Indonesia merupakan negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa atau garis ekuator. Akibat kondisi tersebut, Indonesia dapat mengalami suatu fenomena yang disebut dengan ekuinoks.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena ekuinoks adalah hal yang biasa terjadi dan bukan hal yang berbahaya. Fenomena ini terjadi dua kali selama tahun 2023 ini, sebelumnya terjadi pada Maret.
Lantas apa sebenarnya fenomena ekuinoks itu? Kapan fenomena ini terjadi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Fenomena Equinox?
Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo menjelaskan bahwa ekuinoks adalah salah satu fenomena astronomi di mana Matahari melintasi garis khatulistiwa, dilansir dari laman Pemerintah tanjung Jabung Barat. Sehingga ekuinoks merupakan peristiwa matahari tepat berada di garis khatulistiwa atau equator.
Dilansir dari laman Kominfo, kata ekuinoks berasal dari bahasa latin yaitu equinox dari kata aequus yang memiliki arti sama. Kemudian kata nox yang berarti malam. Maka pada dasarnya dapat dipahami bahwa fenomena ekuinoks menyebabkan siang dan malam memiliki waktu yang sama, yaitu masing-masing 12 jam.
Bagi wilayah Indonesia yang merupakan negara dilintasi oleh garis khatulistiwa, fenomena ekuinoks ini adalah hal yang sudah biasa terjadi. Menurut BMKG, fenomena ekuinoks tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem. Hal ini dikarenakan secara umum rata-rata suhu maksimum di Indonesia berada dalam kisaran 32-36 derajat celsius.
Ekuinoks bukan merupakan fenomena seperti gelombang panas atau heatwave yang terjadi di Eropa, Afrika, dan Amerika. Berbeda dengan ekuinoks, heatwave merupakan fenomena peningkatan suhu udara yang ekstrim. Pihak BMKG juga menghimbau para masyarakat untuk tetap tenang dan tidak perlu khawatir dengan dampak equinox.
Kapan Ekuinoks Terjadi?
Di Indonesia, fenomena ekuinoks terjadi dua kali dalam tiap tahunnya. Menurut BRIN dilansir dari CNN, mengacu pada letak titik nol khatulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, maka Matahari berada di titik nol ini dua kali dalam setahun. Pada tahun 2023 ini, ekuinoks terjadi pada tanggal 20-21 Maret dan 23 September.
Pada bulan September ini, ekuinoks diperkirakan akan terjadi pada hari Sabtu, 23 September pukul 08.30 WIB/09.30 WITA / 10.30 WIT. Ketika fenomena ini terjadi, jarak antara Matahari dengan Bumi mencapai 150.147.520 kilometer. Peristiwa ini juga menandai terjadinya musim gugur di belahan Bumi utara dan musim semi di belahan Bumi selatan, dilansir dari TimeandDate.com.
Ciri-ciri Fenomena Ekuinoks
Meskipun ekuinoks dikenal sebagai fenomena yang biasa terjadi, tetapi masyarakat Indonesia juga perlu mengetahui apa saja ciri-cirinya dan apa yang terjadi ketika fenomena ekuinoks. Berikut ciri-ciri fenomena ekuinoks yang bersumber dari laman BMKG:
- Ketika fenomena ekuinoks berlangsung, bagian luar bumi relatif sama dengan wilayah yang berada di bagian subtropis pada belahan utara maupun selatan.
- Saat fenomena ekuinoks terjadi maka Matahari dengan Bumi memiliki jarak paling dekat yang konsekuensinya pada wilayah tropis sekitar garis ekuator akan mendapatkan penyinaran Matahari secara maksimum.
- Peningkatan suhu udara tidak terlalu ekstrem atau drastis.
- Fenomena ini tidak berlangsung dalam waktu yang lama.
- Siang dan malam akan memiliki waktu yang sama yaitu masing-masing 12 jam.
Cara Mengantisipasi Kenaikan Suhu
Meski BMKG telah menjelaskan bahwa fenomena ekuinoks ini tidak mengakibatkan kenaikan suhu ekstrem dan berbahaya, tetapi masyarakat tidak ada salahnya untuk mengantisipasi perubahan suhu tersebut agar tidak berdampak pada kesehatan.
Dilansir dari laman Universitas Gadjah Mada, menurut ahli gizi Fakultas Kedokteran UGM, peningkatan suhu udara dapat memicu terjadinya dehidrasi. Oleh karena itu disarankan masyarakat untuk minum minimal 8 gelas sehari atau disesuaikan kebutuhan tubuh.
Apabila sampai terjadi dehidrasi maka hal tersebut bisa menurunkan imunitas tubuh dan rentan terhadap penyakit. Dehidrasi juga beresiko mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi tubuh, seperti radang tenggorokan, infeksi kandung kemih, dan lainnya.
Selain itu, perlu juga untuk menjaga asupan makanan dengan pola gizi seimbang, seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral, serta vitamin sesuai dengan kebutuhan tubuh. Lebih baik lagi ditambah dengan pola hidup sehat dan olahraga yang cukup.
Nah, detikers, itu dia uraian tentang fenomena equinox yang terjadi pada tanggal 23 September, lengkap dengan pengertian, ciri, dan cara mengatasinya. Semoga bermanfaat, ya!
(nah/nah)