Pro Vs Kontra Pendapat Ilmuwan soal Limbah Nuklir Jepang

ADVERTISEMENT

Pro Vs Kontra Pendapat Ilmuwan soal Limbah Nuklir Jepang

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 28 Agu 2023 12:30 WIB
Protesters hold signs that read
Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Jakarta - Pembuangan 1,25 juta ton limbah nuklir Fukushima ke laut Samudera Pasifik oleh pemerintah Jepang telah direalisasikan, Kamis (24/8/2023) lalu. Hal ini membuat gempar dunia disertai pro dan kontra pendapat ilmuwan.

Dikutip dari BBC.com, Jepang akan membuang air limbah nuklir itu secara bertahap setelah mendapat lampu hijau dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Proses ini dijadwalkan dari Agustus 2023 hingga akhir Maret 2024.

Satu faktor yang membuat heboh dunia terkait pembuangan limbah nuklir Jepang ini adalah karena hadirnya unsur radioaktif hidrogen yang disebut tritium. Bila Jepang mampu menghilangkan semua unsur ini sebelum dialirkan ke laut, mungkin hal ini tidak akan menjadi kontroversi.

Masalahnya, tidak ada teknologi yang dapat menghilangkan unsur radioaktif ini. Sehingga Jepang memilih opsi untuk mengencerkan (dilute) air sebelum dilarungkan ke laut.

Pro Vs Kontra Pendapat Ilmuwan Dunia

Pro

Sebagian ilmuwan berpendapat pelepasan ini aman dilakukan karena tritium dapat ditemukan di air di seluruh dunia. Terlebih analisis yang dilakukan IAEA menjelaskan konsentrasi tritium dalam air yang dibuang Jepang jauh di batas ambang operasional yaitu 1.500 becquerel per liter (Bq/L).

Batas ini enam kali lebih kecil dari batas air minum yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 10.000 Bq/L untuk standar radioaktivitas. Mengenai hal ini, James Smith profesor ilmu lingkungan dan geologi di Universitas Portsmouth mengatakan bila secara teori, air limbah nuklir Jepang bisa diminum.

Hal ini karena limbah sudah diolah ketika disimpan dan kemudian diencerkan. Satu ilmuwan lain yang setuju adalah fisikawan David Bailey dari Perancis yang mengukur tentang radioaktivitas.

Ia setuju air ini aman karena kuncinya adalah berapa banyak kadar tritium di air tersebut.

"Pada tingkat tersebut, tidak ada masalah dengan spesies laut, kecuali kita melihat penurunan populasi ikan yang parah," ujarnya dikutip, Senin (28/8/2023).

Kontra

Meski dinilai aman, para kritikus yang juga ilmuwan mengakui perlu dilakukannya lebih banyak penelitian. Terutama tentang dampak yang timbul di dasar laut, kehidupan laut, hingga manusia.

Emily Hammond, pakar hukum energi dan lingkungan Universitas George Washington menyatakan tingkat radionuklida (tritium) akan menimbulkan pertanyaan baru yang tidak dapat dijawab sepenuhnya oleh ilmu pengetahuan. Ia menekankan meski di tingkat sangat rendah, apa yang bisa dinilai aman dari limbah nuklir.

"Kepatuhan standar tidak berarti bila tidak ada konsekuensi terhadap lingkungan atau manusia yang disebabkan oleh keputusan tersebut," jelas Hammond.

Selanjutnya adal ahli biologi kelautan dari Universitas Hawaii yakni Robert Richmond yang hadir di sisi kontra. Ia khawatir Jepang tidak mampu mendeteksi apa yang masuk ke dalam air sehingga dampak radiologi dan ekologi terabaikan.

Terakhir, kelompok lingkungan Greenpeace merujuk pada penelitian yang melibatkan para ilmuwan di Universitas South Carolina di bulan April 2023 lalu. Shaun Burnie, spesialis nuklir senior di Greenpeace Asia Timur menjelaskan tritium memiliki efek negatif.

"Efek negatif langsung akan terjadi pada tanaman dan hewan yang menelan tritium secara langsung. Akibatnya tanaman bisa berkurang kesuburannya dan struktur selnya rusak termasuk pada DNA," jelas Shaun.

Diketahui, limbah nuklir yang dibuang oleh Jepang berasal dari pembangkit nuklir Fukushima yang bocor akibat gempa dan tsunami yang terjadi pada 2011 silam. Isu ini sudah berkembang sejak tahun 2021 lalu dan direalisasikan tahun 2023.

Simak Video 'Buntut Buang Limbah Nuklir, Jepang Diamuk Warga China Via Telepon':

[Gambas:Video 20detik]



(nah/nah)


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads