Kata Penelitian, Buaya Nil Respons Tangisan Bayi Manusia

ADVERTISEMENT

Kata Penelitian, Buaya Nil Respons Tangisan Bayi Manusia

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 14 Agu 2023 09:30 WIB
Mamdouh Hassan, warga Nubia, Mesir, menjadikan buaya sebagai sumber pendapatan. Pendapatan itu bersumber dari turis yang datang untuk melihat buaya jinak tersebut.
Foto: AFP via Getty Images/KHALED DESOUKI
Jakarta -

Salah satu studi terbaru peneliti dari University of Saint-Etienne, Prancis menemukan fakta unik mengenai spesies buaya nil. Jenis buaya ini dapat menanggapi suara bayi manusia yang menangis serta tangisan bayi simpanse dan bonobo.

Terlebih lagi, spesies tersebut tampaknya paling responsif terhadap tangisan dengan intensitas tinggi. Diperkirakan buaya nil bahkan mungkin lebih baik dalam menangkap tingkat kesusahan dalam tangisan itu daripada manusia sendiri.

Hanya saja penelitian ini juga menyebut belum jelas apakah perilaku tersebut didorong oleh naluri buaya yang mencoba memburu mangsa rentan atau karena alasan lain, seperti bingung antara tangisan bayi dengan tangisan buaya remaja yang terdengar seperti mencicit atau menderu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati demikian, hasil dari penelitian yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences ini memberikan lebih banyak wawasan tentang bagaimana reptil raksasa ini memandang dunia.

Buaya Respons Tangisan Bayi Manusia hingga Simpanse

Para peneliti memutar tangisan bayi manusia, simpanse, dan bonobo ke sekelompok buaya nil (Crocodylus niloticus) di kebun binatang CrocoParc Agadir, Maroko. Mereka mencatat berapa banyak buaya yang menoleh atau bergerak ke arah pembicara sebagai respons terhadap suara tersebut.

ADVERTISEMENT

Buaya menanggapi tangisan bayi manusia, bonobo, dan simpanse. Pada eksperimen ini, tidak semua tangisan terdengar sama.

Para peneliti menggunakan rekaman suara bayi manusia yang terdiri dari dua konteks, yaitu saat mandi di rumah bersama orang tua mereka dengan tangisan berintensitas rendah serta saat vaksinasi di dokter yang menghasilkan tangisan dengan intensitas lebih tinggi.

Beberapa tangisan bayi yang lebih intens menyebabkan lebih banyak buaya yang merespons. Guna melihat apakah ada kualitas khusus dari suara-suara tersebut yang memantik buaya, para peneliti juga menganalisis beberapa sifat akustik dari tangisan yang mereka uji.

Mereka menemukan bahwa buaya lebih responsif terhadap suara tangisan dengan lebih banyak energi dalam frekuensi suara yang lebih tinggi serta suara tangisan dengan beberapa ketidakteraturan dalam pola gelombang suara. Kedua suara dengan karakteristik ini berkaitan dengan tingkat kesusahan yang lebih tinggi, catat para penulis.

Miriam Boucher, kandidat doktor di Universitas Clemson yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini mengatakan kepada Live Science untuk coba membayangkan bayi menangis yang sedang benar-benar kesal. Suara tangisan itu tidak teratur dan mengarah ke mana-mana seiring bayi menjerit dan kehilangan napas.

Manusia cenderung menilai panggilan bernada tinggi sebagai rasa tertekan, tetapi itu tidak selalu akurat, kata penulis penelitian. Misalnya, karena tangisan bonobo umumnya bernada lebih tinggi daripada manusia, maka orang cenderung melebih-lebihkan betapa tertekannya bonobo. Buaya, di sisi lain, tampaknya tidak bereaksi berbeda terhadap teriakan dengan nada yang berbeda.

"Buaya tampaknya sangat adaptif dalam memperkirakan tingkat kesulitan yang ditunjukkan dalam tangisan bayi, terlepas dari spesies hominidnya," catat para penulis.

Ada kemungkinan bahwa hewan-hewan ini menangkap nada kesusahan sebagai isyarat untuk menemukan makanan potensial di dekatnya. Para peneliti mencatat bahwa beberapa buaya menanggapi panggilan tersebut dengan berenang di bawah air, yang bisa menjadi suatu manuver pemangsa.

Berenang di bawah air juga bisa berarti hewan-hewan itu berhati-hati saat menyelidiki suara tersebut, kata Boucher.

Dan buaya juga bisa saja menanggapi tangisan ini karena alasan lain selain pemangsaan. Studi tersebut tidak membandingkan respons buaya terhadap tangisan ini dengan jenis suara lain, seperti tangisan marabahaya buaya remaja atau suara yang netral.

Kent Vliet, seorang pensiunan ahli biologi di University of Florida yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan kepada Live Science bahwa dia melihat jenis buaya (sekelompok hewan yang mencakup buaya, aligator dan caiman) menanggapi secara intens panggilan darurat buaya remaja, bahkan jika mereka berasal dari spesies buaya yang lain.

Selain itu, hewan-hewan ini mungkin juga hanya ingin tahu tentang suara baru di dekatnya.

"Apa yang saya lihat dalam karya saya sendiri adalah buaya bisa sangat ingin tahu tentang hal-hal secara umum," kata Boucher.




(nah/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads