Menurut Paul M Sutter, pengajar sains dan kosmolog teori dari Institute for Advanced Computational Science Stony Brook University dan penulis buku How to Die in Space: A Journey Through Dangerous Astrophysical Phenomena dikutip dari Popular Mechanics, ada beberapa hal di luar angkasa yang dapat membahayakan tubuh manusia. Tanpa perlengkapan dan dukungan teknologi, manusia akan kehilangan nyawa beberapa saat setelah mencapai ruang hampa udara di luar angkasa dengan proses seperti ini.
Ruang Hampa Sangat Dingin
Ruang hampa juga sangat dingin, sehingga manusia bisa mati kedinginan tanpa baju astronot. Masalah lain yang akan terjadi pada tubuh manusia di ruang hampa adalah gendang teling bisa saja pecah.
Ruang hampa diperkirakan memiliki suhu sekitar 3 Kelvin ( minus 270,15 derajat Celsius), karena di sana terdapat gelombang mikro kosmik. Pada suhu 0 Kelvin (minus 273,15 derajat Celsius), tidak akan ada molekul yang bergerak.
Cara mendapatkan suhu hangat di ruang angkasa tidak bisa secara konduksi maupun konveksi, melainkan radiasi. Tubuh manusia pada umumnya memancarkan sekitar 100 watt radiasi infra merah yang mungkin setara dengan jumlah energi pada bola lampu pijar jadul.
Kedinginan di ruang hampa tidak membuat manusia mendadak mati, namun tubuh mereka merespon suhu dingin terlebih dahulu. Sebagai permulaan, setiap minyak atau kelembaban pada kulit akan segera menguap dan menyebabkan radang dingin yang parah.
Darah Manusia Beku di Ruang Hampa
Adapun kondisi darah manusia di ruang hampa tidak akan mendidih dan kemungkinan penyakit yang disebabkan karena sempat berada di ruang tersebut adalah ebulisme atau pembuluh darah tersumbat oleh zat asing.
Ebullisme terjadi ketika permukaan kulit terkena ruang hampa. Tekanan yang lebih rendah di bagian luar tubuh menyebabkan cairan di dalam kulit mengembang, kemudian membengkak. Pada beberapa kasus paparan ruang hampa yang tidak disengaja, orang akan mengalami pembengkakan hingga dua kali ukuran normalnya.
Jangan Menahan Nafas di Ruang Hampa!
Menahan nafas di ruang hampa tak bisa manusia lakukan layaknya menahan nafas di dalam air. Sistem pernafasan manusia tidak dirancang untuk menahan udara paru-paru melawan ruang hampa.
Semua udara di paru-paru manusia akan keluar, terlepas dari upaya terbaik manusia untuk menahannya.Jika manusia mencoba menahan nafasnya, udara dari paru-paru akan keluar dengan cara yang sangat keras dan tiba-tiba, menyebabkan kerusakan permanen saat keluar. Hal inilah yang menjadi penyebab seseorang akan mengalami kematian jika berada di ruang hampa.
Manusia masih mungkin bisa bertahan tidak bernafas di luar angkasa, namun hal tersebut hanya berlaku selama 6-12 detik saja. Pada akhirnya, kekurangan oksigen akan berdampak buruk. Satu per satu, organ utama tubuh akan mati.
Bagaimana Jika Terdampar di Sekitar Orbit Bumi?
Kematian di ruang hampa sangat mungkin terjadi, namun ada kondisi lain yang mengatakan sebaliknya. Jika manusia kebetulan berada di sekitar orbit Bumi, maka kemungkinan mati membeku tidak terjadi.
Pada orbit itu, Matahari berjarak 93 juta mil, sehingga melepaskan radiasi yang begitu kuat dan akan membuat tubuh seseorang tetap hangat. Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa air tetap cair di permukaan planet Bumi.
Meski daerah orbit Bumi tak sedingin ruang hampa lainnya, namun radiasi energi tinggi yang mengalir dari Matahari akan bertabrakan dengan beberapa partikel, termasuk manusia yang berada di sana.
Terdampar di luar angkasa membuat manusia terkena radiasi tinggi dan kemungkinan terkena sengatan Matahari yang sangat buruk. Kondisi itu juga dikenal sebagai "penyakit dekompresi" dan terjadi ketika gas terlarut dalam aliran darah menciptakan gelembung saat orang tersebut melakukan dekompresi.
(cyu/nwk)