Temuan penting di area vila Civita Giuliana, Italia menyoroti rendahnya status budak Romawi pada zaman dahulu. Para arkeolog menemukan sebuah kamar tidur kecil di sebuah rumah vila Romawi dekat Pompeii. Kamar tersebut diperkirakan digunakan oleh kelompok budak.
Penemuan ini mengungkapkan kenyataan hidup yang keras bagi mereka yang tinggal di lapisan bawah masyarakat selama periode Romawi. Kamar tidur kecil itu tersapu erupsi Gunung Vesuvius 2.000 tahun yang lalu.
Kondisi Kamar Budak Romawi
Lokasi kamar mereka berada di dalam rumah vila Civita Giuliana ini, terletak sekitar 600 meter di utara tembok Pompeii. Di dalam kamar, ada dua tempat tidur dan satu matras.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, terdapat dua lemari kecil bersama dengan serangkaian guci dan wadah keramik serta sisa-sisa tiga ekor tikus. Gennaro Sangiuliano, Menteri Kebudayaan Italia, menggarisbawahi kondisi rawan dan buruknya kebersihan yang dialami oleh masyarakat tingkat bawah pada masa itu.
Dikutip dari laman greekreporter.com, dapat disimpulkan bahwa temuan ini mengindikasikan bahwa kebersihan dan stabilitas, merupakan komoditas langka bagi individu yang kurang mampu, khususnya pada masyarakat saat itu.
Perabotan yang ditemukan telah mengalami rekonstruksi dengan teknik khusus. Hal ini karena letusan Gunung Vesuvius pada 79 Masehi menyebabkan benda-benda terselimuti oleh awan proklastik yang kemudian berubah menjadi tanah padat.
Letusan tersebut menewaskan ribuan orang Romawi yang tidak tahu bahwa mereka tinggal di bawah salah satu gunung berapi terbesar di Eropa. Bahkan letusan tersebut berhasil mengubur kota dalam lapisan abu yang tebal serta mengawetkan banyak penduduk dan bangunannya.
Sempat Terdampak Aksi Perampokan
Rumah vila Civita Giuliana ini awalnya digali pada tahun 1907 hingga 1908, kemudian upaya lebih baru dilakukan pada 2017 setelah aparat hukum mengetahui adanya penggalian dan penjarahan ilegal di lokasi tersebut.
Arkeolog mengatakan bahwa bagian dari salah satu tempat tidur telah hancur karena pembuatan terowongan yang digunakan oleh perampok untuk mengakses bagian lain dari vila tersebut.
Dalam penggalian terbaru, tidak ditemukan jeruji, kunci, atau rantai untuk menahan penghuni ruangan. "Tampaknya kontrol utama dilakukan melalui pengorganisasian budak internal, bukan melalui pengekangan fisik," kata Gabriel Zuchtriegel, Direktur Taman Arkeologi Pompeii.
Dilansir dari laman The Guardian, Gennaro Sangiuliano, Menteri kebudayaan Italia, mengatakan pada hari Minggu (20/8) bahwa upaya konservasi dan penelitian akan dilanjutkan. "Apa yang kita pelajari tentang kondisi material dan organisasi sosial pada masa itu membuka cakrawala baru bagi kajian sejarah dan arkeologi," ujarnya.
Situs penggalian ini merupakan proyek yang didanai oleh European Union untuk menghentikan kerusakan dan pengabaian yang terjadi selmaa bertahun-tahun. Proyek ini menerima dana senilai 105 juta euro.
(nah/nah)