Kata Pakar, 5 Kalimat Ini Perlu Ortu Hindari Saat Bicara kepada Anak

ADVERTISEMENT

Kata Pakar, 5 Kalimat Ini Perlu Ortu Hindari Saat Bicara kepada Anak

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 26 Agu 2023 17:00 WIB
Ilustrasi Authoritarian Parenting
Ilustrasi orang tua menasihati anak Foto: Getty Images/iStockphoto/chameleonseye
Jakarta -

Menumbuhkan anak yang memiliki kecerdasan emosional baik dan bermental tangguh, tentunya bukan hal mudah bagi para orang tua. Hal yang dapat dilakukan oleh ayah-ibu adalah komunikasi yang suportif.

Menurut seorang ahli saraf dan penulis buku How to Help Your Child Clean Up Their Mental Mess, Dr Caroline Leaf, bagaimana orang tua merespons perasaan anaknya memiliki dampak yang besar bagi mereka dalam memproses dan memahami kehidupan.

Leaf mengatakan, dia tidak pernah mengucapkan sejumlah kalimat dan frase tertentu kepada anak-anaknya. Apa saja hal-hal yang menurut ahli saraf ini tidak semestinya diucapkan oleh orang tua kepada anak-anak?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal-hal yang Tak Boleh Diucapkan kepada Anak

Dikutip dari CNBC Make It, menurut Leaf, kalimat dan frase berikut ini yang tak pernah dia katakan kepada anak-anak:

1. "Kamu nakal sekali"

Menurut Leaf, ketika seorang anak tidak dapat memahami dirinya, mereka akan merasa marah; cemas; mengasihani diri sendiri; atau putus asa. Perlu dicatat, ketika anak menunjukkan hal ini, bukan berarti mereka nakal atau menyulitkan, melainkan mereka tengah mengalami krisis identitas atau tidak memahami diri sendiri.

ADVERTISEMENT

Jika anak-anak dibiarkan mengalami hal ini, mereka akan merasa malu. Rasa malu ini disebut mampu mempengaruhi segala aspek dalam hidupnya dan tentunya berpotensi mengganggu kesehatan mental.

Leaf menyarankan, saat anak-anaknya tidak dapat memahami diri sendiri, yang dia lakukan bukanlah berbicara dengan nada yang menuduh.

"Saya mencoba mendeskripsikan apa yang saya lihat pada saat itu: perasaan mereka, sikap mereka, dan reaksi fisik mereka sebagai respons atas apa yang mereka alami," jelasnya.

"Sebaliknya, ini yang saya katakan, 'Sepertinya kamu frustasi dan tidak biasanya seperti ini. Ada yang bisa dibantu?" lanjut Leaf.

2. "Kamu berlebihan!"

Leaf mengatakan, mengabaikan perasaan anak adalah hal yang berdampak negatif. Saat dia mengalami situasi semacam ini, Leaf akan mengambil jeda sejenak untuk bernapas dan mengontrol emosinya.

"Saya mengontrol kontak mata dan menjaga bahasa tubuh, sebab anak-anak lebih baik dalam membaca isyarat nonverbal. Mereka cenderung diam jika merasa tidak aman untuk berbicara," terang Leaf.

3. "Enggak seburuk itu kok. Kamu akan melewatinya"

Leaf menggarisbawahi, mengatakan kepada anak-anak bahwa mereka akan melewati yang sedang dialami, adalah bentuk invalidasi pengalaman. Penyandang gelar PhD patologi komunikasi itu mengatakan, kata-kata semacam ini dapat membuat anak merasa bersalah saat memiliki emosi yang sebetulnya normal.

"Mereka dapat berpikir, ada yang salah dengan mereka karena memiliki perasaan semacam ini," kata Leaf.

"Sebagai orang tua, kita bukanlah ahli dalam pengalaman orang lain, termasuk dalam pengalaman anak-anak kita. Jika anak saya mencoba mengomunikasikan yang mereka rasakan, maka saya akan merespons dengan sikap penasaran dan perhatian," imbuhnya.

Dia menekankan, momen-momen semacam ini dapat menjadi kesempatan dan wadah yang tempat untuk mengajarkan empati kepada anak-anak.

"Saya mengatakan ini, 'Aku mendengarkanmu. Itu kedengarannya sulit! Apa yang bisa ibu bantu," ujarnya.

4. "Berhenti menangis!"

Leaf menerangkan, menangis merupakan mekanisme neurobiologis yang membantu mengatasi energi yang tertimbun dan terakumulasi dalam pikiran, otak, dan tubuh.

"Menangis adalah alat yang sangat penting untuk mencegah penekanan emosi dan membuat kita menjaga kesehatan mental," ujar Leaf.

Dia menyarankan agar orang tua menawarkan kegiatan distraksi seperti berjalan-jalan. Kegiatan distraksi menurutnya dapat membuat anak lebih mudah untuk membuka diri.

"Memberikan rasa nyaman dapat membantu menyelesaikan masalah, alih-alih membuatnya semakin terakumulasi," sebut Leaf.

5. "Ya karena aku bilang begitu"

Leaf menuturkan, ketika dia menolak memberikan penjelasan kepada anaknya, maka hal ini dapat menghambat keingintahuan alami dan daya nalar mereka. Sehingga, anak dapat merasa bingung.

"Anak-anak melihat orang dewasa dalam hidup mereka untuk menalar dunia. Jadi, ketimbang memberikan perintah, gunakan kesempatan ini untuk mengajarkan mereka menghadapi tantangan masa depan," ungkapnya.

Sebagai contoh, ketika Leaf tidak ingin anaknya memanjat pohon, dia menjelaskan bahwa dia tidak ingin anaknya memanjat lantaran berbahaya dan berpotensi terluka.




(nah/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads