Polusi udara di Ibu Kota dan wilayah sekitarnya seperti Bogor menjadi sorotan setelah beberapa bulan terakhir kondisinya terus memburuk. Musim kemarau yang panjang pun turut memperburuk kondisi tersebut.
Menanggapi masalah ini, Dr Rini Hidayati, pakar biometeorologi dari IPB University menyebut salah satu kunci untuk menurunkan sumber polusi udara di Bogor adalah dengan melakukan pengaturan lalu lintas.
"Perlu ada pengaturan lalu lintas yang lebih tepat sehingga kendaraan tidak menumpuk di satu lokasi yang menyebabkan kemacetan yang dapat menambah polutan di udara, misalnya dengan penerapan kembali jumlah angkot yang beredar bergantian siang atau malam, car free day, dan upaya meningkatkan kedisiplinan pengendara," katanya dilansir dari laman IPB University, Selasa (5/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab Polusi Udara Tinggi
Rini menuturkan sebab-sebab polusi udara kian meningkat di Bogor dan daerah lainnya seperti hujan yang intensitasnya sangat kurang sehingga tak bisa mencuci polutan yang beterbangan di udara.
"Pencucian oleh hujan tidak signifikan karena curah hujan rendah, sedangkan sumber polutan tetap ada. Di Kota Bogor, sumber terbesar berasal dari lalu lintas kendaraan berbahan bakar fosil," katanya.
Pemicu tingginya polusi udara yang lain menurut Rini adalah peristiwa El Nino, Berbeda dengan pada masa pandemi, Rini mengatakan saat itu kemarau panjang terjadi bersamaan dengan La Nina sehingga tidak sekering sekarang.
Rini juga menyebut bahwa tingginya aktivitas pabrik menyebabkan limbah dan pembakaran sampah meningkat. tentunya kedua hal tersebut memicu polusi udara semakin tinggi.
"Akan lebih baik jika limbah diolah terlebih dahulu, sebagai contoh membakar sampah dalam incinerator dan menyaring asap pembuangan pabrik sebelum dibuang ke udara," kata Rini.
Tingginya Partikulat Picu Pneumonia-ISPA
Dampak lain polusi udara yang meresahkan bagi masyarakat adalah gangguan kesehatan yang bisa timbul. Rini mengatakan konsentrasi bahan partikulat yang cukup tinggi, terutama PM2,5 yang sangat sering akan terasa dampaknya bagi kalangan yang sensitif.
PM2,5 tersebut bisa menembus paru-paru dan menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan. Jika hal tersebut terjadi, masalah kesehatan seperti kasus pneumonia atau infeksi saluran pernapasan (ISPA) akan mudah menyerang balita dan lansia.
Selain waspada terhadap PM2,5 pada kualitas polusi udara, Rini mengingatkan untuk tidak melakukan aktivitas yang bisa menyebabkan kualitas atmosfer memburuk. Ia menyebut data dari Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim (CCROM) IPB University menunjukkan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer sudah menembus angka 400 ppm.
"Saat ini kita, khususnya di wilayah indonesia bagian selatan yang kondisi iklimnya dipengaruhi oleh El Nino, harus tetap waspada karena musim kemarau masih cukup panjang, mungkin pada bulan November hujan baru cukup memperbaiki kualitas udara," pungkas Rini.
(cyu/pal)