Planet K2-18b adalah sebuah eksoplanet yang mengorbit bintang merah. 'Matahari' kerdil di K2-18b berwarna merah temaram, ukurannya lebih kecil dari Matahari di Bumi. Satu tahunnya hanya 33 hari.
Dengan jarak sekitar 120 tahun cahaya dari Bumi, planet yang relatif dekat dengan tempat tinggal manusia ini jadi subjek penelitian intensif. Salah satu yang terbaru coba mengungkap soal potensi K2-18b untuk dihuni manusia.
Indikasi Kehidupan di Planet Asing
Temuan dimetil sulfida dalam atmosfer K2-18b mengindikasikan adanya kehidupan di exoplanet ini. Sebab, di Bumi, senyawa dimetil sulfida dihasilkan oleh kehidupan, terutama oleh fitoplankton laut, seperti dikutip dari Science Alert.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perkiraan ini memunculkan pertanyaan menarik, seperti apakah ada kehidupan di K2-18b yang dapat menghasilkan senyawa ini. Atau, apakah ada mekanisme lain yang menjelaskan keberadaannya?
Atmosfer K2-18b juga mengandung karbon dioksida dan metana. Di dalamnya juga kaya hidrogen, yang membuatnya termasuk kelompok dunia Hycean.
Dalam laporan penelitiannya di The Astrophysical Journal Letters, K2-18b awalnya diprediksi sebagai prototipe dunia Hycean. Julukan ini diberikan pada planet dengan lautan yang dapat dihuni di bawah atmosfer kaya H2.
Analisis komposisi kimia atmosfer menunjukkan bahwa K2-18b memiliki kemungkinan adanya lautan di bawah atmosfer yang kaya akan H2, CO2, dan CH4.
Tidak Mirip Bumi
Di sisi lain, K2-18b mungkin tidak menjadi dunia Hycean yang potensial karena pertimbangan iklim. Atmosfer yang kaya akan H2 tanpa awan yang tebal dapat menyebabkan suhu meningkat pada tekanan yang tinggi. Akibatnya, lautan berubah menjadi atmosfer yang didominasi uap.
Atmosfer yang terlalu dangkal berisiko mengalami penghilangan seiring waktu. Akibatnya, ada rentang parameter terbatas kapan lautan yang dapat dihuni berada di K2-18b tanpa awan yang signifikan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi apakah awan atau haze mengelilingi planet, atau hadir saat siang saja.
Hal lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah karakteristik K2-18b yang jauh berbeda dengan Bumi. Planet ini lebih besar dan lebih masif, dengan 8,6 kali lipat berat Bumi dan 2,6 kali lipat jari-jari Bumi.
Namun, bintang katai merah yang dikitarinya lebih dingin dan redup dibandingkan Matahari Bumi. Pada 2019, K2-18b dinilai sebagai planet berbatu yang kemungkinan layak huni karenanya. Sebab, jarak dari bintang induknya memungkinkan air dalam bentuk cair dapat bertahan di permukaan, tidak sampai membeku menjadi es atau justru menguap.
Namun, bintang katai merah lebih dingin dan lebih redup dibandingkan Matahari, yang berarti K2-18b menerima radiasi bintang yang serupa dengan Bumi.
Penelitian Lanjutan
Pengamatan terhadap K2-18b pun telah dibantu oleh Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST), yang memainkan peran penting dalam mengungkapkan komposisi atmosfer planet ekstrasurya ini. Instrumen-instrumen seperti NIRSpec dan NIRIS digunakan untuk mengamati perubahan cahaya bintang dan mengidentifikasi molekul di atmosfer planet.
Penelitian ini memberikan harapan bahwa JWST memiliki potensi untuk mendeteksi tanda-tanda biologis di atmosfer planet ekstrasurya. Ini adalah langkah penting dalam pencarian kehidupan di planet lain di alam semesta, yang telah lama menjadi impian dan tantangan bagi ilmuwan.
Langkah selanjutnya dalam penelitian adalah mengkonfirmasi keberadaan dimetil sulfida di atmosfer K2-18b dengan menggunakan JWST. Para ilmuwan juga akan terus menyelidiki kemungkinan tanda-tanda biologis lain di atmosfer planet ekstrasurya, membawa manusia satu langkah lebih dekat untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang apakah kita sendirian di alam semesta ini
(twu/twu)