Masyarakat Indonesia telah mengenal dan memiliki kendaraan tradisionalnya sejak dulu. Terutama di Pulau Jawa sebagai pusat perkembangan peradaban Nusantara sejak abad ke-4.
Seiring kemajuan zaman era Nusantara, orang-orang mulai menggunakan alat transportasi untuk memudahkan perjalanan mereka. Terutama di jalur darat, yang memiliki kepadatan penduduk tinggi.
Alat transportasi dulu memiliki beragam fungsi mulai dari kendaraan pribadi, kerajaan, atau sebagai alat angkut. Berikut ini adalah beberapa kendaraan tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu, dikutip dari artikel Moda Transportasi Tradisional Jawa karya Lilyk Eka Suranny yang diunggah di laman Kemdikbud.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
4 Kendaraan Tradisional di Indonesia
1. Becak
Becak merupakan moda transportasi tradisional yang mungkin paling terkenal di Indonesia. Kendaraan ini tidak hanya ada di Pulau Jawa tetapi juga terdapat di beberapa wilayah Indonesia bahkan sampai luar negeri.
Becak (betjak) sendiri berasal dari berasal dari Tiongkok, 'bee' yang berarti kuda dan 'tja' yang berarti gerobak, sehingga betjak memiliki arti kuda gerobak atau kereta kuda. Namun sebagai moda transportasi tradisional, becak digerakkan dengan menggunakan tenaga manusia.
Becak pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20 untuk keperluan pedagang Tionghoa mengangkut barang. Pada tahun 1937, becak dikenal dengan nama roda tiga dan kata betjak/betja/beetja baru digunakan pada 1940 ketika becak mulai digunakan sebagai kendaraan umum.
Di Indonesia terdapat dua jenis becak yakni becak dengan pengemudi belakang dan becak dengan pengemudi samping. Becak dengan pengemudi di belakang umumnya banyak ditemukan di Pulau Jawa sedangkan becak dengan pengemudi di samping umumnya terdapat di Pulau Sumatera.
2. Delman
Delman atau kereta kuda merupakan alat transportasi tradisional yang menggunakan roda berjumlah dua sampai empat roda yang ditarik menggunakan tenaga kuda.
Alat transportasi ini ditemukan oleh seorang litografer dan insinyur pada masa Hindia Belanda yang bernama Charles Theodore Deeleman. Oleh karena itu alat transportasi ini dinamakan delman, yang diambil dari nama penemunya.
Pada masa penjajahan Belanda, delman merupakan alat transportasi antar kota sebelum kereta dan trem masuk ke Indonesia. Jumlah kuda sebagai penarik delman ini bervariasi dari satu sampai dua kuda.
Di Pulau Jawa delman juga dikenal dengan sebutan andong. Andong terkenal sebagai warisan budaya Jawa yang keberadaannya sampai sekarang dapat ditemukan di beberapa daerah, antara lain Yogyakarta, Solo dan daerah di sekitarnya.
Andong memiliki empat roda dan ditarik oleh satu atau dua kuda. Sejarah mengenai andong ini dimulai dari berdirinya keraton Hadiningrat, di mana raja-raja Mataram atau Yogyakarta dulu menggunakan andong sebagai kendaraan.
3. Pedati (Gerobak)
Alat transportasi tradisional ini memiliki satu sampai empat buah roda yang terbuat dari kayu dan bagian atapnya terbuat dari anyaman bambu ataupun bahan lain yang berfungsi untuk melindungi penumpang atau barang yang diangkut.
Beberapa gerobak digunakan sebagai alat angkut barang yang ditarik oleh manusia dan dibuat tanpa menggunakan atap. Gerobak juga dapat ditarik oleh hewan seperti sapi atau kerbau.
Gerobak di Indonesia ini telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Pada saat pemerintahan Raja Hayam Wuruk gerobak sapi digunakan sebagai alat transportasi pengangkut barang. Pada saat itu gerobak sapi merupakan kendaraan yang tergolong mewah karena tidak semua golongan mampu untuk membeli gerobak sekaligus sapi sebagai penariknya.
Gerobak sapi mengalami kejayaan pada masa kolonial Hindia Belanda tepatnya pada masa tanam paksa. Gerobak sapi digunakan untuk mengangkut hasil bumi dari wilayah pedalaman Indonesia ke pelabuhan untuk dibawa ke Belanda. Kejayaan gerobak sapi ini didukung dengan pembangunan jalan-jalan penghubung dari pedalaman ke pelabuhan.
4. Sepeda Onthel
Sepeda onthel juga dikenal dengan sebutan sepeda unta atau sepeda kebo, sepeda jengki, kumbang, sundung, sepeda baheula, dan masih banyak julukan yang diberikan oleh masyarakat Indonesia pada sepeda lawas/kuno ini.
Kata jengki berasal dari kata jingke (bahasa Betawi, artinya berjinjit), jadi ketika naik kita harus berjingke karena tinggi, sedangkan kata onthel berasal dari bahasa Jawa artinya dikayuh karena untuk menggerakkannya perlu dikayuh.
Sampai saat ini, beberapa orang masih memiliki sepeda jengki ini sebagai koleksi lawas maupun sebagai kendaraan rekreasi yang sesekali digunakan.
Nah, itulah beberapa kendaraan tradisional Indonesia yang sudah ada sejak zaman kerajaan. Apakah detikers sudah pernah menaiki salah satunya?
(faz/nwk)