Ketika mendengar atau melihat simbol swastika, mungkin detikers langsung terpikir dengan Nazi. Simbol ini mengalami pencemaran karena digunakan oleh pasukan Nazi pada Perang Dunia II.
Swastika adalah salah satu simbol tertua di dunia. Bagi sebagian besar sejarah, swastika memiliki makna yang sama sekali berbeda.
Berasal dari Bahasa Sansekerta
Kata swastika berasal dari bahasa Sansekerta "svastika" yang berarti suatu berkah atau keberuntungan. Namun, bagi orang Anglo-Saxon, swastika disebut "flyfot".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, bagi orang Yunani kuno swastika disebut sebagai gammadion atau tetraskelion. Kemudian, bagi orang Jerman sejak abad pertengahan, disebut sebagai hakenkreuz atau winkelkreuz.
Selama sekitar 10 ribu tahun, dalam berbagai tradisi swastika mewakili berbagai hal seperti kehidupan, keberuntungan, dan kesejahteraan. Sayangnya, swastika mengalami metamorfosis yang mengerikan saat diadopsi oleh Nazi.
Simbol Kuno
Menurut penulis The Swastika: Symbol Beyond Redemption? (Allworth, 2010), Steven Heller, swastika adalah lambang yang sangat tua.
"Lambang ini berasal dari zaman prasejarah, memiliki makna berbeda di berbagai budaya; negara, dan agama," kata dia, dikutip dari Live Science.
Simbol seperti swastika sekarang ini dapat ditemukan di situs-situs kuno dari Mesopotamia hingga Amerika dan tidak diketahui bagaimana kaitannya.
"Bahkan dalam budaya Yahudi juga ada swastika" ujar Heller.
Di setiap pemaknaan, swastika memiliki empat kaki dengan sudut siku-siku satu sama lain, yang masing-masing mengarah ke sudut siku-siku lainnya. Seringkali lambang swastika diakhiri dengan garis lurus, tetapi kadang juga berujung dengan garis melengkung.
Pada tradisi kuno Jerman, simbol swastika diperkirakan dikaitkan dengan Dewa Thor, sebab menggambarkan palu perangnya, MjΓΆlnir. Selain itu, unsur-unsurnya juga ditampilkan dalam alfabet rahasia Norse, kata Heller.
Pada abad ke-19 di Eropa yang menggunakan Jerman, simbol ini umumnya dikenal sebagai "hakenkreuz. Pada umumnya dianggap mewakili matahari dan diadopsi oleh beberapa gerakan dan tokoh etno-nasionalis atau "vΓΆlkisch", kata Heller.
Mereka termasuk dari orang-orang yang memperjuangkan gagasan rasialis bahwa orang Jerman kuno merupakan keturunan "Arya" Indo-Eropa dan yang mengklaim swastika yang digunakan di India pada awalnya sama dengan hakenkreuz Jermanik.
Adolf Hitler kemudian memilih hakenkreuz yang menghadap ke kanan pada tahun 1920 sebagai lambang utama pada bendera baru untuk Partai Pekerja Jerman Sosialis Nasional atau Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei yang disingkat Nazi.
Namun, simbol ini tidak disebut swastika sampai kemudian versi pertama dari buku Hitler "Mein Kampf" yang diterbitkan pada tahun 1925, menyebutnya sebagai hakenkreuz, jelas Heller.
"Bahkan ketika diadopsi oleh Nazi, swastika bukanlah simbol negatif," sebut Heller.
"Swastika dianggap simbol kekuatan, kekuatan, kebanggaan ... dan merupakan simbol nasionalis dalam beberapa kasus, serta sebagian orang menganggap nasionalisme adalah hal yang baik," tambahnya.
Dilarang di Jerman
Meski swastika masih digunakan untuk tujuan keagamaan oleh beberapa budaya, swastika pada akhirnya juga dikaitkan dengan Nazi. Simbol tersebut sekarang dilarang di Jerman dan dicerca di seluruh Eropa, Australia, Selandia Baru, dan Amerika.
Kendati demikian, penggunaannya di berbagai belahan dunia tidak dapat disalahkan, menurut seorang profesor sejarah budaya dan politik di Universitas Seni London, Malcolm Quinn. Dia juga merupakan penulis "The Swastika: Constructing the Symbol" (Routledge, 2005).
Gagasan bahwa simbol Nazi berkaitan dengan swastika kuno dari India, menurutnya adalah konstruksi palsu yang dikembangkan dari teori bahasa Indo-Eropa pada akhir abad ke-19.
Teori itu kemudian menjadi dasar gagasan bahwa orang Jerman kuno berkerabat dengan arya atau bangsawan, yang dikatakan dalam epik Sansekerta Rgveda telah menginvasi India dari utara, lebih dari 3.000 tahun yang lalu.
"Fantasi ini cocok dengan kolonialisme Eropa dan keyakinan keliru bahwa ras lebih tinggi merupakan penakluk dan ras lebih rendah ditaklukkan oleh mereka," kata Quinn.
Nazi kemudian menggunakan simbol tersebut untuk mempromosikan ideologi fasis mereka.
"Apa yang diinginkan Hitler adalah mengubah citra Jerman melalui penggunaan ide palsu penaklukkan ras Arya, dengan mengubah simbol partai rasis menjadi simbol nasional Jerman," terang Quinn.
(nah/faz)