Berbagai penemuan kuno banyak mengungkap peradaban di masa lalu. Temuan tulang-belulang, benda-benda, hingga bangunan menjadi bukti bahwa peradaban yang terkubur, pernah ada di masa lalu. Tapi, kenapa kebanyakan situs itu selalu ditemukan di bawah tanah?
Seperti yang diketahui, arkeolog lebih banyak menemukan jejak-jejak peradaban kuno setelah menggali tanah. Hampir semua temuan arkeologi, selalu tertimbun di bawah tanah.
Di Indonesia temuan yang banyak tertimbun misalnya candi-candi, arca, ataupun sisa-sisa bangunan milik peradaban kuno. Namun, tidak semua peninggalan kuno tertimbun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gunung Padang dan Candi Borobudur misalnya, ditemukan di dataran tinggi yang tertutupi oleh semak-semak hingga pepohonan yang rimbun.
Penyebab Terkuburnya Sisa-sisa Peradaban Kuno
Terkait banyaknya peninggalan peradaban kuno yang terkubur, ada beberapa faktor yang mendasarinya. Faktor terkuat adalah peristiwa seperti bencana alam.
Permukiman dan kota di masa lalu juga bisa menjadi terbengkalai, karena cuaca dengan banjir dan angin yang mengendapkan lapisan-lapisan tanah dan debu selama bertahun-tahun. Kemudian hanya menyisakan gundukan tanah.
Bisa juga, kota-kota ditinggalkan para penduduknya secara perlahan kemudian melalui proses yang panjang. Misalkan pada Kota Maya Kuno yang sekarang sudah ditumbuhi oleh tanaman lebat menyerupai hutan dan menjadi objek penelitian para arkeolog, sebagaimana keterangan dikutip dari IFL Science.
Meski begitu, tidak semua peradaban kuno terkubur. Ada beberapa yang tidak, seperti kota Roma misalnya. Kota ini telah diduduki sejak 753 SM, namun sisa-sisa peradabannya hingga kini masih terkenang dan dijaga.
Bangunan Kuno yang Tidak Terkubur
Untuk memberikan gambaran tentang bangunan kuno yang masih ada, terdapat bangunan Roma bernama Kuria Yulia (Curia Julia). Tapi kondisinya telah mengalami pergerakan tanah seiring berjalannya waktu hingga perlu memindahkan konstruksi pintunya beberapa meter lebih tinggi.
Pergeseran tanah tersebut sebagian kecil disebabkan oleh bahan organik pada tanah sekitar Roma. Bahan organik tersebut berasal dari pembusukan dedaunan dan tanaman, yang perlahan-lahan menumpuk dan menaikkan permukaan tanah.
Di sisi lain, banjir juga memengaruhi kondisi ini karena membawa lebih banyak materi ke kota. Namun, sebenarnya dalam hal ini, yang menjadi faktor utama adalah ulah manusia yang mendirikan bangunan di atas tempat bersejarah dan tidak mempedulikan sisa-sisa sejarah yang sudah ada lebih dulu.
(faz/faz)