Tanda-tanda Kehidupan Muncul di Bulan Saturnus, Ilmuwan Temukan Bahan Ini

ADVERTISEMENT

Tanda-tanda Kehidupan Muncul di Bulan Saturnus, Ilmuwan Temukan Bahan Ini

Fahri Zulfikar - detikEdu
Rabu, 26 Jul 2023 19:00 WIB
This NASA handout image obtained October 19, 2009 shows Saturn during an equinox captured by the robot explorer Cassini. The images comprising the mosaic, taken over about eight hours, were extensively processed before being joined together. With no enhancement, the rings would be essentially invisible in this mosaic. To improve their visibility, the dark right half of the rings has been brightened relative to the brighter left half by a factor of three, and then the whole ring system has been brightened by a factor of 20 relative to the planet. So the dark half of the rings is 60 times brighter, and the bright half 20 times brighter, than they would have appeared if the entire system, planet included, could have been captured in a single image.The images were taken on August 12, 2009, beginning about 1.25 days after exact equinox, using the red, green and blue spectral filters of the wide angle camera and were combined to create this natural color view. The images were obtained at a distance of approximately 526,000 miles from Saturn and at a Sun-Saturn-spacecraft, or phase, angle of 74 degrees. Image scale is 31 miles per pixel. AFP PHOTO/NASA/JPL/SPACE/RESTRICTED TO EDITORIAL USE (Photo by HO / NASA / AFP)
Foto: AFP PHOTO/NASA/Saturnus
Jakarta -

Para ilmuwan menemukan bahan kimia utama kehidupan di Bulan Saturnus bernama Enceladus. Bahan kimia tersebut adalah fosfor.

Ilmuwan pertama kali mendeteksi fosfor dalam butiran es asin yang dilepaskan ke luar angkasa oleh gumpalan yang meletus di antara celah-celah cangkang es Bulan.

Lautan ada di bawah permukaan Enceladus yang tebal dan sedingin es dan semburan material secara teratur keluar dari geyser di kutub selatan bulan. Materi itu tergabung ke dalam cincin E terluar Saturnus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Misi Cassini NASA

Para ilmuwan menggunakan data dari misi Cassini NASA, yang mempelajari Saturnus dan bulan-bulannya antara tahun 2004 dan 2017.

Pesawat antariksa terbang berkali-kali melintasi gumpalan Enceladus dan cincin E Saturnus. Kemudian, penganalisis debu kosmik Cassini mendeteksi mineral dan senyawa organik yang diperlukan untuk kehidupan.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, peneliti mendeteksi adanya senyawa natrium, kalium, klorin, dan karbonat dalam butiran es yang dikumpulkan dan dianalisis oleh Cassini.

Sekarang, para ilmuwan dapat menambahkan fosfor ke dalam daftar. Sebuah studi yang merinci temuan tersebut diterbitkan Rabu di jurnal Nature.

"Fosfor dalam bentuk fosfat sangat penting untuk semua kehidupan di Bumi," kata penulis studi utama Dr. Frank Postberg, seorang profesor ilmu planet di Freie UniversitΓ€t Berlin, dikutip dari CNN.

"Sangat penting untuk pembuatan DNA dan RNA, membran sel, dan ATP (pembawa energi universal dalam sel) misalnya. Kehidupan seperti yang kita tahu tidak akan ada tanpa fosfat," imbuhnya.

Para ilmuwan mengatakan, ini adalah pertama kalinya fosfor ditemukan di lautan di luar Bumi.

Mencari Tanda-tanda Kehidupan

Sejauh ini, misi Cassini berakhir dengan membakar atmosfer Saturnus pada tahun 2017. Data yang dikumpulkan oleh instrumennya mengubah cara para ilmuwan memahami Enceladus dan dunia samudra serupa, yang mungkin merupakan taruhan terbaik untuk menemukan kehidupan di luar Bumi di tata surya kita.

Linda Spilker, ilmuwan planet dan ilmuwan proyek Voyager di Jet Propulsion Laboratory NASA di California, mengatakan penemuan fosfor terbaru di lautan bawah permukaan Enceladus ini telah menentukan potensi kelayakhunian bagi dunia lautan es lainnya di seluruh tata surya.

"Sekarang setelah kita mengetahui begitu banyak unsur kehidupan di luar sana, pertanyaannya menjadi: Apakah ada kehidupan di luar Bumi, mungkin di tata surya kita sendiri? Saya rasa warisan abadi Cassini akan menginspirasi misi masa depan yang, pada akhirnya, dapat menjawab pertanyaan itu," ucap Spilker.

Meskipun bahan penyusun kehidupan dan kondisi kelayakhunian ada di Enceladus, belum ada kehidupan nyata yang terdeteksi.

"Langkah selanjutnya sudah jelas, kita perlu kembali ke Enceladus untuk melihat apakah lautan yang layak huni benar-benar dihuni," kata penulis studi lain Dr. Nozair Khawaja, seorang ilmuwan planet dan peneliti postdoctoral di Freie UniversitΓ€t Berlin.




(faz/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads