk perdagangan sehingga hal ini yang mendorong kesejahteraan Sriwijaya ke depannya.
Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak kebudayaan India tertua ke-3. Diperkirakan, Sri Jayanasa melakukan pada awal berdiri Sriwijaya melakukan ekspedisi pada wilayah-wilayah yang enggan tunduk pada mereka.
Ekspedisi ini sejalan dengan masa keruntuhan dua kerajaan pendahulunya, yaitu Kerajaan Tarumanegara di Jawa bagian barat dan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi sebuah kerajaan besar sejak abad ke-7 hingga abad ke-11 Masehi. Hal ini dilihat dari kedudukan kerajaan yang mencakup wilayah-wilayah strategis untuk menjaga dominasi perdagangan laut.
Raja Dharmasetu berhasil melebarkan sayap Sriwijaya hingga Semenanjung Malaya. Bahkan, kerajaan ini membangun sebuah pangkalan di daerah ligor yang memungkinkan kapal-kapal dari Cina dan India singgah.
Puncak kejayaan Kerajaan Sriwijaya dimulai pada abad ke-8 hingga ke-9 di bawah kepemimpinan Raja Balaputradewa (850 M). Pada masa tersebut, Sriwijaya memiliki wilayah kekuasaan hingga Malaysia, Singapura, dan Thailand Selatan.
Berdasarkan Prasasti Nalanda, Balaputradewa merupakan anak dari Samaratungga, Raja Kerajaan Mataram Kuno dari garis keturunan Syailendra. Di bawah kepemimpinan Raja Balaputradewa, Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim.
Kerajaan ini membangun armada laut yang kuat dan membuat para kapal pedagang yang singgah di kerajaan ini merasa aman dari gangguan perompak.
Menurut buku "Sriwijaya: Sebuah Kejayaan Masa Lalu di Asia Tenggara" dari Kemdikbud, Kerajaan Sriwijaya mampu menaklukan jalur perdagangan strategis Selat Malaka meliputi daerah Bandar Melayu di Jambi, Kota Kapur di Pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, serta Kedah dan Chaiya di Semenanjung Melayu.
Bukti-bukti kuat Sriwijaya sebagai kerajaan bahari dengan ditemukannya runtuhan perahu yang berasal dari sekitar abad ke-6-7 Masehi, yaitu di Kolam Pinisi, Samirejo, Tulung Selapan, Karang Agung, dan Kota Kapur. Perahu-perahu Sriwijaya dibuat dengan tradisi yang khas yaitu teknik papan ikat dan kupingan pengikat.
Akhir Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sejak kepemimpinan Raja Rajendra Coladewa dari Kerajaan Cola (India Selatan) pada abad ke-11. Pada tahun 1025, Kerajaan Cola berhasil menawan Raja Sanggrama Wijayatunggawarman.
Kerajaan Cola lalu mengambil alih kendali perdagangan di Selat Malaka. Serangan tersebut mengakibatkan kehancuran jalur perdagangan yang menjadi penghasilan utama Kerajaan Sriwijaya. Sehingga membuat Ibu Kota Sriwijaya pindah ke Jambi. Lambat laun, suara Kerajaan Sriwijaya mulai meredup.
Kerajaan Sriwijaya semakin tenggelam ketika Kerajaan Singasari melangsungkan Ekspedisi Pamalayu pada 1275. Ekspedisi ini merupakan misi dari Raja Kertanegara untuk melemahkan Sriwijaya.
Pada akhirnya, di tahun 1377, Kerajaan Sriwijaya benar-benar runtuh karena persaingan dari Kerajaan Majapahit yang berhasil menaklukan bagian-bagian wilayah Sriwijaya.
Raja-raja Kerajaan Sriwijaya
Mengutip dari buku "Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara" karya Deni Prasetyo, berikut daftar raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sriwijaya:
Dapunta Hyang Sri Jayanasa (683 M)
Indrawarman (702 M)
Rudra Wikrama (728-742 M)
Sanggramadhananjaya (775 M)
Dharanindra/Rakai Panangkaran (778 M)
Samaragrawira/Rakai Warak (782 M)
Dharmasetu (790 M)
Samaratungga/Rakai Garung (792 M)
Balaputradewa (856 M)
Sri Udayadityawarman (960 M)
Sri Wuja atau Sri Udayaditya (961 M)
Hsiae-she (980 M)
Sri Cudamani Warmadewa (988 M)
Malayagiri/Suwarnadwipa (990 M)
Sri Marawijayottunggawarman (1008 M
Sumatrabhumi (1017 M)
Sri Sanggrama Wijayatunggawarman (1025 M)
Sri Dewa (1028 M)
Dharmawira (1064 M)
Sri Maharaja (1156 M)
Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1178 M)
Nah, itulah penjelasan mengenai sejarah Kerajaan Sriwijaya yang ada di nusantara. Semoga menambah wawasan detikers, ya!
(faz/faz)