Manusia sempat hampir punah sekitar 1 juta tahun yang lalu. Saat itu, populasi manusia hanya sekitar 1.300 selama lebih dari 100.000 tahun.
Dipublikasi di jurnal Science pada 1 September, ilmuwan meneliti genom lebih dari 3.150 manusia modern masa kini dari 10 populasi Afrika dan 40 populasi non-Afrika. Mereka mengembangkan alat analisis baru untuk menyimpulkan kelompok yang membentuk nenek moyang manusia modern.
Data genetik menunjukkan bahwa antara 813.000 dan 930.00 tahun yang lalu, nenek moyang manusia modern mengalami "hambatan" yang parah, yaitu hilangnya populasi hingga 98,7%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Takakia, Lumut Purba yang Terancam Punah |
"Nenek moyang kita mengalami kemacetan populasi yang parah dalam waktu yang sangat lama sehingga mereka menghadapi risiko kepunahan yang tinggi," kata Wangjie Hu, salah satu penulis studi dari Icahn School of Medicine di Mount Sinai di New York City, dalam Live Science, dikutip Minggu (3/9/2023).
Dari penelitian tersebut, para ilmuwan memperkirakan populasi manusia modern berjumlah sekitar 1.280 selama sekitar 117.000 tahun.
"Perkiraan ukuran populasi garis keturunan nenek moyang kita sangat kecil, dan tentu saja akan membawa mereka mendekati kepunahan," ujar Chris Stringer, ahli paleoantropologi di Natural History Museum di London.
Alasan Populasi Manusia Hampir Punah
Penurun populasi drastis yang menuju kepunahan ini terjadi bersamaan dengan pendinginan parah. Ilmuwan menerangkan pendinginan itu mengakibatkan munculnya gletser, penurunan suhu permukaan laut, dan kekeringan panjang di Afrika dan Eurasia.
Para ilmuwan masih belum mengetahui bagaimana dampak perubahan iklim terhadap manusia karena fosil dan artefak manusia relatif jarang pada masa itu. Salah satu alasannya karena populasinya sangat sedikit.
Periode Kepunahan Ciptakan Manusia Modern
Ilmuwan meyakini, periode kepunahan itu bisa berperan dalam memecah kelompok manusia purba menjadi manusia modern, Neanderthal dan Denisovan. Periode ini telah membagi manusia ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terpisah.
Lebih lanjut, ilmuwan meyakini perbedaan antara kelompok-kelompok ini akan terbukti cukup signifikan untuk membagi orang-orang yang selamat ke dalam populasi yang berbeda.
"Karena Neanderthal dan Denisovan berbagi fusi ini dengan kita, hal ini pasti terjadi sebelum garis keturunan kita terpisah satu sama lain," kata Stringer.
(twu/twu)