Soal Polusi Udara, Pakar UGM Ungkap Musim Kemarau Juga Berpengaruh

ADVERTISEMENT

Soal Polusi Udara, Pakar UGM Ungkap Musim Kemarau Juga Berpengaruh

Cicin Yulianti - detikEdu
Kamis, 10 Agu 2023 13:00 WIB
Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Kamis (27/7/2023).
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Musim kemarau panjang disertai curah hujan dan kecepatan angin yang rendah bisa memicu peningkatan polusi udara. Hal ini diungkap oleh pengamat iklim dan lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM), Emilya Nurjani.

"Secara teori memang benar, karena jika ada hujan maka gas hasil pembakaran akan larut dengan air dan diturunkan ke permukaan sehingga udara kembali bersih. Dengan kondisi sekarang di mana sudah lama tidak hujan dan kelembapan juga cukup rendah, keberadaan gas tadi jadi banyak," ujar Emilya, dikutip dari laman UGM, Kamis (10/8/2023).

Faktor Lain Polusi Udara

Lebih lanjut, Emilya menerangkan bahwa cuaca dan iklim bukan satu-satunya penyebab tingginya angka pencemaran udara. Terdapat faktor lainnya yang ikut serta menjadi penyebab seperti sarana transportasi, industri, hingga sampah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kecenderungannya di musim penghujan, kualitas udara lebih bagus dibanding musim kemarau. Tapi pada saat pandemi, kita melihat bahwa kualitas udara juga cukup baik bahkan saat musim kemarau. Jadi itu bukan satu-satunya variabel, meskipun musim penghujan tetapi jika sumber pencemaran cukup tinggi, maka kualitas udara bisa buruk juga," imbuhnya.

Cara Mengukur Kualitas Udara

Emilya mengatakan cara untuk mengetahui kualitas udara bisa dilihat lewat Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU). Indeks tersebut berguna juga untuk melihat kualitas kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya.

ADVERTISEMENT

Terdapat 7 parameter dasar yang ada pada perhitungan ISPU yakni Partikulat (PM10 dan PM2.5), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3), dan hidrokarbon (HC). Emilya menyorot PM2,5 yang paling penting dipantau karena berpengaruh bagi kesehatan.

"Baru ditambahkan karena ternyata disinyalir akan berpengaruh pada kesehatan manusia. PM2,5 bisa masuk ke dalam saluran hidung, kalau sudah sampai paru-paru akan susah untuk keluar," terangnya.

Melansir laman PPID Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hasil perhitungan PM2,5 akan disampaikan setiap jam selama 24 jam. Sedangkan parameter lainnya bisa ditinjau setiap hari pada pukul 09.00 WIB dan 15.00 WIB.

Perlu Perubahan Gaya Hidup

Untuk menghindari peningkatan pencemaran udara, Emilya mengatakan bahwa perubahan gaya hidup bisa menjadi salah satu solusi. Misalnya dengan mengurangi penggunaan transportasi umum hingga melakukan pengolahan sampah yang tepat dengan cara tidak membakarnya.

"Menanam pohon juga menjadi salah satu cara yang baik. Selain berfungsi sebagai peneduh, pohon yang ditanam di tepi jalanan sebisa mungkin dapat mengikat gas-gas berbahaya yang mengancam kesehatan," jelas Emilya.




(cyu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads